Persiapan Tambak Teknik Pemeliharaan Bandeng

61 budidaya bandeng terhadap kelompok petambak di Holtekam setiap tahun dilaksanakan atas kerja sama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura serta instansi terkait lainnya.

4.6.3 Teknik Pemeliharaan Bandeng

Pengamatan terhadap kegiatan budidaya bandeng yang dilakukan oleh petambak di Holtekam dikelompokkan menjadi beberapa tahapan budidaya yaitu : persiapan tambak pengeringan, pemberantasan hama, pengolahan dasar tambak, pemupukan dan pemasukan air, penebaran benih, pemeliharaan pengelolaan air dan lingkungan, penanganan hama dan penyakit panen dan pasca panen.

A. Persiapan Tambak

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi : pengeringan, pemberantasan hama, pengolahan tanah dasar dan perbaikan dinding pematang, dan pemupukan dasar. Kegiatan awal budidaya bandeng adalah pengeringan tambak. Tujuan pengeringan adalah mengeluarkan air tambak selama pemeliharaan, membasmi hama penyakit dan benih-benih ikan liar yang bersifat pemangsa dan penyaing. Pengeringan dasar tambak juga dimaksudkan untuk mengurangi senyawa-senyawa asam sulfat dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, yang memungkinkan terjadinya proses mineralisasi bahan organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan klekap dapat berlangsung. Tahap selanjutnya adalah pemberantasan hama dan penyakit ikan. Secara tidak langsung dengan melakukan pengeringan telah memutuskan siklus hidup hama dan penyakit ikan yang mungkin ada dalam tambak. Untuk membasmi hama ikan petambak biasanya menggunakan pestisida jenis Akodan 50 ml dengan bahan aktif endosulfan. Aplikasi pemberantasan hama ikan dilakukan pada saat air hanya tergenang pada saluran keliling tambak dan dilakukan pada saat panas terik. Untuk meminimalisir limbah pestisida maka perlu menggunakan saponin sebagai pengganti pestisida. Kelebihan saponin adalah dapat diurai oleh lingkungan dengan cepat dan tidak meninggalkan residu, bahkan menjadi pupuk. Hasil wawancara dengan petambak dan pengamatan visual di lapangan didapatkan bahwa pengeringan tambak dilakukan setelah panen total, dimana petambak ada yang hanya mengganti air karena lumut masih tersedia dan ada 62 yang melakukan pengeringan total. Tahap selanjutnya adalah perbaikan pematang, saluran air dan pengolahan tanah dasar dengan tujuan menciptakan kondisi lingkungan yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan bandeng. Perbaikan pematang dilakukan dengan menutup bocoran-bocoran pada pematang yang dibuat oleh kepiting dan belut. Pemupukan dasar dilakukan setelah dilakukan pemberantasan hama. Pupuk yang digunakan oleh petambak di Holtekam adalah pupuk anorganik urea, TSP dan NPK dan pupuk organik cair Ursal. Menurut Cholik et al. 1998, pemakaian pupuk anorganik dalam tambak akan mempercepat pertumbuhan plankton, sedangkan pupuk organik akan mempertahankan stabilitas kehidupan plankton. Pupuk organik sebelumnya diperoleh dari peternakan ayam petelur, namun hingga saat ini sudah sulit diperoleh sehingga petambak hanya menggunakan pupuk anorganik. Pemupukan tambak dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami yang dibutuhkan ikan selama pemeliharaan. Sebelum pemupukan, air di masukkan ke dalam tambak sampai ketinggian 5-10 cm di pelataran dan dibiarkan selama 1-2 hari. Petambak di Holtekam melakukan pemupukan dengan menebar pupuk di seluruh permukaan dasar tambak. Namun, ada juga petambak yang melakukan pemupukan dengan menarik kantung pupuk yang telah dilubangi sampai pupuk habis terserap oleh air. Alasannya adalah dengan menarik kantung pupuk diseluruh permukaan tambak, akan lebih cepat terserap oleh air dan lumut untuk tumbuh kembali. Jumlah pupuk yang digunakan rata-rata 100 kgha Urea dan 100 kgha TSP, disamping itu, sebagian petambak menggunakan pupuk organik merek Ursal untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton dan klekap. Setelah pemupukan, dilakukan pengisian air sampai mencapai ketinggian 10–20 cm dan dibiarkan menguap selama 1 minggu. Selanjutnya setelah klekap tumbuh, dilakukan penambahan air secara bertahap sampai mencapai kedalaman 35–45 cm. Idealnya, tinggi air tambak berkisar antara 60–100 cm, namun kondisi tambak di Holtekam umumnya di bangun secara manual sehingga tinggi dan lebar pematang hanya memungkinkan untuk menahan volume air sedikit. Rata-rata tinggi air di pelataran tambak berkisar 35–50 cm. 63

B. Penebaran Benih