Saran KESIMPULAN DAN SARAN 1 Kesimpulan

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Kondisi kualitas perairan pesisir Holtekam masih baik dengan daya dukung sebesar 10 452 915 m 3 2. Aktivitas budidaya tambak Holtekam yang berpotensi memberikan limbah terhadap lingkungan perairan pesisir adalah pemanenan. dengan tingkat produktifitas tambak maksimal lestari sebesar 1463 tonthn. 3. Limbah buangan budidaya tambak belum menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan perairan pesisir Holtekam.

5.2 Saran

Mengacu pada hasil dan pembahasan serta kesimpulan di atas, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan daya dukung perairan maka tambak Holtekam dapat ditingkatkan teknologi pengelolaanya menjadi tradisional plus seluas 1 . 125 ha atau semi intensif 563 ha danatau intensif 104.5 ha. 2. Produktivitas kawasan tambak Holtekam dapat dimaksimal dengan menerapkan pola budidaya terpadu polikultur udang bandeng, kepiting, ikan nila. 3. Pengembangan pengelolaan tambak tambak holtekam diharapkan menerapkan cara budidaya ikan yang baik best management practices untuk memaksimalkan produksi dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan serta meminimalisir dampak buangan limbah terhadap lingkungan. 4. Kawasan mangrove green belt di sepanjang pantai Holtekam dan pinggir saluran Kali Buaya diharapkan tetap dijaga dan dipertahankan sehingga fungsi ekologisnya sebagai filter alami dapat terpelihara. DAFTAR PUSTAKA Alaerst G, Santika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. APHA American Public Health Association. 1989. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater . 17 th Ansah YB. 2010. Characterization of pond effluents and biological and physicochemical assessment of receiving waters in Ghana [tesis]. Virginia: Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. Virginia. ed. APHA, AWWA American Water Works Association, and WPCF Water Pollution Control Federation. APHA Publication. Washington, DC. Anna S. 1999. Analisis beban pencemaran dan asimilasi teluk Jakarta [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Jayapura. 2004. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura . Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda. Jayapura. Barg UC. 1992. Guidelines for The Promotion of Environmental Management of Coastal Aquaculture Development. FAO Fisheries Technical Paper 328, FAO, Rome. 122 p. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda dan Badan Pusat Statistik BPS Kota Jayapura. 2010. Kota Jayapura dalam Angka 2009. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda dan Badan Pusat Statistik BPS Kota Jayapura Jayapura. Bengen DG, Dahuri R, Wardiatno Y, Naulita Y, Atmadipoera AS. 1994. Pengaruh Buangan Lumpur Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Perairan Pantai Muara Gembong, Bekasi. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian. IPB. Bogor. Bengen DG. 2000. Sinopsis teknik pengambilan contoh dan analisis data biofisik sumberdaya pesisir . PKSPL. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Bogor. Bo yd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourt h Print ing. Auburn Universit y Agricultural Experimental Station. Auburn, Alabama. 359 p. Boyd CE. 1999. Management of shrimp ponds to reduce the eutrophication pot ential of effluents. The Advocate. 12-13. Boyd CE, Massaut, L, Weddig, LJ. 1998. Towards reducing environmental impacts of pond aquaculture. INFOFISH International 298, p:27-33. 70 Boyd CE. 2003. Guidelines for aquaculture effluent management at the farm- level. Aquaculture 226: 101-112. Boyd CE, Musiq Y. 1992. Shrimp Pond Effluent: Observation of the Nature of the Problem on Commercial Farm. In: Wyban J. ed., Proceeding of the Special Session on Shrimp Farming. World Aquaculture Society. Baton Rouge. P. 195-197. Brazil BL, Summerfelt ST. 2006. Aerobic treatment of gravity thickening tank supernatant. Aquacultural Enginering 34: 92-102 Brower JE, Zar JH, Von Ende C. 1990. General Ecology. Field and Laboratory Methods. Dubugue Iowa. Wm. C. Brown Company Publish. Buschmann AH, Lopez DA, Medina A. 1996. A review of the environmental effects and alternative production strategies of marine aquaculture in Chile, Aquacultural Engineering 15: 397- 421. Cicin-Sain B, Knecht R. 1998. Integrated Ocean and Coastal Management. Island Press. Washington D.C. Cholik F, Azwar ZI, Sutarmat T. 1998. Bertambak Udang yang Sehat. Prosiding Seminar Tekhnologi Perikanan Pantai . Bali 6-7 Agustus 1998. Perkembangan Terakhir Tekhnologi Budidaya Pantai untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Pantai-Japan International Cooperation JICA. Denpasar. Dahuri R, Rais SP, Ginting M, Sitepu J. 1996. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Cetakan I. Pradnya Paramita, Jakarta. 305 hal. Dahuri R, Arumsyah S. 1994. Ekosistem Pesisir. Makalah pada Marine and Management Training. PSL – Undana. Kupang. NTT. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu . PT Pradnya Paramita. Jakarta. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia . PT gramedia Utama. Jakarta. 412 hal Dahuri R, Kusumastanto T, Hartono A, Anas P, Hartono P. 2009. Enhancing Sustainable Ocean Development: An Indonesian Experience . Centre for Coastal and Marine Resource Studies Bogor Agricultural University and Partnership for Governance Reform Kemitraan. An-Nada Press. Jakarta. 224 p. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009 . Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura. Provinsi Papua. Jayapura. 71 Djamin Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. IPB. Bogor. 259 hal. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. 188 hal Erftemeijer PLA, Middelburg JJ. 1993. Sediment nutrient interactions in trophical seagrass bed: A comparison between a carbonate and terrigenous sedimentary environment in South Sulawesi Indonesia. Bull Mar Sci 54: 403-419. Gacia E, Kennedy H, Duate CM, Terrados J, Marba, Papadimitriou S, Fortes M. 2005. Lighr-dependence of the metabolic balance of a highly productive Philliphine seagrass community. J. Exp Mar Bio and Ecol 316: 55-67. Gillerhammar A, Hå Horowitz A, Horowitz S. 2000. Microorganisms and feed management in aquaculture. Global Aquaculture Alliance. Advocated 3: 33-34 kanson L, Lehtinen KJ. 2008. A mesocosm fish farming experiment and its implication for reducing nutrient load on a regional scale. Aquacultural Enginering 38: 117-126. Johnsen RI, Grahl-Nielsen O, Lunestad BT, 1993. Environmental distribution on organic waste from a marine fish farm. Aquaculture 118: 229-244. Jones AB. 1999. Environmental management of aquaculture effluent: development of biological indicators and biological filters [tesis]. Queensland: Departement of Botany, The University of the Queensland. Kadariah L, Kartina, Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Karydis M. 2005. Understanding marine eutrophication from agricultural run off in semi enclosed areas: a short review in the gulf of Geras, Greece. Proceeding of the 9 th International Conference on Environmental Science and Technology Rhodes Island, Greece, 1-3 September 2005. P. 721-725 Khan M, Khan MA. 2007. The potential of waste stabilization ponds effluents as liquid fertilizer. Pak J. Bot 39: 817-829 Kinne O. 1972. Marine Ecology. John Wiley Sons Limited. London. Kibria G, Nugegoda D, Lam P, Fairclough R. 1996. Aspects o f phosphorus pollution from aquaculture. Naga, The ICLARM Quarterly, July 1996. p:20-24. 72 KLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No. 51 Tahun 2004, tanggal 8 April 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. 11 hal. Lin CK, Yi Y. 2003. Minimizing environmental impacts of freshwater aquaculture and reuse of pond effluents and mud. Aquaculture 226: 57- 68. Legendre L, Legendre P. 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific Pub. Co. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical ecology : a perimer on method and computing . John Wiley and Sons Inc. New York. McDonald ME, Tikkanen CA, Axler RP, Larsen CP, Host G. 1996. Fish simulation culture model FIS-C: a bioenergetics based model for aquacultural wasteload application. Aquacultural Engineering 15:243-259. Machibya M, Mwanuzi F. 2006. Effect of low quality effluent from wastewater stabilization ponds to receiving bodies, case of Kilombero Sugar ponds and Ruaha river, Tanzania. Int. J. Environ. Ras. Public Health 3: 209-216 Michael Jr JH. 2003. Nutrient in salmon hatchery wastewater and its removal through the use of a wetland constructed to treat off-line settling pond effluent. Aquaculture 226: 213-225 Montoya R, Velasco M. 2000. Role of Bacteria on Nutritional and Management Strategies in Aquaculture Systems. Advocate 3: 35-36. Mustafa A, Tarunamulia. 2009. Analisis daya dukung lahan tambak berdasarkan pada kuantitas air perairan di sekitar kecamatan Balusu Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur 4: 395-406. Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Cetakan Pertama. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 322 hal Odum, E.O. 1971. Fundamental of Ecology. Toppan Company Ltd. Tokyo. Nybakken JW. 1992. Biologi laut. suatu pendekatan ekologi. Penerbit CV. Gramedia. Jakarta. Penerjemah Eidman, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, Sukardjo . 458 hal. Pasaribu AM, Gusti A, Yusmasari. 2005. Analisis usaha budidaya bandeng Chanos-chanos, F pada karamba jaring apung KJA. Bulletin BPPTP Sulawesi Selatan 11. Phillips MJ, Clarke R, Mowat A. 1993. phosphorous leaching from atlantic salmon diets. Aquacultural Engineering 12: 47-54. 73 Poernomo A. 1988. Pembuatan Tambak Udang di Indonesia. Seri Pengembangan No. 7. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Maros. 30 hal. Prasetyawati R. 2001. Kajian pengembangan perikanan di pesisir barat Pangandaran Teluk Parigi, Kabupaten Ciamis Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Poernomo. 1992. Pemilihan lokasi tambak udang berwawasan lingkungan. Pusat penelitian dan pengembangan perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta. Hal 66-120. Primavera JH. 2006. Overcoming the impact of aquaculture on the coastal zone. Ocean and Coastal management 49: 531-545. Rahayu S. 1991. Penelitian Kadar Oksigen Terlarut DO Dalam Air bagi Kehidupan Ikan . BPPT No. XLV 1991. Jakarta. Robertson AI, Phillips MJ. 1995. Mangrove as filters of shrimp pond effluent: predictions and biogeochemical research needs. Hydrobiologia 295: 311- 321 Rumbekwan EP. 2010. Perlindungan sumberdaya larva ikan Bandeng Chanos- chanos Forskal untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan di pesisir Kota Jayapura Provinsi Papua [tesis]. Sastrawijaya TA. 1991. Pencemaran Lingkungan. Bhinneka Cipta. Jakarta. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 136 hal. Schneider O, Sereti V, Eding EH, Verret JAJ. 2005. Analysis of nutrients flow in integrated intensive aquaculture system. Aquaculture Enginering 32: 379-401 Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan analisis data perikanan. Terapan metode pengambilan contoh di wilayah pesisir dan laut . Makaira FPIK. IPB Bogor. Sigit S. 1993. Analisa Break Even. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 58 hal. Silvert W. 1992. Assessing environmental impacts of finfish aquaculture in marine waters. Aquaculture 107: 67-79. Silva GGH, Camargo AFM. 2006. Efficiency of aquatic macrophyta to treat nile tilapia effluent. Sci. Agric 63: 433-438 Southwick CH. 1976. Ecology and The Quality of our Environment. Second Edition. D. Van Nostran Company. New York. 74 Sulardiono B. 1997. Evaluasi beban pencemaran dan kualitas perairan pesisir Kotamadya Semarang [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sumagaysay NS, Diego MLS. 2003. Water quality and holding capacity of intensive and semi-intensive milkfish Chanos chanos ponds. Aquaculture 219: 413 – 429 Sutamihardja RTM. 1992. Pengelolaan Kualitas dan Pencemaran Air . Seminar on Industrial Water Pollution Control and Water Quality Management, 6- 10 Januari 1992 at Hotel Wisata Jakarta. Sumagaysay NS. 1998. Milkfish Chanos chanos production and water quality in brackishwater ponds at different feeding levels and frequencies. J. Appl. Ichthyol 14: 81-85 Tacon AGJ, Foster IP. 2003. Aquafeeds and the environments: policy implications. Aquaculture 226: 181-189. Tahir AG. 2000. Kajian pengembangan pertambakan dalam pemanfaatan lahan pesisir secara lestari : studi kasus Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. United Nations Conference on Environment and Development UNCED. Agenda 21, 1991-1992. Utojo, Mustafa A, Rachmansyah, Hasnawi. 2009. Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak berkelanjutan dengan aplikasi sistem informasi geografis di kabupaten Lampung Selatan. J. Ris. Akuakultur 4 : 395-406. Wardoyo STH. 1987. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Maka la h pada Se minar Pe nge nda lia n Pence mara n Air. Dir je n. Penga ira n. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Widigdo B. 2000. Diperlukan pembakuan kriteria eko-biologis untuk menentukan “potensi alami” kawasan pesisir untuk budidaya udang. Prosiding pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, Bogor 21-26 Februari 2000. PKSPL-IPB. 5 hal. Widigdo B, Kaswadji RF, Pariwono J, Haruyadi S, Patria AD, Rakasiwi G, Taurusman A, Imran Z. 2000. Penyusunan Kriteria Eko-Biologis untuk Pemulihan dan Pelestarian Kawasan Pesisir Pantura Jawa barat. Laporan Akhir. Kerjasama PKSPL-IPB dan Ditjen Urusan Pesisir Pantai, dan Pulau-Pulau kecil, DKP. PII-9. 75 Widigdo B, Pariwono J. 2003. Daya dukung perairan di pantai Jawa Barat untuk Budidaya Udang studi kasus di Kabupaten Subang, Teluk Jakarta dan Serang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan P Widigdo B, Soewardi K. 2002. Rumusan Kriteria Eko-Biologis dalam Menentukan Potensi Alami Kawasan Pesisir untuk Budidaya Tambak . Diktat Bahan kuliah Pengembangan Perikanan Kawasan Pesisir dan Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hal Lampiran 1. Titik Koordinat Stasiun Pengamatan dan Pengambilan sampel Parameter Kualitas Airdi Pesisir Holtekam Kota Jayapura 1 1 02 ⁰37.619 Lintang Selatan 140 ⁰46.818 Bujur Timur 2 02 ⁰37.523 Lintang Selatan 140 ⁰47.150 Bujur Timur 3 02 ⁰37.812 Lintang Selatan 140 ⁰47.334 Bujur Timur Tambak 4 02 ⁰37.456 Lintang Selatan 140 ⁰47.776 Bujur Timur 5 02 ⁰37.413 Lintang Selatan 140 ⁰47.862 Bujur Timur 6 02 ⁰38.124 Lintang Selatan 140 ⁰47.106 Bujur Timur 2 1 02 ⁰37.604 Lintang Selatan 140 ⁰46.818 Bujur Timur 2 02 ⁰37.996 Lintang Selatan 140 ⁰46.875 Bujur Timur 3 02 ⁰38.447 Lintang Selatan 140 ⁰46.417 Bujur Timur Saluran 4 02 ⁰38.053 Lintang Selatan 140 ⁰47.336 Bujur Timur 5 02 ⁰37.838 Lintang Selatan 140 ⁰47.042 Bujur Timur 6 02 ⁰37.535 Lintang Selatan 140 ⁰447.241 Bujur Timur 3 1 02 ⁰37.419 Lintang Selatan 140 ⁰46.863 Bujur Timur 2 02 ⁰37.298 Lintang Selatan 140 ⁰46.764 Bujur Timur 3 02 ⁰37.155 Lintang Selatan 140 ⁰46.601 Bujur Timur laut 4 02 ⁰37.601 Lintang Selatan 140 ⁰46.051 Bujur Timur 5 02 ⁰36.804 Lintang Selatan 140 ⁰46.863 Bujur Timur 6 02 ⁰37.177 Lintang Selatan 140 ⁰47.201 Bujur Timur No Stasiun Substasiun Titik Koordinat Lampiran 2. Hasil Pengamatan rata-rata nilai parameter kualitas air pada stasiun pengamatan Tambak, Saluran Kali Buaya dan Laut di Pesisir Holtekam Kota Jayapura Parameter Baku Kualitas Air Mutu 1 Suhu ⁰C 31,27 ± 0,36 31,27 ± 0,52 31,1 ± 0,24 28-32 2 KCRH cm 24 ± 0,89 24,67 ± 7,12 78,33 ± 29,27 5 3 KKRH NTU 3 ± 0,45 7,02 ± 1,11 2,13 ± 0,71 5 4 TSS mgl 47,83 ± 8,98 196,17 ± 48,68 162,17 ± 56,54 20 5 K. Ars mdet 0,04 ± 0,02 0,53 ± 0,04 0,35 ± 0,05 - 6 Salinitas ‰ 10,5 ± 4,23 12,33 ± 7,55 31,83 ± 0,75 5-34, 7 pH 7,55 ± 0,29 7,58 ± 0,26 8,13 ± 0,05 7-8.5 8 DO mgl 4,47 ± 0,61 4,33 ± 0,51 7,23 ± 0,10 5 9 BOD5 mgl 3,28 ± 0,64 3,15 ± 0,78 4,96 ± 0,19 20 10 COD mgl 10,78 ± 2,73 11,53 ± 4,09 33,53 ± 6,65 20 11 Nitrat mgl 0,0017 ± 0,0005 0,0027 ± 0,0008 0,0022 ± 0,0008 0.008 12 Nitrit mgl 0,0013 ± 0,0005 0,0013 ± 0,0005 0,0018 ± 0,0004 0.06 13 N-Total mgl 0,2752 ± 0,1461 1,29 ± 1,7271 4,19 ± 0,4116 0.3 14 PO4-P mgl 2,08 ± 0,66 1,33 ± 0,93 0,41 ± 0,16 0.015 15 TOM mgl 3,86 ± 1,52 9,77 ± 5,31 22,19 ± 3,36 Baku Mutu kualitas air berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 UNESCOWHOUNEP 1992 No. Satuan Stasiun Tambak n = 6 Saluran n = 6 Laut n = 6 Tabel 2 Hasil Analisis Fitoplankton pada Stasiun Pengamatan Tambak, Salurankali Buaya dan Laut di Pesisir Holtekam Kota Jayapura Jenis Fitoplankton 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 Bacillariophiceae Chaetoceros sp. 2455 945 945 25480 26580 58590 18980 1695 2135 58590 13250 14725 14725 62540 Biddulphia sp. 945 2655 945 1650 Thallassiothrix sp. 6850 68455 15890 2450 5530 2740 945 1645 1890 85050 85050 15685 14685 14485 1495 3780 Coscinodiscus sp. 3480 3525 945 11685 37590 58690 3260 1890 1890 3540 4855 3280 13250 1890 1265 945 Nitzschia sp. 72450 2750 2385 4895 985 2560 985 3450 1680 2825 Naviculla sp. 945 945 14580 3265 945 Bacillaria sp. 945 1545 4285 945 Melosira sp. 1450 Branchiorus sp. 14560 4520 Gleotrichia sp. 1250 Pleurosigma sp. 1450 945 4530 Merismopedia sp. 2685 Crysococcus teselatus 33075 Aphinozomenon flosaquae 16850 Cypridina sp. 3650 Cestum veneris 945 Microspora willeana FW algae 1785 5680 Cyanophyceae Trichodesmium sp. 4230 1280 Mycrocystis aeroeginosa 5670 Dinophyceae Ceratium sp. 2835 1290 945 1650 Taxa 4 6 3 3 5 3 6 4 2 7 4 3 6 5 7 6 5 7 Kelimpahan 30995 150840 18380 17065 47700 64530 59530 35260 7455 109780 37340 92510 98140 78500 48580 35615 24410 74335 H 0,6023 0,4201 0,2113 0,3585 0,3302 0,1493 0,6995 0,2388 0,5573 0,44 0,1657 0,2483 0,3153 0,6573 0,5732 0,5366 0,1563 0,3045 E 0,2896 0,202 0,1924 0,2001 0,1697 0,0928 0,2815 0,1901 0,2174 0,2324 0,3174 0,0925 0,1276 0,1959 0,3378 0,239 0,258 0,0597 C 0,3023 0,4382 0,7571 0,5300 0,638 0,6380 0,2778 0,5894 0,6363 0,3811 0,4180 0,8373 0,7559 0,5989 0,2489 0,3435 0,4098 0,7132 Tambak SaluranKali Buaya Laut 1. Appendix 3. Calculation of carrying capacity values of Holtekam coastal waters for ponds Calculating the volume of sea water entering the coastal waters Where: Vo = Volume of seawater that entering tocoastal waters h = tidal ranges x = distance from the shoreline at tide to limit the intake of sea water ponds y = length of coastline that parallel with pond areas tan θ = slope of the seabed Results of survey data is revealed that: h = 0.9 m with a tidal frequency 2 times per day Navy hidro-oceanography service office, the data field y = 15000 m the measurement map where the measurement is based on point coordinates. x = 400 results of field measurements 2010 tan θ = angle of slope of the coast between 0 o – 3 o with an average 2 o Vo = 0.5 x 0.9 x 15000 [ 2 x 400 – 0.90.035] From these data, the volume of seawater entering coastal area is: = 6750 x 774.29 = 5226457.5 m 2. 3 Calculating Volume of Water Available If volume of water in coastal waters is knew, then the calculation volume of available water using the formula: Vs = Vo x F Where Vs = volume of water available Vo = The volume of water that enter waters F = Frequency of daily tidal So that Vs = 5226457.5 x 2 = 10 . 452 . 915 m3

3. Calculation the maximum capacity of waste