37
bahan organik oleh mikroba sehingga konsumsi oksigen akan meningkat Effendi 2000. Peningkatan suhu perairan sekitar 10
o
Hasil pengukuran salinitas dari ketiga stasiun pengamatan berkisar antara 5-33‰. Salinitas pada tambak berkisar antara 5-17‰, saluran kali Buaya berkisar
antara 5-25‰ dan salinitas perairan Laut berkisar antara 31-33‰ Tabel 2. Salinitas Saluran kali Buaya fluktuasinya dipengaruhi oleh masukan air tawar dari
saluran irigasi dan masukan air laut pada saat terjadi pasang Effendi 2000. Proses percampuran air laut dan air tawar secara alami pada saat terjadi pasang
memberikan kondisi yang cocok bagi kelangsungan hidup biota budidaya. C menyebabkan peningkatan
konsumsi oksigen oleh organisme perairan 2–3 kali lipat. Sebaliknya dengan meningkatnya suhu, konsentrasi oksigen terlarut akan menurun.
Pada saat pasang, air laut yang masuk ke saluran kali Buaya akan meningkat sehingga salinitas akan meningkat, dan pada saat surut maka suplai air
tawar akan lebih besar terutama di daerah hulu saluran sehingga salinitas akan menurun. Salinitas perairan tambak relatif lebih rendah pada tambak yang jauh
dari saluran kali Buaya atau yang berada di daerah hulu karena lebih dipengaruhi oleh masukan air tawar terutama pada saat musim hujan.
4.1.3 Kecerahan, Kekeruhan dan Padatan Tersuspensi TSS
Kecerahan merupakan jarak yang dapat ditembus cahaya matahari ke dalam kolom air. Semakin jauh jarak tembus cahaya matahari, semakin luas
daerah yang memungkinkan terjadinya proses fotosintesa. Hasil pengamatan tingkat kecerahan perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut masing-masing
berkisar antara 23–25, 15–5, dan 25-100. Tingkat kecerahan pada perairan tambak dan saluran kali Buaya relatif lebih rendah karena kedalaman
tambak dan saluran relatif dangkal. Tingkat kecerahan di tambak dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton, sementara di saluran dipengaruhi oleh konsentrasi
lumpur yang terbawa oleh saluran irigasi sampai di muara. Hal ini nampak di stasiun laut dimana nilai kecerahan secara gradual meningkat. Tingkat kecerahan
dari masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.
38
Kecerahan berbanding terbalik dengan kekeruhan. Perairan yang tingkat kekeruhannya tinggi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam kolom air
sehingga membatasi proses fotosintesa.
Gambar 3. Tingkat kecerahan perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut Pesisir Holtekam Kota Jayapura.
Nilai rata-rata tingkat kekeruhan di perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut masing-masing adalah 3.0 NTU, 7.02 NTU dan 2.13 NTU Tabel 2.
Tingkat kekeruhan yang di saluran Kali Buaya diduga disebabkan oleh akumulasi buangan bahan organik dan anorganik dari tambak pada saat panen dan lumpur
yang terbawa dari saluran irigasi. Hal ini senada dengan pernyataan Davis Cornwell 1991 in Effendi 2000, bahwa kekeruhan dapat disebabkan oleh
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut seperti lumpur, pasir halus, plankton dan mikroorganisme lainnya. Perairan yang kekeruhannya
disebabkan oleh plankton memberikan indikasi bahwa perairan tersebut subur dan produktifitasnya tinggi.
Hasil pengamatan padatan tersuspensi TSS menunjukkan nilai rata-rata pada perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut masing-masing adalah 47.83
mgl, 201.67 mgl dan 162.17 mgl Tabel 2. Nilai TSS tertinggi di saluran Kali Buaya yakni 201.67 mgl. Hasil pengamatan TSS ketiga stasiun ini lebih tinggi
dari standar kualitas air yang diisyaratkan yakni 20 mgl KLH 2004 dan ≤50
mgl Boyd 2003. Hasil pengamatan visual di lapangan pada saat
25 23
24 23
24 25
15 20
23 25
30 35
25 75
80 90
100 100
20 40
60 80
100 120
substasiun 1 substasiun 2 substasiun 3 substasiun 4 substasiun 5 substasiun 6 Tambak
Saluran Laut
K e
ce rah
an
39
dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel menunjukkan bahwa saluran kali Buaya keruh karena lumpur yang terbawa oleh adanya saluran irigasi teknis
dimana sumber airnya berasal dari sungai Muaratami yang sepanjang tahun airnya sangat keruh akibat erosi di bagian hulu sungai.
Gambar 4. Tingkat kekeruhan perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut Pesisir Holtekam Kota Jayapura.
Kekeruhan berkaitan erat dan berkorelasi positif dengan TSS. Semakin tinggi TSS maka semakin tinggi nilai kekeruhan. Hasil pengamatan menunjukkan
adanya korelasi positif antara TSS dengan nilai kekeruhan, dimana rata-rata nilai kekeruhan tinggi di saluran Kali Buaya juga ditandai dengan tingginya TSS.
Sebaliknya, tingginya konsentrasi TSS di laut tidak selamanya diikuti oleh tingginya kekeruhan Effendi 2000. Jika padatan tersuspensi adalah bahan
organik sebagai akibat buangan limbah lumpur cair sludge dari tambak pada saat pemanenan. Kekeruhan akibat lumpur akan mempengaruhi kehidupan organisme
perairan. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme membutuhkan banyak oksigen untuk mengoksidasi bahan organik yang ada.
3,5 3
2,5 3,5
2,5 3
6 6
8,1 8
8 6
3 2,8
2 2
2 1
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Substasiun 1 Substasiun 2 Substasiun 3 Substasiun 4 Substasiun 5 Substasiun 6 Tambak
Saluran Laut
NTU
Keker u
h a
n
40
Gambar 5. Padatan tersuspensi TSS pada perairan tambak, saluran kali Buaya dan laut Pesisir Holtekam Kota Jayapura.
Keberadaan lumpur akan menyebabkan tingginya tingkat kekeruhan yang dapat menghambat penetrasi cahaya masuk ke kolom air sehingga menurunkan
efisiensi fotosintesa fitoplankton dan tanaman air khususnya lamun Gacia et al. 2005. Disamping itu, akan mengganggu pernapasan organisme perairan.
4.1.4 Derajat Keasaman pH