Salinitas Oksigen Terlarut Kualitas Perairan Pesisir .1 Suhu

1 sekurang-kurangnya 100 m kiri-kanan sungai besar dan 50 m di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman; dan 2 untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inpeksi antara 10–15 m. Kriteria yang dapat dipakai untuk penentuan kawasan lindung mangrove adalah minimal 130 kali rata-rata perbedaan pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis surut terendah kea rah darat. Secara ekologis terdapat saling keterkaitan antara tambak dan mangrove. Ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar khususnya bahan-bahan organik Robertson Phillips 1995; Primavera 2006. Disamping itu, mangrove berfungsi sebagai kawasan penting untuk breeding grounds, nursery area dan habitat bagi berbagai biota perairan Odum 1972; Widigdo Suwardi 2002. 2.3 Kualitas Perairan Pesisir 2.3.1 Suhu Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sebaran organisme akuatik dan reaksi kimia. Peningkatan suhu perairan secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme suatu perairan Wardoyo 1987. Suhu perairan merupakan suatu parameter penting, karena suhu perairan dapat mempengaruhi parameter fisika dan kimia yang lain. Di samping itu suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan derajat kelangsungan hidup, serta meningkatnya laju metabolisme. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh suhu udara di atasnya. Dengan demikian suhu air dipengaruhi oleh kondisi iklim clan cuaca saat pengamatan. Menurut Nybakken 1992 suhu perairan di daerah pesisir mempunyai perbedaan yang nyata di bagian permukaan dan dasar perairan, dimana suhu di bagian permukaan lebih tinggi daripada di dasar perairan. Suhu air yang berkisar antara 35 - 40°C, merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme air, yang dapat menyebabkan kematian.

2.3.2 Salinitas

Salinitas menggambarkan kandungan garam dalam air suatu perairan. Air laut pada umumnya memiliki salinitas 32 ppt. Salinitas di daerah perairan pesisir bertluktuasi dan dipengaruhi oleh musim, topografi, pasang surut serta jumlah air tawar yang masuk ke laut. Pasang surut dapat menyebabkan perubahan salinitas, sewaktu pasang air taut jauh masuk ke arah hulu dan sebaliknya sewaktu surut garis isohalin bergeser ke arah hilir Odum 1971. Salinit as perairan sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan sistem osmoregulasi organisme perairan. Menurut Nybakken 1992 salinitas di berbagai tempat.

2.3.3 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau dikenal dengan istilah DO dissolved oksigen adalah faktor penting bagi kehidupan makhuk hidup termasuk biota. perairan. Oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan terlarut pada perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan alami bervariasi bergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian dan berkurangnya tekanan atmosfer Jeffries Mills 1996 in Effendi 2000 Welch 1952 in Sulardiono 1997 menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam air umumnya berasal dari difusi oksigen, arus atau aliran air melalui air hujan dan fotosintesis, sedangkan o ksigen t erlarut dapat berkurang diseba bkan karena naiknya suhu air, meningkatkan salinitas, proses respirasi organisme perairan dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Alaerst Sartika 1987 menyatakan bahwa kelarutan oksigen dalam air dapat mencapai 14.6 mgl pada suhu 0°C dan 7 mgl pada suhu 35° C pada tekanan 1 atmosfer. Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan, sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhimya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut dipergunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak Rahayu 1991. Pada perairan yang menerima limbah organik, proses dekomposisi bahan buangan yang dilakukan oleh bakteri memerlukan oksigen yang cukup. Apabila jumlah bahan organik melimpah, aktivitas perombakan bakteri memerlukan oksigen yang sangat banyak, sehingga konsentrasi oksigen di perairan menjadi berkurang, bahkan dalam kondisi tertentu perairan dapat dalam keadaan tanpa oksigen anaerob, konsentrasi oksigen kurang dari 1 mgl dapat mematikan organisme perairan hanya dalam selang beberapa hari Swingle 1965 in Sulardiono 1997. Kondisi kelarutan oksigen yang rendah yang diikuti secara simultan oleh meningkatnya karbondioksida, penurunan pH air, meningkatnya sama laktat darah dan menurunnya pH darah ikan, meningkatnya amoniak dan nitrit serta sejumlah faktor lainnya mengakibatkan adanya kondisi yang disebut sebagai Low Dissolved Oxygen Syndrome LODOS atau dikenal sebagai kondisi hypoxia. Konsentrasi minimum oksigen terlarut digunakan untuk menduga laju beban maksimum yang diperkenankan atau daya dukung. Kebutuhan oksigen juga dikontrol oleh laju pasokan bahan organik. Nutrien diduga mempengaruhi pasokan oksigen melalui stimulasi produktivitas primer yang pada akhirnya akan kembali dikonsumsi oleh bakteri dan hewan. Karena itu, ketersediaan oksigen terlarut dan beban nutrien akan menentukan daya dukung dari suatu perairan Widigdo 2000.

2.3.4 Derajat Keasaman pH