keseragaman dihitung dengan membandingkan nilai indeks keanekaragaman dan nilai keanekaragaman maksimum.
Keseragaman jenis fitoplankton E dihitung dengan rumus :
dimana : H’ = indeks keanekaragaman Shannon-wiener H’
maks
= log
2
S = jumlah spesies
S
Nilai indeks keseregaman berkisar antara 0 – 1, dengan kriteria sebagai berikut : E 0.4
: keseragaman kecil 0.4
≤ E 0.6 : keseragaman sedang E
≥ 0.6 : keseragaman besar
Bila indeks keseragaman mendekati 0, maka ekosistem tersebut mempunyai kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu dan bila indeks
keseragaman mendekati 1 maka ekosistem tersebut relatif stabil. Sedangkan untuk mengetahui dominansi D suatu jenis fitoplankton
dalam komunitasnya digunakan indeks dominansi Simpson Legendre Legendre 1983, sebagai berikut :
Dimana : D = indeks dominansi ni
= jumlah spesies jenis ke-i N
= jumlah total individu seluruh jenis Nilai indeks dominansi berkisar 0–1. Jika indeks dominansi mendekati 0
berarti tidak ada jenis fitoplankton yang mendominasi. Sebaliknya jika nilai indeks dominansi mendekati 1 berarti ada salah satu jenis fitoplankton yang
mendominasi komunitas tersebut.
3.3.2 Analisis Spasial Karakteristik Kualitas Air
Analisis spasial karakteristik kualitas perairan pesisir antara stasiun pengamatan, digunakan pendekatan analisis statistik multivariable, yaitu Analisis
Komponen Utama PCA Bengen et al. 1994. PCA merupakan metode statistik
deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data. Matriks data yang
dimaksud terdiri dari stasiun pengamatan sebagai individu statistik baris dan parameter kualitas perairan sebagai variable kualitatif kolom. Sebelum
melakukan PCA terlebih dahulu dilakukan analisis varians. Pada prinsipnya PCA menggunakan jarak Euclidean jumlah kuadrat
perbedaan antara individubaris dan variabelkolom yang berkoresponden pada data yang didasarkan pada rumus :
Keterangan : D
2
= 2 stasiun pada baris ke-i = jarak euklidien
Ji = parametereter kualitas perairan indeks pada kolom, bervariasi dari 1
ke-p X
ij
Semakin kecil jarak Euclidean antara dua stasiun pengamatan, maka makin mirip karakteristiknya, sebaliknya semakin besar jarak Euclidean antara
dua stasiun pengamatan, maka semakin berbeda karakteristik parameter fisika kimia perairan antara kedua stasiun pengamatan.
= jumlah kolom j untuk semua baris i
3.3.3 Analisis Daya Dukung Perairan
Perhitungan kemampuan perairan pesisir dalam mengencerkan limbah tambak sangat penting demi kelestarian lingkungan pesisir dan kegiatan tambak
yang berkelanjutan. Perhitungan kemampuan perairan pesisir dalam mengencerkan limbah tambak mengacu pada rumus hasil kegiatan penyusunan
kriteria eko-biologis Widigdo 2000. Data yang digunakan dalam analisis daya dukung perairan diperoleh dari
hasil pengukuran langsung di lapangan data primer, maupun dari berbagai sumber data sekunder. Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Amplitudo atau kisaran pasut tidal range h, diambil dari hasil pengamatan
lapangan dan daftar pasang surut yang dikeluarkan oleh Dinas hidro oseanografi AL data sekunder.
2. Panjang garis pantai y, diperoleh dari dokumen Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah RUTRW Kota Jayapura data sekunder. 3.
Jarak garis pantai dengan lokasi pantai yang kedalaman airnya 1 m pada saat surut terendah x, diperoleh dari hasil pengukuran lapangan data primer.
4. Sudut kemiringan dasar laut pantai , diperoleh dari peta batimetri yang
dikeluarkan oleh Dinas hidro oseanografi AL Jayapura data Sekunder. Setelah data-data tersebut terkumpul, dilakukan perhitungan untuk
mengetahui kapasitas kawasan perairan pesisir menerima limbah dari budidaya tambak. Secara lengkap tahapan dalam perhitungan daya dukung adalah :
1. Menghitung volume air laut yang masuk ke dalam kawasan pesisir atau air
yang tersedia dengan menggunakan rumus :
Dimana, Vo = volume air laut yang memasuki perairan pantai m
3
h = Kisaran pasang surut tidal range setempat m .
y = lebar areal tambak yang sejajar garis pantai m. x = Jarak dari garis pantai pada waktu pasang hingga lokasi
intake air laut untuk keperluan tambak m.
θ = Sudut kemiringan pantai Setelah diketahui V
o
2. Menghitung kapasitas limbah yang maksimal yang bisa diterima kawasan
pesisir berdasarkan asumsi dari Racocy Alison 1981 in Widigdo Suwardi 2002 yaitu maksimal limbah tambak yang bisa di asimilasi atau
didegradasi oleh lingkungan secara alami sebanyak 1 dari volume air yang tersedia.
, maka nilai tersebut dikalikan dengan frekuensi pasang harian dan hasilnya merupakan nilai volume air tersedia Vs.
Volume air per satuan waktu dalam suatu kawasan adalah merupakan debit air di kawasan tersebut, sehingga semakin besar debit air berarti semakin
besar juga daya tampungnya terhadap limbah. Artinya semakin besar juga produksi tambak yang mungkin dapat dicapai di kawasan tersebut.
3.3.4 Estimasi Beban Limbah Budidaya Tambak