sehingga terbentuk komunitas biotik yang berlebih blooming dan 2 zat-zat kimia toksik yang dapat menurunkan kelimpahan biota perairan dan mematikan
kehidupannya.
2.5 Potensi Limbah Perikanan Budidaya
Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat
mempengaruhi kualitas perairan, apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan menurun,
sehingga menurun pula nilai guna dan fungsi perairan bagi peruntukan lainnya Dahuri Arumsyah 1994. Nilai kisaran parameter kualitas air yang terukur
dari lingkungan perairan pantai secara langsung dipengaruhi oleh proses hidrodinamika, misalnya pasang surut, gerakan ombak, pengenceran oleh air
tawar dan sebagainya.
Kegiatan budidaya dapat menghasilkan limbah budidaya yang terbuang ke lingkungan perairan dan secara nyata dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
pesisir Johnsen et al. 1993. Secara langsung dan tidak langsung dampak pencemar terhadap lingkungan perairan yaitu menurunnya populasi organisme
dan kerusakan habitat lingkungan perairan sebagai media hidupnya. Dalam kegiatan perikanan budidaya, penurunan kandungan oksigen terlarut yang
merupakan faktor pembatas bagi kehidupan biota perairan, terjadinya eutrofikasi akibat pengayaan nutrien N dan P, yang mengakibatkan terganggunya proses
ekologis perairan serta nilai guna perairan Karydis 2005 Kemampuan perairan pesisir dalam mengencerkan limbah selain
ditentukan oleh jumlah beban limbah yang masuk, juga ditentukan oleh faktor- faktor yang mendukung kemampuan asimilasi perairan tersebut, yaitu faktor
hidro-oseanografi arus, pasang surut, batimetri dan volume air penerima limbah. Apabila limbah yang masuk ke lingkungan perairan pesisir melampaui kapasitas
asimilasi atau kemampuan daya dukung maka akan berdampak terhadap berubahnya fungsi ekologis perairan pesisir tersebut. Salah satu penyebab
penurunan kualitas lingkungan perairan pesisir adalah buangan limbah budidaya selama operasional. Buangan limbah tersebut mengandung bahan organik, nutrien
dan pestisida dengan konsentrasi tinggi sebagai konsekuensi dari masukan akuainput dalam budidaya Johnsen et al. 1993; McDonal et al. 1996; Boyd et al.
1999; Horowitz Horowitz 2000; Montoya Velasco 2000; Lin Yi 2003. Pada budidaya secara komersial, sebanyak 30 dari total pakan yang diberikan
tidak dikonsumsi oleh ikan dan sekitar 25-30 pakan yang dikonsumsi tersebut akan diekskresikan Mc Donal et al. 1996. Hasil ekskresi dan feases akan
meningkatkan nutrien anorganik dan organik yang masuk kedalam ekosistem perairan. Dampaknya cenderung memperburuk pertukaran air dari perairan
pesisir ke dalam tambak terutama jika kegiatan budidaya terkonsentrasi pada satu lokasi.
Limbah yang berasal dari tambak di sepanjang pesisir pantai akan langsung masuk ke laut dan akan berdampak pada penurunan kualitas perairan.
Limbah tersebut akan mengalami proses dekomposisi oleh bakteri, dimana oksigen merupakan komponen yang sangat dibutuhkan dalam proses dekomposisi
limbah Widigdo 2000. Hasil monitoring yang dilakukan Primavera 1994 in Widigdo et al. 2000 menyebutkan bahwa pada tambak udang intensif 15 dari
pakan yang diberikan akan larut dalam air, sementara 85 yang dimakan sebagian besar juga akan dikembalikan ke lingkungan dalam bentuk limbah.
Hanya 17 dari pakan yang diberikan dikonversikan menjadi daging udang, sementara 45 terbuang dalam bentuk ekskresi metabolism, kelebihan nutrien,
pergantian kulit moulting dan pemeliharaan energi dan 20 dari pakan akan dikembalikan dalam bentuk limbah padat berupa feases.
Buangan limbah budidaya dapat mendegradasi lingkungan perairan apabila limbah tersebut mengandung konsentrasi P terlarut 0.1 mgl, cenderung
dapat menimbulkan proses eutrofikasi Alabaster 1982 in Kibria et al. 1996. Terdapat empat jenis dampak lingkungan yang spesifik dari budidaya intensif
yaitu hipernutrifikasi, pengayaan bentik, BOD
5
dan perubahan bakterial Gowen et al
. 1990 in Silvert 1992. Selanjutnya Barg 1992 menyatakan bahwa limbah nutrien dan bahan organik dalam bentuk terlarut maupun partikel, berasal dari
pakan yang tidak termakan dan ekskresi, umumnya dikarakterisasi oleh peningkatan jumlah bahan tersuspensi TSS, BOD
5
, COD dan kandungan C, N, dan P. Sayangnya, sebagian besar informasi yang tersedia tentang limbah yang
dilepaskan dari kegiatan budidaya tambak masih kurang.
Laju pergantian air oleh arus dan pasang surut sangat berperan di dalam proses pembuangan limbah dan memasok oksigen Barg 1992. Dinamika arus
dan kedalaman air yang menerima beban limbah menentukan tingkat pengenceran atau penyebaran areal sedimentasi dari pembuangan limbah dan dampaknya
terhadap ekologi sekitar lokasi budidaya Silvert 1992; Buschmann et al. 1996.
2.5 Potensi Limbah Tambak