Estimasi Beban Limbah Budidaya Tambak Analisis Teknis Budidaya Tambak Analisis Keterkaitan antara Kegiatan Budidaya, Limbah Perairan dan Keuntungan Usaha Budidaya.

3.3.4 Estimasi Beban Limbah Budidaya Tambak

Konsentrasi limbah dari sisa pakan dan feses ikan sebenarnya akan mengalami penurunan karena terurai menjadi unsur hara yang kemudian dikonversi untuk pertumbuhan fitoplankton Widigdo 2000. Namun di dalam memperhitungkan jumlah limbah, penurunan tersebut tidak diperhitungkan, karena belum adanya metoda perhitungan kuantitatif yang memadai untuk itu. Adanya asumsi bahwa over prediction limbah masih lebih baik dibanding dengan under prediction . Perhitungan beban limbah budidaya adalah dengan mengalikan volume air tambak dengan nilai konsentrasi N-Total, TOM dan PO 4 x F -P di perairan tambak. Nilai ini selanjutnya dihubungkan dengan nilai baku mutu perairan untuk budidaya KLH 2004. Formula yang dipakai pada perhitungan ini didasarkan atas perhitungan nutrient loading model yang dimodifikasi dan dikembangkan oleh Barg 1992, yaitu : Dimana, N = jumlah limbah di perairan mgl E = konsentrasi limbah dalam air mgl V = volume perairan m 3 F = flushing time m 3

3.3.5 Analisis Teknis Budidaya Tambak

dtkF tambak = 1 Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi teknis pengelolaan tambak bandeng yang saat ini sedang dilakukan oleh masyarakat. Untuk tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data yang meliputi : luas tambak, prasarana dan sarana budidaya serta teknik produksi yang meliputi : persiapan tambak jenis dan dosis pupuk, pestisida, kapur, benih sumber benih, umur, jumlah, perlakuan, aklimatisasi, pengelolaan air dan lingkungan, pakan jenis, jumlah, ukuran dan frekuensi pemberian pakan, pemantauan pertumbuhan, penanganan hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada responden utama baik secara tertutup dan terbuka dan pengamatan visual di lapangan visual survey. Data tersebut kemudian di analisis secara deskriptif dan hasilnya disajikan secara naratif dan sebagian dalam bentuk Tabel.

3.3.6 Analisis Finansial

Untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya tambak bandeng, maka dilakukan analisis finansial dengan melihat hasil yang mungkin diterima oleh pelaku usaha, menguntungkan atau tidak. Analisis finansial yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pada dua kriteria yaitu undiscounted criterion dan discounted criterion.

A. Undiscounted Criterion

Dalam melakukan analisis disini tidak mempersoalkan apa yang diperoleh dikemudian hari, besaran nilainya diukur dengan nilai uang sekarang. Kriteria yang digunakan meliputi : 1 Analisis pendapatan usaha π; 2 Analisis imbangan penerimaan dan biaya RC; 3 Analisis titik impas BEP. Analisis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Pendapatan Usaha Tambak Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output dari usaha tambak dan besar keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari usaha tambak yang dilakukan Djamin, 1993. Konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana, = Pendapatan keuntungan per musim tanam Rp. Y = Total produksi jumlah kg produksi per musim tanamkg X = Jumlah input yang digunakan kg P y P = Harga per satuan produk Rp. xi P = Harga per satuan input Rp. y = Total Pengeluaran = TC .Y = Total Penerimaan = TR Dengan kriteria usaha : TRTC , maka usaha tambak menguntungkan TR=TC , maka usaha tambak impas TCTR , maka usaha tambak rugi Revenue Cost Ratio RC Analisis ini dikenal dengan istilah imbangan penerimaan dengan biaya. Analisis ini berguna untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha selama periode waktu tertentu satu musim tanam. Rumus yang digunakan untuk menghitung RC dijelaskan oleh Riyanto 1989 in Tahir 2000. dimana, TR = Total Penerimaan Total Revenue TC = Total pengeluaran Total Cost Kriteria usaha : RC 1, usaha menguntungkan RC = 1, usaha impas RC 1, usaha merugikan Break Event Point BEP Analisis titik impas BEP adalah suatu cara untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, dan biaya lainnya serta laba dan rugi. Hasil analisis BEP akan diketahui pada volume jumlah penjualan Rp. dan produksi kg berapa suatu usaha tidak rugi dan tidak untung impas Sigit 1993. Rumus yang digunakan adalah : Dimana : TC = Biaya total Rp. TP = Total produksi kg BEP = Harga Produksi minimum Rp. Dimana : TC = Biaya total Rp. CPU = Harga per Unit Rp.kg BEP = Produksi minimum Rp.

B. Discounted Criterion

Dalam analisis ini dipersoalkan apa yang akan diperoleh dikemudian hari dengan dasar nilai sekarang. Semua aliran cost dan benefit selam umur ekonomis tertentu diukur dengan dasar nilai uang sekarang, artinya kita melakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Aliran cost dan benefit yang telah di-discount akan menghasilkan present value dari cost dan benefit. Discounting factor yang dipakai tergantung pada tingkat suku bunga yang akan dipakai sebagai discount rate. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 Net present value NPV; 2 net benefit cost ratio Net BC; 3 Internal Rate of Return IRR. Uraian setiap kriteria tersebut adalah sebagai berikut : Net Present Value NPV Manfaat yang diperoleh dari suatu usaha kaitannnya dengan nilai waktu penerimaan laba, dapat ditentukan dengan jalan mencari nilai netto pada saat ini, atau mencari tingkat presentase discount rate dengan menyamakan jumlah nilai investasi dengan nilai penerimaan usaha pada saat ini Kadariah et al. 1978. Cara tersebut lazim disebut dengan istilah metode mendiskonto, yaitu mencari nilai saat ini dari arus penerimanpengeluaran pada beberapa tahun yang akan datang berdasarkan suatu tingkat diskon tertentu. NPV merupakan selisih antara present value dari manfaat dengan present value dari biaya. Bila dalam analisis diperoleh nilai NPV 0, berarti usaha layak untuk dilaksanakan; bila NPV = 0, pengembalian persis sama dengan opportunity cost dari modal dan bila NPV 0, berarti usaha tidak layak dilakukan. Untuk menghitung nilai NPV digunakan persamaan sebagai berikut : Dimana, B t C = manfaat usaha pada tahun ke-t t n = umur ekonomis = biaya unit usaha pada tahun ke-t r = discount rate t = 0, 1, 2, 3, … tahun ke-n Net Benefit Ratio Net BC Net BC adalah perbandingan nilai sekarang dari keuntungan suatu usaha dengan biaya investasi pada awal usaha Kadariah et al. 1978. Untuk menghitung nilai Net BC digunakan persamaan sebagai berikut : dimana, B t C = manfaat pada tahun ke-t t n = umur ekonomis = biaya pada tahun ke-t r = discount rate t = 0, 1, 2, 3, … tahun ke-n Internal Rate Return IRR IRR merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV = 0, Jadi dalam keadaan batas untung dan rugi. Hal ini dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asalkan setiap manfaat yang diperoleh ditanam kembali pada tahun berikutnya Kadariah et al. 1978. IRR dirumuskan sebagai : dimana, i 1 i = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif 2 NPV = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif 1 = NPV pada tingkat suku bunga i NPV 1 2 = NPV pada tingkat suku bunga i kriteria, IRR1 , berarti kegiatan budidaya tambak dapat dilanjutkan 2 IRR1 , berarti kegiatan budidaya tambak ini lebih baik dihentikan Struktur Biaya Struktur biaya adalah seluruh komponen biaya yang terlibat didalam kegiatan budidaya tambak mulai dari persiapan sampai panen. Biaya pengeluaran meliputi : 1 biaya investasi, yang terdiri dari pembangunan fisik tambak, dan pengadaan peralatan; 2 Modal kerja, yang meliputi biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dan biaya produksi; 3 biaya cicilan dan bunga modal. Biaya penerimaan adalah hasil penerimaan dari penjualan hasil produksi budidaya. Komponen biaya ini bermanfaat untuk digunakan dalam analisis finansial kegiatan budidaya tambak, sehingga dapat diketahui keuntungan yang diperoleh, kelayakan dan keberlanjutan usaha budidaya tambak tersebut.

3.3.7 Analisis Keterkaitan antara Kegiatan Budidaya, Limbah Perairan dan Keuntungan Usaha Budidaya.

Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis sebelumnya yang meliputi : daya dukung kawasan perairan pesisir Holtekam, analisis karakteristik parameter kualitas air, analisis teknis budidaya dan analisis kelayakan usaha, maka dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui hubungan masing-masing dalam upaya pengembangan budidaya tambak dalam rangka pemanfaatan lahan pesisir secara berkelanjutan. Hasil analisis disajikan secara naratif. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Stasiun Pengamatan Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun yakni laut, saluran kali Buaya dan tambak dimana masing-masing stasiun terdiri atas 6 substasiun. Stasiun laut terletak di perairan pesisir pantai Holtekam, merupakan lekukan pantai di dalam Teluk Yos Sudarso yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Sebelah timur pesisir Holtekam dibatasi oleh sebuah tanjung yang menghalangi hempasan gelombang secara langsung dari Samudera Pasifik. Bagian depan perairan Holtekam terdapat dua pulau karang yang dikelilingi oleh terumbu karang, namun kondisinya sudah rusak akibat aktivitas masyarakat dan sedimentasi. Lebar pantai pada saat surut sekitar 150 m, dan jarak perairan dengan daratan sekitar 10 m. Topografi pantai landai dengan kemiringan pantai antara 1-3 dengan rata-rata 2. Perairan ini mempunyai substrat pasir dan merupakan tempat bermuara kali Buaya. Pola arus pada saat pasang dari arah Timur Laut ke arah Barat Daya menyusur pantai menuju Teluk Yotefa dan pada saat surut arah arus kembali menuju arah timur laut. Saluran kali Buaya merupakan sungai kecil dengan lebar di daerah muara ±60 m, namun lebar mulut muara menyempit akibat pembuatan jembatan menjadi ±16 m. Di sepanjang pinggiran sungai ditumbuhi oleh mangrove yang didominasi oleh Rhizophora sp. dan Sonneratia sp. Lebar sungai ke arah hulu semakin menyempit dan pada sub stasiun 3 lebar sungainya ±30 m daerah basah. Substrat dasar pada daerah dekat muara adalah pasir sedangkan di daerah hulu mempunyai substrat lumpur. Stasiun tambak merupakan areal pertambakan yang terletak di sepanjang pesisir pantai Holtekam di sebelah kiri-kanan Kali Buaya, namun sebagian besar areal tambak terletak di sebelah kiri. Suplai air dari Kali Buaya ke tambak melalui saluran sekunder dengan lebar 5-10 m. Saluran ini berfungsi mensuplai air tambak sekaligus sebagai saluran pembuangan tambak pada saat panen. Kedalaman air pelataran tambak berkisar antara 35–50 cm, sedangkan pada saluran keliling caren berkisar antara 50–100 cm. Kawasan hutan mangrove yang masih utuh masih dapat dijumpai di antara areal tambak.