Kompleksitas Alat PERBANDINGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN ASPEK TEKNIS

35 produksi biogas dapat diperoleh dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan suhu mesofil. Selain itu, kondisi termofil akan menyebabkan keberadaan mikroorganisme patogen pada limbah lebih sedikit, degradasi asam lemak rantai panjang lebih baik, dan residu pembentukan biomassa sludge lebih rendah dibandingkan dengan kondisi mesofil Wellinger 1999. Kerugiannya adalah kebutuhan energi yang lebih besar untuk pengoperasiannya. Apabila CSTR yang digunakan menggunakan suhu mesofilik, teknologi pengolahan anaerobik tetap lebih menguntungkan dibandingkan sistem lainnya. Hal ini dikarenakan adanya pengendalian proses yang lebih pasti dalam tangki digester dibandingkan dengan sistem lagoon tertutup. Selain itu, teknologi PT KIS cenderung lebih baik karena memakai sistem tangki yang memakai recycling sludge.Dampaknya, efektivitas degradasi substrat menjadi metana dapat terjamin lebih baik. Selain itu, aplikasinya menggunakan agitator well-orientedsentral dan lateral.Keuntungan dari adanya agitator adalah terciptanya kondisi substrat yang homogen dan pemecahan kerak scum yang terbentuk pada tangki Lars Enviro Private Ltd. 2012. Oleh karena itu, reaktor CSTRcenderung menghasilkan rendemen biogas yang lebih tinggi.Dibandingkan dengan teknologi cover lagoon, teknologi CSTR lebih baik karena tidak terjadi endapan yang bisa menurunkan volume biogas yang dihasilkan. Pada teknologi cover lagoon milik PT AES dan PT KME, terdapat keuntungan dalam hal kebutuhan energi. Teknologi cover lagoon tidak membutuhkan energi yang besar karena reaksi berlangsung pada suhu ruang. Akan tetapi, terdapat beberapa kelemahan. Pertama, kemungkinan endapan pada cover lagoon cukup besar sehingga dapat menyebabkan ruang untuk biogas yang dihasilkan lebih rendah. Meskipun dilengkapi dengan mekanisme pengadukan bioflow diffuser pada teknologi PT KME, tetap terdapat kemungkinan penghambatan dan pengecilan ruang untuk penampungan biogas.Kedua, terdapat kerentanan kebocoran pada teknologi cover lagoonkarena menggunakan plastik HDPE.Plastik yang digunakan cukup luas, sehingga saat terdeteksi adanya kebocoran dari monitor, cukup sulit ditemukan bagian plastik yang mengalami kebocoran. Berdasarkan aspek bioreaktor anaerobik, pilihan penggunaan teknologi PT KIS lebih baik karena banyak keunggulan yang ditawarkan, terkait dengan karakteristik limbah cair pada PKS Lampung. Seperti halnya LCPKS lain, LCPKS Lampung juga memiliki bahan karbon organik yang tinggi, ditandai dengan rata-rata COD yang mencapai41.000-50.250 mgL dan TSS yang mencapai 42.533-54.500 mgL Sarono et al. 2012. Dari nilai kandungan tersebut, kandungan TSS pada LCPKS Lampung cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan endapan lumpur yang tebal jika menggunakan sistem cover lagoon sehingga proses konversi dari LCPKS ke gas metana dapat menurun sehingga energi akhir yang dihasilkan pun cukup rendah atau berfluktuatif.

4.4.3. Kompleksitas Alat

Kompleksitas alat merupakan parameter yang terkait dengan kelengkapan peralatan dalam sistem serta tingkat kecanggihan dari peralatan tersebut. Dilihat dari kompleksitas alat yang tersedia, teknologi PT KIS memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua penyedia teknologi lainnya. Terdapat peralatan untuk pretreatment yang lengkap, reaktor anaerobik, pengolahan sekunder an tersier, penanganan biogas, serta penanganan lumpur yang dihasilkan. Hal tersebutjuga memberikan keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknologi PT KIS adalah tingkat efisiensi dan efektivitas kerja proses yang cenderung lebih tinggi. Selain itu, keamanan dalam pengoperasian lebih terjamin dengan adanya peralatan pengaman.Adanya integrasi dari pretreatmenthingga penanganan lumpur membuat proses dapat dikendalikan secara komprehensif sehingga menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi. Kerugian yang diperoleh terkait 36 dengan kendala sumber daya manusia yang ada pada PKS penerima teknologi. Jika sumber daya manusia yang ada kurang kompeten, maka operasi dan pemeliharaan kurang terjamin dengan baik. Seandainya terjadi masalah dalam pengoperasian, akan dibutuhkan biaya yang lebih besar dan keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu, ketergantungan terhadap penyedia tekonologi akan terjadi. Kompleksitas tersebut dapat menyebabkan kurangnya ketertarikan pihak penerima teknologi, terutama jika penguasaan keterampilan sumber daya manusianya sedang atau rendah. Teknologi PT AES merupakan teknologi yang paling sederhana dalam hal kompleksitas. Hal ini terlihat dari batasan proyek yang dilakukan. PT AES hanya menangani bagian pengolahan anaerobik. Namun, sebelum cover lagoon, terdapat suatu kolam condotioning yang berfungsi seagai kolam ekualisasi. Proses pada cover lagoon pun cukup mudah karena pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan kondisi pengolahan PKS sebelum menggunakan teknologi konversi PT AES. Kompleksitas pada teknologi PT AES terlihat pada penanganan dan pemanfaatan biogas. Akan tetapi, hal tersebut merupakan opsi yang dapat dipilih dan ditentukan sendiri oleh PKS pengguna teknologi. Teknologi PT KME memiliki inti yang sama dengan teknologi PT AES, tetapi lebih kompleks. Teknologi PT KME menyediakan paket yang dimulai dari pengumpanan LCPKS, pengolahan anaerobik, penanganan biogas, dan pompa-pompa untuk penanganan lumpur akhir.Selain itu, tersedia monitor otomatis sehingga pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya lebih mudah. Perbedaan lain dari teknologi PT AES dan PT KME adalah jumlah flare yang digunakan. PT AES cenderung memakai dua flare Soesanto 2012, sedangkan PT KME cenderung hanyamenggunakan satu flare. Perbedaan tersebut terkait dengan penghancuran biogas berlebih yang berdampak pada reduksi emisi yang lebih baik. Seperti yang telah dijelaskan pada Subbab Kondisi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Provinsi Lampung, menurut Sarono et al. 2012, PKS Lampung merupakan PKS dengan skala menengah yang memiliki manajemen lingkungan yang terbatas. Tenaga kerja yang ada cukup sedikit, memiliki pengalaman kerja rendah hingga sedang dengan latar belakang pendidikan SLTA, serta berada di bawah koordinasi bagian produksi. Hal tersebut berimplikasi pada pemilihan teknologi berdasarkan kompleksitasnya. Kompleksitas tinggi yang ditawarkan oleh PT KIS kurang cocok untuk diaplikasikan pada PKS Lampung yang hanya berkapasitas sedang. Selain itu, kondisi tenaga kerja bagian lingkungan kurang tepat untuk menangani teknologi yang sangat kompleks. Terlebih lagi, jika terjadi masalah pada salah satu komponen alat dalam paket teknologi. Kesalahan perbaikan dapat memperparah kondisi. Oleh karena itu, teknologi PT AES dan PT KME lebih menarik untuk diaplikasikan karena kesederhanaannya. Jika dibandingkan antara keduanya, penggunaan teknologi PT KME terlihat lebih baik karena terdapat scrubber dan monitoring atau kontrol yang lebih lengkap. Masalah yang mungkin kerap timbul seperti masalah kebocoran dan pengendapan dapat diatasi dengan lebih baik dengan menggunakan fasilitas monitoring tersebut.

4.4.4. Waktu Pengolahan Waktu Startup, Waktu Retensi, Waktu Mixing