51 Tabel 9. Perbandingan penilaian kriteria investasi berdasarkan jenis penerimaan
Skenario penerimaan
Proyek Teknologi
Kriteria Investasi NPV Rp
IRR Net BC
Gross BC
PBP tahun
1. Listrik PT KIS
21.004.520.000 24,80
1,62 1,42
4,87 PT AES
2.727.510.000 13,55
1,07 1,06
6,32 PT KME
25.327.590.000 29,23
1,84 1,70
4,13 2. CER
PT KIS -49.007.750.000
- 0,02
- PT AES
-45.770.670.000 -
0,01 -
PT KME -35.568.220.000
- 0,02
- 3. Listrik
dan CER PT KIS
21.865.520.000 25,27
1,65 1,44
4,78 PT AES
3.387.260.000 14,08
1,09 1,07
6,18 PT KME
26.188.590.000 29,72
1,87 1,72
4,06
4.6.4. Manfaat dari Penurunan Bea Masuk pada Ekspor CPO ke Negara APEC
Selain manfaat finansial yang diperoleh dari penjualan listrik dan CER, dapat diperoleh juga manfaat finansial jika CPO tergolong dalam kategori ramah lingkungan. Dengan kategori tersebut,
ekspor ke negara-negara anggota APEC dapat memperoleh penurunan bea masuk. Di antara anggota APEC, negara-negara yang merupakan importir CPO dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Impor CPO dunia oleh negara anggota APEC tahun 2011
Negara Anggota APEC Nilai Impor CPO US
1. Malaysia
1.630.867.301 2.
Singapura 434.114.218
3. Meksiko
398.467.390 4.
Vietnam 188.935.120
5. Cina
95.260.804 6.
Jepang 21.879.739
7. Korea Selatan
3.818.682 8.
Rusia 1.448.657
9. Amerika Serikat
198.298 10.
Kanada 51.946
11. Selandia Baru
48.420 Total
2.775.090.575 Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics Database
IndexMundi 2012
b
Dari antara negara-negara anggota APEC tersebut, negara yang menjadi importir CPO Indonesia adalah Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Amerika Serikat. Pada
tahun 2010, ekspor CPO Indonesia yang terbesar adalah ekspor ke Malaysia. Sementara, pada perkembangannya, ekspor Indonesia yang terbesar pada tahun 2011 adalah ekspor ke India dan Cina.
India tidak termasuk negara anggota APEC, sementara Cina merupakan negara APEC. Salah satu hambatan dalam ekspor CPO Indonesia umumnya dikenai bea masuk yang cukup besar di negara-
52 negara importir tersebut. Sebagai contoh, pada bulan September 2012, bea masuk CPO Indonesia
mencapai 13,5. Jika CPO Indonesia tergolong produk ramah lingkungan, bea masuk CPO Indonesia ke negara APEC dapat mencapai 0-5 APEC 2012. Hal ini akan berdampak pada perolehan
keuntungan secara finansial.Sebagai ilustrasi, dapat dilakukan penghitungan mengenai pengurangan bea masuk berdasarkan data ekspor CPO Indonesia. Data yang digunakan merupakan data ekspor
CPO Indonesia tahun 2010, tetapi besaran bea masuk menggunakan asumsi sesuai data pada bulan September 2012. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai penurunan bea masuk berdasarkan data ekspor CPO Indonesia tahun 2010
Negara Tujuan Jumlah
ekspor ton Nilai ekspor
US Bea masuk US
13,5 5
Penghematan
1. Jepang
7.408 5.869.000
792.315 293.450
498.865 2.
Hongkong 52
55.000 7.425
2.750 4.675
3. Cina
108.827 93.832.000
12.667.320 4.691.600
7.975.720 4.
Singapura 573.156
460.368.000 62.149.680
23.018.400 39.131.280
5. Malaysia
1.318.387 1.059.891.000
143.085.285 52.994.550
90.090.735 6.
Vietnam 176.076
145.302.000 19.615.770
7.265.100 12.350.670
7. AS
3.000 2.750.000
371.250 137.500
233.750 Total
2.186.906 1.768.067.000
238.689.045 88.403.350
150.285.695 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Saat CPO Indonesia tidak termasuk produk ramah lingkungan, bea masuk total yang dikenakan adalah US 238.689.045. Di sisi lain, jika CPO Indonesia termasuk dalam kategori produk ramah
lingkungan, bea masuk yang dikenakan hanya sekitar US 88.403.350, atau bahkan tidak ada bea masuk yang harus dibayarkan. Dengan demikian, penghematan yang dapat diperoleh sebesar
US150.285.695 – US 238.689.045. Penghematan ini dapat memacu pabrik-pabrik CPO Indonesia untuk meningkatkan produksinya.
4.7. KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PROSES ALIH TEKNOLOGI