Substitusi Bahan Bakar Fosil Manfaat Lain

44 Santoso 2011. Dengan demikian, reduksi emisi yang diperoleh pada aplikasi teknologi di keseluruhan PKS di Provinsi Lampung setara dengan penyerapan karbon dioksida pada 4.127 pohon trembesi, atau 715 pohon trembesi pada aplikasi di satu PKS berkapasitas 45 ton TBSjam.

4.5.2. Substitusi Bahan Bakar Fosil

Penggunaan teknologi konversi gas metana menjadi energi listrik dapat menjadi substitusi penggunaan bahan bakar fosil di lingkungan PKS. Tingkat substitusi bahan bakar solar bergantung padajumlah biogas yang dihasilkan dari dekomposisi anaerobik. Menurut Wahyuni 2009, biogas memiliki nilai kesetaraan tertentu terhadap beberapa bahan bakar. Nilai kesetaraan tersebutdapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan nilai pada Tabel 6, setiap 1 m 3 biogas setara dengan solar bahan bakar diesel sebanyak 0,52 L. Oleh sebab itu, dalam memproses 1 ton TBS setara dengan 0,826 m 3 LCPKS, dapat terjadi substitusi ataupun reduksi pemakaian bahan bakar diesel dengan memanfaatkan energi dari gas metana hasil pengolahan LCPKS. Tabel 6. Kesetaraan nilai biogas dengan beberapa bahan bakar Bahan Bakar Kesetaraan 1 m 3 biogas Elpiji 0,46 kg Minyak tanah 0,62 L Solar 0,52 L Bensin 0,8 L Gas alam 1, 5 m Kayu Bakar 3 3,5 kg Sumber : Wahyuni 2009 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, biogas yang dihasilkan melalui teknologi PT KIS sekitar 28 m 3 m 3 LCPKS yang diolah. Biogas yang dihasilkan dari teknologi PT AES sekitar 20 m 3 ton TBS yang diproses atau 24,2-31,7 m 3 biogasm 3 LCPKS yang diolah. Sementara, kandungan biogas yang dihasilkan pada penggunaan teknologi PT KME adalah 21,9-26,9 m 3 m 3 LCPKS yang diolah. Berdasarkan hal tersebut, jumlah solar yang dapat direduksi menggunakan teknologi PT KIS adalah sebesar 12,03 literton TBS yang diproses atau setara dengan 541,35 L per jam produksi pada kapasitas 45 ton TBS. Jumlah solar yang dapat direduksi teknologi PT AES pada kapasitas 45 ton TBSjam adalah sebesar 468,00 L selama satu jam atau rata-rata 10,40 literton TBS yang diproses. Pada teknologi PT KME, reduksi penggunaan solar dapat mencapai 10,49 literton TBS yang diproses atau sebanyak 471,90 L per jam produksi dengan kapasitas 45 ton TBS.

4.5.3. Manfaat Lain

Manfaat lingkungan lainnyayang diperoleh dengan menggunakan teknologi penangkapan gas metana dan konversinya menjadi listrik adalah berkurangnya masalah polusi udara di sekitar lingkungan pabrik dan instalasi pengolahan air limbah IPAL. Sistem konvensional yang menggunakan kolam terbuka menyebabkan biogas yang memiliki kandungan H 2 Selain mengurangi beban pencemaran ke udara, penggunaan teknologi tersebut juga mengurangi beban pencemaran air tanah. Air limbah pada kolam terbuka umumnya dapat meresap ke S keluar ke atmosfer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap. Dengan teknologi penangkapan gas metana, reaktor ataupun kolam yang digunakan tertutup sehingga tidak ada bau tidak sedap yang mengganggu aktivitas ataupun kesehatan pekerja ataupun masyarakat di sekitar pabrik. 45 dalam tanah dan mengkontaminasi air tanah sehingga mutu air baku di lingkungan sekitar IPAL cukup rendah. Dengan penggunaan teknologi tangki CSTR serta tangki pengolahan sekunder dan tersier, kontaminasi air tanah dapat dicegah. Selain itu, penggunaan dasar geomembran dalam teknologi cover lagoon juga dapat mencegah meresapnya limbah cair ke tanah sehingga mutu air tanah dapat tetap terjaga dengan baik.Dengan manfaat-manfaat lingkungan yang telah dipaparkan, produk olahan sawit dapat menjadi produk ramah lingkungan. Dengan demikian, produk olahan sawit Indonesia dapat lebih diterima di pasar internasional, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang selama ini menganggap CPO Indonesia tidak ramah lingkungan.

4.6. PERBANDINGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN ASPEK