Manfaat dari Penjualan CER

49 Ketiga, nilai perbandingan antara manfaat dan biaya melalui net BC dan gross BC menunjukkan bahwa teknologi PT KME tetap lebih baik digunakan karena memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kedua teknologi lainnya yaitu nilai net BCPT KME PT KIS PT AES sebesar 1,84 1,62 1,07. Sementara, nilai gross BC PT KME, PT KIS, dan PT AES berturut-turut adalah 1,70; 1,62; dan 1,06. Kecenderungan nilainya tetap sama karena menggunakan discounted cashflow. Perbedaannya, nilai net BC menunjukkan angka yang lebih jelas dan akurat. Nilai net BC diperoleh dengan membandingkan arus kas bersih terhadap biaya investasi di awal. Sementara, gross BC membandingkan akumulasi keseluruhan manfaat terhadap keseluruhan biaya. Menurut Soeharto 2002, metode penghitungan gross BC merupakan metode penghitungan standar BC. Akan tetapi, penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Penekanannya ditujukan pada manfaat bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Sementara, metode penghitungan net BClebih umum digunakan pada proyek- proyek sektor swasta. Manfaat benefit umumnya berupa pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya di luar biaya pertama, misalnya biaya operasional. Keempat, perbandingan berdasarkan penilaian pay back period PBP. Semakin tinggi nilai PBP, semakin rendah kelayakan investasi suatu proyek. PBP PT KME merupakan PBP yang tercepat yaitu sekitar4,13 tahun. PBP PT AES sekitar 6,32 tahun dan PBP PT KIS sebesar 4,87 tahun. Berdasarkan nilai PBP tersebut, PT KME dan PT KIS menyediakan teknologi yang prospektif dikembangkan karena pengembalian biaya investasi dapat dicapai sebelum pertengahan umur proyek. Di lain pihak, teknologi PT AES kurang prospektif karena pengembalian investasinya dicapai menjelang akhir proyek.

4.6.2. Manfaat dari Penjualan CER

Skenario kedua dibuat melalui cashflow dengan penerimaan yang hanya memperhitungkan penjualan CER. Hal tersebut umumnya diperoleh pada aplikasi penangkapan gas metana tanpa adanya konversi menjadi energi listrik. Harga jual CER yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga yang berlaku pada tanggal 30 Nopember 2012 sebesar €0,69 per tCO 2 Pada skenario kedua ini, tidak diperhitungkan proporsi pembagian CER antara penyedia dan penerima teknologi. Pembagian CER dapat dilakukan pada saat negosiasi. Umumnya, pembagian dilakukan jika dalam pelaksanaan negosiasi, PKS yang bersangkutan menawar biaya investasi atau investasi dilakukan tidak hanya oleh PKS. Pembagian yang cukup umum dilakukan sebesar 30:70 atau 20:80 antara perusahaan penyedia teknologi dengan penerima teknologi, meskipun tidak semua perusahaan penyedia teknologi memberlakukannya. Pada pengkajian ini, diasumsikan keseluruhan CER didapat oleh pihak penginvestasi dan pengguna teknologi yaitu PKS. European Energy Exchange AG 2012. Dengan menggunakan data nilai tukar euro terhadap rupiah menurut Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI 2012 yaitu Rp12.461,80 per euro, harga CER adalah Rp8.598,64. Cashflow pada bagian ini dapat dilihat pada Lampiran 8, 9, dan 10. Keseluruhan nilai cashflow kumulatif dari ketiga teknologi bernilai negatif. Nilai tersebut menunjukkan kondisi yang tidak menghasilkan keuntungan laba bagi pengguna. Kecenderungan nilai negatif dapat terlihat dari net revenue setiap tahun dimana penjualan CER tidak mampu menutupi pengeluaran yang ada. Oleh sebab itu, kerugian terakumulasi hingga di akhir proyek. Nilai kumulatif dari teknologi PT KIS sebesar -Rp59.778.920.000,00; PT AES -Rp50.075.410.000,00; dan PT KME sebesar -Rp39.426.450.000,00. Dengan demikian, kerugian terkecil dapat diperoleh dengan mengaplikasikan teknologi PT KME. Sebaliknya, kerugian terbesar diperoleh saat menggunakan teknologi PT KIS. 50 Kondisi negatif di atas dapat berbeda, bergantung pada harga CER yang berlaku. Nilai CER pada akhir tahun 2012 cenderung kecil. Hal tersebut terkait dengan masa berlaku Protokol Kyoto yang sudah hampir berakhir. Meskipun ada kemungkinan perpanjangan proyek dan masih dapat dilakukan penjualan CER dari proyek yang sedang atau sudah beroperasi, nilai jualnya cenderung menurun.Dengan melakukan trial and error, dapat diketahui break even point BEP, yaitu kondisi harga CER yang menghasilkan nilai cashflow kumulatif nol tidak untung dan tidak rugi. Teknologi PT KIS akan mencapai BEP jika harga CER €26,88ton CO 2 e; PT AES pada harga CER €33,6ton CO 2 e; dan PT KME pada harga CER €17,97ton CO 2 Pada analisis kriteria investasi, semua parameter menunjukkan bahwa proyek tidak layak dikembangkan jika manfaat finansial yang diperoleh hanya berasal dari penjualan CER Lampiran 17,18,19. Semua nilai NPV bernilai negatif dengan kecenderungan kerugian terbesar diperoleh pada aplikasi teknologi PT KIS sebesar Rp59.778.920.000,00 dan kerugian terendah pada aplikasi teknologi PT KME sebesar Rp39.426.450.000,00 pada akhir proyek. e. Nilai IRR tidak dapat dihitung. Selain itu, net BC bernilai nol, menunjukkan tidak adanya manfaat finansial yang diperoleh. Nilai gross BCpun bernilai kurang dari satu, menunjukkan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Bahkan, nilai pengembalian investasi proyek tidak diperoleh selama periode pelaksanaan proyek, yaitu PT KIS dan PT KME dengan periode proyek selama sepuluh tahun dan PT AES selama tujuh tahun.

4.6.3. Manfaat dari Penjualan Listrik dan CER