Waktu Pengolahan Waktu Startup, Waktu Retensi, Waktu Mixing Suhu Proses

36 dengan kendala sumber daya manusia yang ada pada PKS penerima teknologi. Jika sumber daya manusia yang ada kurang kompeten, maka operasi dan pemeliharaan kurang terjamin dengan baik. Seandainya terjadi masalah dalam pengoperasian, akan dibutuhkan biaya yang lebih besar dan keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu, ketergantungan terhadap penyedia tekonologi akan terjadi. Kompleksitas tersebut dapat menyebabkan kurangnya ketertarikan pihak penerima teknologi, terutama jika penguasaan keterampilan sumber daya manusianya sedang atau rendah. Teknologi PT AES merupakan teknologi yang paling sederhana dalam hal kompleksitas. Hal ini terlihat dari batasan proyek yang dilakukan. PT AES hanya menangani bagian pengolahan anaerobik. Namun, sebelum cover lagoon, terdapat suatu kolam condotioning yang berfungsi seagai kolam ekualisasi. Proses pada cover lagoon pun cukup mudah karena pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan kondisi pengolahan PKS sebelum menggunakan teknologi konversi PT AES. Kompleksitas pada teknologi PT AES terlihat pada penanganan dan pemanfaatan biogas. Akan tetapi, hal tersebut merupakan opsi yang dapat dipilih dan ditentukan sendiri oleh PKS pengguna teknologi. Teknologi PT KME memiliki inti yang sama dengan teknologi PT AES, tetapi lebih kompleks. Teknologi PT KME menyediakan paket yang dimulai dari pengumpanan LCPKS, pengolahan anaerobik, penanganan biogas, dan pompa-pompa untuk penanganan lumpur akhir.Selain itu, tersedia monitor otomatis sehingga pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya lebih mudah. Perbedaan lain dari teknologi PT AES dan PT KME adalah jumlah flare yang digunakan. PT AES cenderung memakai dua flare Soesanto 2012, sedangkan PT KME cenderung hanyamenggunakan satu flare. Perbedaan tersebut terkait dengan penghancuran biogas berlebih yang berdampak pada reduksi emisi yang lebih baik. Seperti yang telah dijelaskan pada Subbab Kondisi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Provinsi Lampung, menurut Sarono et al. 2012, PKS Lampung merupakan PKS dengan skala menengah yang memiliki manajemen lingkungan yang terbatas. Tenaga kerja yang ada cukup sedikit, memiliki pengalaman kerja rendah hingga sedang dengan latar belakang pendidikan SLTA, serta berada di bawah koordinasi bagian produksi. Hal tersebut berimplikasi pada pemilihan teknologi berdasarkan kompleksitasnya. Kompleksitas tinggi yang ditawarkan oleh PT KIS kurang cocok untuk diaplikasikan pada PKS Lampung yang hanya berkapasitas sedang. Selain itu, kondisi tenaga kerja bagian lingkungan kurang tepat untuk menangani teknologi yang sangat kompleks. Terlebih lagi, jika terjadi masalah pada salah satu komponen alat dalam paket teknologi. Kesalahan perbaikan dapat memperparah kondisi. Oleh karena itu, teknologi PT AES dan PT KME lebih menarik untuk diaplikasikan karena kesederhanaannya. Jika dibandingkan antara keduanya, penggunaan teknologi PT KME terlihat lebih baik karena terdapat scrubber dan monitoring atau kontrol yang lebih lengkap. Masalah yang mungkin kerap timbul seperti masalah kebocoran dan pengendapan dapat diatasi dengan lebih baik dengan menggunakan fasilitas monitoring tersebut.

4.4.4. Waktu Pengolahan Waktu Startup, Waktu Retensi, Waktu Mixing

Waktu pengolahan perlu diperhatikan karena umumnya PKS mengharapkan produk dapat diperoleh pada waktu yang lebih singkat dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini menunjukkan efisiensi yang lebih baik.Teknologi PT KIS membutuhkan waktu untuk startup selama 20 hari.Waktu tersebut dibutuhkan untuk langkah aklimatisasi, yaitu pengadaptasian substrat pada reaktor sehingga bakteri yang terdapat pada LCPKS dapat tumbuh dengan baik dan siap untuk melakukan metabolisme sel dan proses dekomposisi. Waktu retensi HRT yang diperlukan oleh LESAR-CSTR seperti waktu retensi CSTR pada umumnya yaitu sekitar 15-30 hari Khanal 2008.TeknologiPT AES memiliki waktu retensi yang sama dengan PT KME, yaitu selama 50 hari 40-60 hari. Waktu retensitersebut sama dengan waktu retensi kolam terbuka. 37 Waktu retensi terkait dengan kondisi operasi yang diperlukan untuk menghasilkan biogas.Cover lagoon umumnya memiliki suhu yang lebih rendah sekitar 28 o Untuk keperluan mixing, waktu yang diperlukan pada teknologi PT KIS merupakan bagian dari waktu retensi pada bioreaktor. Hal ini dikarenakan agitator sentral dan lateral tersedia di bagian reaktor. Pada teknologi PT KME, waktu yang diperlukan untuk mixing menggunakan sistem bioflow diffuser adalah 20 menitjam dengan cara melakukan injeksi metana. C daripada suhu pada tangki digester CSTR sehingga aktivitas bakteri metanogen lebih rendah. Oleh karena itu, produksi gas maksimum diperoleh pada waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan tangki digester. Berdasarkan keterangan yang diperoleh pada PKS Lampung, waktu retensi bervariasi dari 50- 70 hari. Hal ini menunjukkan waktu retensi pada cover lagoon tidak berbeda dari sistem konvensional. Oleh karena itu, jika dilihat dari waktu retensinya, teknologi PT KIS lebih menarik karena dapat mengurangi waktu retensi sekitar 25-30hari dari waktu retensi yang diperlukan pada penggunaan teknologi cover lagoon.

4.4.5. Suhu Proses

Bagian suhu berkaitan dengan paramater waktu. PT KIS memakai suhu mesofil dan termofil, umumnya sekitar 35-55 o C. Suhu mesofil berkisar antara 27-40 o C, sedangkan suhu termofil berkisar antara 45-60 o C. PTAES dan PT KME memakai suhu ruang 28-32 o C. Dari suhu proses tersebut, keuntungan yang diperoleh menggunakan teknologi PT KIS adalah seperti pada penjelasan parameter waktu, yaitu lebih cepat waktu retensinya. Selain itu, produksi biogas mencapai optimum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hambali et al. 2008 bahwa kondisi proses untuk menghasilkan metana melalui proses pengolahan anaerobik adalah suhu 35 o Jika dilihat dari dampak terhadap produksi biogas, teknologi PT KIS lebih baik untuk diterapkan. Akan tetapi, jika dilihat dari konsumsi energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan biogas, teknologi PT KIS kurang baik diterapkan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh adanya kebutuhan untuk menghasilkan energi panas yang meningkatkan suhu proses. Diperlukan pengendalian yang lebih ketat untuk menjaga kondisi yang stabil dan konstan. C dengan menggunakan agitasi.Suhu yang terlalu rendah akan menghambat produksi biogas.

4.4.6. Kebutuhan Lahan