Kebutuhan Lahan PERBANDINGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN ASPEK TEKNIS

37 Waktu retensi terkait dengan kondisi operasi yang diperlukan untuk menghasilkan biogas.Cover lagoon umumnya memiliki suhu yang lebih rendah sekitar 28 o Untuk keperluan mixing, waktu yang diperlukan pada teknologi PT KIS merupakan bagian dari waktu retensi pada bioreaktor. Hal ini dikarenakan agitator sentral dan lateral tersedia di bagian reaktor. Pada teknologi PT KME, waktu yang diperlukan untuk mixing menggunakan sistem bioflow diffuser adalah 20 menitjam dengan cara melakukan injeksi metana. C daripada suhu pada tangki digester CSTR sehingga aktivitas bakteri metanogen lebih rendah. Oleh karena itu, produksi gas maksimum diperoleh pada waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan tangki digester. Berdasarkan keterangan yang diperoleh pada PKS Lampung, waktu retensi bervariasi dari 50- 70 hari. Hal ini menunjukkan waktu retensi pada cover lagoon tidak berbeda dari sistem konvensional. Oleh karena itu, jika dilihat dari waktu retensinya, teknologi PT KIS lebih menarik karena dapat mengurangi waktu retensi sekitar 25-30hari dari waktu retensi yang diperlukan pada penggunaan teknologi cover lagoon.

4.4.5. Suhu Proses

Bagian suhu berkaitan dengan paramater waktu. PT KIS memakai suhu mesofil dan termofil, umumnya sekitar 35-55 o C. Suhu mesofil berkisar antara 27-40 o C, sedangkan suhu termofil berkisar antara 45-60 o C. PTAES dan PT KME memakai suhu ruang 28-32 o C. Dari suhu proses tersebut, keuntungan yang diperoleh menggunakan teknologi PT KIS adalah seperti pada penjelasan parameter waktu, yaitu lebih cepat waktu retensinya. Selain itu, produksi biogas mencapai optimum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hambali et al. 2008 bahwa kondisi proses untuk menghasilkan metana melalui proses pengolahan anaerobik adalah suhu 35 o Jika dilihat dari dampak terhadap produksi biogas, teknologi PT KIS lebih baik untuk diterapkan. Akan tetapi, jika dilihat dari konsumsi energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan biogas, teknologi PT KIS kurang baik diterapkan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh adanya kebutuhan untuk menghasilkan energi panas yang meningkatkan suhu proses. Diperlukan pengendalian yang lebih ketat untuk menjaga kondisi yang stabil dan konstan. C dengan menggunakan agitasi.Suhu yang terlalu rendah akan menghambat produksi biogas.

4.4.6. Kebutuhan Lahan

Kebutuhan lahan merupakan suatu parameter penting yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan suatu investasi berbentuk bangunan atau peralatan yang membutuhkan luasan yang besar. Parameter ini terkait dengan penggunaan lahan kosong atau pembukaan lahan dari pemanfaatan yang lain. Teknologi PT KIS menggunakan sistem tangki sehingga luasan lahan yang dibutuhkan tidak terlalu luas. Lahan yang dibutuhkan pada aplikasi teknologi PT KIS sekitar 80 m x 80 m untuk skala PKS 60 ton TBSjam. Lahan untuk kapasitas PKS 45 ton TBSjam sebesar 70 m x 70 m. Sementara, untuk kapasitas 30 ton TBSjam dibutuhkan lahan seluas 65 m x 65 m KIS Group 2012.Di lain pihak, kebutuhan lahan untuk teknologi PTAES dan PT KME dapat lebih bervariasi, tergantung pada luasan lahan milik PKS atau luasan kolam yang sudah dimiliki oleh PKS. Umumnya, satu lagoon membutuhkan luasan lahan sekitar 110 m x 50 m dengan kedalaman 6,5 m untuk kapasitas olah 24.000 m 3 LCPKS. Dikaji dari pengalaman PT KME di proyek Tandun, untuk PKS berkapasitas 45 ton TBSjam, diperlukan duacover lagoon. Oleh karena itu, jika dilihat sekilas dari perspektif kebutuhan lahan, teknologi yang ditawarkan oleh PT KIS lebih menarik. 38 Akan tetapi, hal lain yang perlu diperhatikan dari masalah kebutuhan lahan adalah keadaan lahan milik PKS yang akan menerima teknologi, ataupun cara investasi bangunan dan peralatan. PKS Lampung memiliki luasan kolam yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas produksi CPO. Selain memiliki kolam-kolam pengolahan, PKS tersebut memiliki kolam cadangan untuk keperluan lonjakan LCPKS. Di samping itu, masing-masing PKS telah memiliki lahan cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan pengolahan limbah. Oleh karena itu, ketiga teknologi dapat diaplikasikan. Terkait dengan cara investasi bangunan dan peralatan, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Teknologi PT KIS menyediakan peralatan untuk keseluruhan sistem penanganan LCPKS, dimulai dari pretreatment hingga proses akhir. Oleh karena itu, jika teknologi PT KIS digunakan, perlu dilakukan instalasi dari awal. Fasilitas kolam-kolam yang sudah tersedia tidak digunakan lagi. Jika lahan kosong yang diperlukan untuk investasi kurang, dapat dilakukan konversi kolam menjadi lahan untuk instalasi. Kondisi tersebut memerlukan penanganan seperti penimbunan lahan serta pemancangan yang menambah biaya karena kondisi tanahnya yang gembur atau cukup lembek. Sebaliknya, dalam investasi teknologi PT AES dan PT KME, tidak diperlukan adanya konversi lahan secara besar-besaran. Kolam-kolam yang ada pada pengolahan LCPKS saat ini dapat digunakan. Konversi yang perlu dilakukan hanya berupa retrofitting yaitu pengubahan bentuk kolam menjadi lebih teratur dengan permukaan sisi yang miring. Penambahan bukaan lahan untuk kolam dilakukan jika satu kolam tidak mencukupi.

4.4.7. Reduksi Beban Pencemaran Limbah