kemudian dikumpulkan pada guru, dan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yakni hari Selasa, 3 Februari 2009.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua adalah: 1 guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam; 2 guru
mengondisikan kelas dengan melakukan absen siswa; 3 guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab serta menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya; 4 guru membagikan karangan yang dikumpulkan pada minggu lalu; 5 siswa diminta menukarkan karangannya
tersebut, secara teknis karangan ditukarkan dengan diputar berjalan sebanyak lima kali hitungan ke kanan; 6 di bawah bimbingan guru, siswa mengoreksi karangan
temannya; 7 guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kesulitan dalam pengoreksian; 8 guru meminta siswa untuk mengembalikan
karangannya pada siswa yang bersangkutan; 9 Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi,
organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; 10 Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta
menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; 11 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan; 12 guru menutup pelajaran.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya berlangsung pada hari Selasa, 27 Januari 2009 dan 3
Februari 2009 pukul 07.45 – 09.15 WIB jam ke-2 dan ke-3. Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan
guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir. Pada saat observasi,
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku belakang, sesekali peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan
teknik koreksi teman sebaya yakni, saat masuk kelas guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru
menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa satu per satu serta mengisi buku presensi siswa. Kelas sedikit ramai meskipun tidak terlalu
gaduh karena beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan teman semejanya.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis karangan jenis narasi. Selain itu guru juga mengevaluasi hasil karangan minggu
lalu yang telah dinilai. Dalam evaluasi tersebut guru menyatakan bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki dalam karangan siswa, baik dari isi, organisasi,
kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Pada awalnya siswa terlihat asing dan kurang paham dengan yang dimaksudkan guru, akan tetapi guru
kemudian menjelaskannya secara lebih menyeluruh. Pejelasan tersebut misalnya, pengembangan bahasa berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimatnya,
serta ejaan berkaitan dengan aspek mekaniknya. Setelah itu guru menjelaskan tentang penerapan teknik koreksi teman sebaya yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran menulis karangan dan siswa tampak sangat paham. Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang menulis karangan narasi
serta pedoman pengoreksian dalam sebuah karangan. Pedoman pengoreksian ini diberikan dalam bentuk lembar fotokopian yang sudah disiapkan guru
sebelumnya. Sambil mendengarkan penjelasan guru dan mencermati pedoman pengoreksian, siswa diminta mengevaluasi sendiri karangannya dari pembelajaran
prasiklus pada minggu lalu. Meskipun karangan tersebut sudah dikoreksi dan dinilai guru akan tetapi siswa diminta mencermati kesalahan-kesalahannya yang
telah ditunjukkan oleh guru dengan coretan maupun lingkaran pada bagian yang salah. Dari kegiatan tersebut banyak siswa yang merasa malu karena sadar bahwa
kerangannya terdapat banyak kesalahan. Kemudian, guru meminta siswa membuat karangan jenis narasi dengan
tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan guru, akan tetapi karangan ini harus beda dengan karangan pada kegiatan prasiklus minggu lalu. Pada
kegiatan ini siswa sangat antusias dan konsentrasi dalam menulis karangan,
sambil membaca kembali karangannya minggu lalu dan memperbaiki kesalahan- kesalahannya. Ada beberapa siswa yang membuat sedikit gaduh dengan saling
melempar tipe-x pada temannya, beberapa juga berbisik-bisik mengobrol dengan teman semejanya. Kegaduhan tersebut hanya terjadi sebentar, siswa kemudian
tampak menikmati kegiatan mengarangnya hingga kelas sangat tenang dan tampak sepi. Setelah sekitar 30 menit berlalu, siswa mulai gaduh lagi, mereka
mengobrol dengan teman semejanya, kemudian guru menegur dan mereka mulai tenang. Saat guru menanyakan hasil karangannya, beberapa siswa sudah
menyatakan selesai, kemudian guru memintannya untuk dibaca dan dicermati lagi yang kemudian dikumpulkan.
Siswa yang sudah mengumpulkan karangannya diminta menunggu temannya yang belum selesai. Pada kegiatan ini, beberapa siswa yang sudah
selesai cenderung sibuk dengan aktivitasnya sendiri, mengobrol dengan teman semejanya atau bahkan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja.
Hal seperti ini membuat suasana kelas tidak terlalu kondusif bahkan mengganggu siswa lain yang belum selesai dengan karangannya.
Setelah semua selesai, guru memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan ini guru melakukan sedikit tanya jawab dengan
siswa kemudian memberikan penegasan kembali atas materi yang telah disampaikan. Kemudian guru memberi sedikit gambaran tentang pembelajaran
minggu depan, yakni mengoreksi hasil karangan dengan teknik koreksi teman sebaya, kemudian guru menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaannya adalah sebagai berikut, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran
siswa. Guru memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni mengoreksi karangan yang telah ditulis pada minggu lalu.
Pada kegiatan ini, guru juga menjelaskan kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoreksian, misalnya dalam pemakain ejaan, pemakaian
tanda baca, penulisan singkatan dan pemakaiannya, pemilihan kata, kejelasan isi serta penyusunan kalimatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut tentunya
berkaitan dengan lima aspek penilaian yang ditonjolkan dalam sebuah karangan,
yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, serta mekanik. Pada kegiatan tersebut siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sangat
antusias. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang hening karena seluruh siswa memperhatikan poin-poin yang ditekankan guru dalam mengoreksi karangan.
Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut tidak dikoreksi oleh guru,
akan tetapi pada saat memanggil setiap siswa, guru memberi sedikit komentar dengan hasil karangan siswa. Misalnya guru mengomentari panjang karangan
yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan lebih konkrit
dari hal-hal yang perlu dikoreksi sekaligus memberi contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sangat paham
kemudian melakukannya atas arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Pada kegiatan ini siswa terlihat sangat antusias mengoreksi,
mereka terlihat semangat dapat menyalahkan kemudian membetulkan pekerjaan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan
saling membantu. Hal ini memang sedikit membuat gaduh karena mereka berbisik-bisik akan tetapi itu tidak mengganggu proses pembelajaran.
Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Setelah siswa menerima hasil
karangannya masing-masing yang telah dikoreksi temannya, siswa diminta mencermati kembali karangan tersebut. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta
memperbaiki karangan yang telah dikoreksi. Karangan tersebut diperbaiki dan ditulis ulang pada lembar kertas yang masih kosong yang telah disediakan guru.
Hasil karangan yang telah diperbaiki tersebut yang nantinya akan dinilai dan menjadi hasil dari siklus I. Kemudian, setelah siswa selesai memperbaiki
karangannya, guru meminta siswa mengumpulkan karangan tersebut. Selanjutnya guru memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dijelaskan
sebelumnya, kemudian guru menutup pelajaran.
d. Analisis dan Refleksi