Kondisi Awal Prasiklus PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah dari Bab I. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan serta kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Maka, pada bab ini akan dikemukakan tentang kondisi awal proses pembelajaran serta kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta, pelaksanaan siklus dan hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.

A. Kondisi Awal Prasiklus

Kondisi awal prasiklus diketahui dengan diadakannya survei awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 20 Januari 2009 pada saat pembelajaran menulis karangan di kelas. Survei ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Kondisi awal prasiklus ini nantinya menjadi acuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan prasiklus ini, guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa dan peneliti sebagai partisipan pasif. Secara teknis, peneliti sebagai partisipan pasif yakni hanya mengamati jalannya proses pembelajaran dengan duduk di meja belakang. Pada kondisi awal prasiklus, guru memulai kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan membuka pelajaran dan mengondisikan kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru menanyakan siswa yang tidak hadir, dan beberapa siswa menjawab “nihil”. Sebelum memulai pembelajaran guru mengabsen siswa satu persatu sambil lebih mengondisikan kelas supaya lebih kondusif. Kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku tulisnya dan pembelajaran dimulai dengan materi menulis karangan narasi. Pembelajaran diawali dengan apersepsi yang dilakukan guru dengan menanyakan tentang materi menulis narasi yang pada semester sebelumnya sudah pernah dipelajari. Saat guru menanyakan pengertian dari karangan narasi, sedikit banyak siswa masih ingat mengenai materi menulis narasi, hal ini ditandai dengan jawaban siswa yang bernama Minda Leli Maryani yang menyatakan bahwa karangan narasi merupakan karangan yang bersifat menceritakan. Kemudian guru memberi tanggapan positif dengan mengucapkan “betul”, setelah itu guru memberikan catatan kepada siswa tentang materi menulis narasi. Pada kegiatan ini siswa tampak antusias mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, meskipun beberapa siswa masih ada yang berbisik-bisik dengan teman semejanya. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa tampak memperhatikan guru dengan tenang dan antusias, akan tetapi beberapa diantaranya sibuk dengan aktivitasnya sendiri bahkan mengobrol dengan teman sebangkunya. Hasil pantauan peneliti dari lembar observasi penilaian proses pembelajaran yang telah ditentukan pada lampiran, nilai rata-rata keaktifan siswa baru mencapai skor 1,95. Skor ini dapat dikatakan masih sangat rendah dan masuk dalam kategori kurang. Kemudian nilai rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran mencapai skor 2,14 dan termasuk kategori sedang. Untuk nilai minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai skor 2,09 yang juga termasuk kategori sedang. Dengan demikian nilai rata-rata seluruh aspek dalam penilaian proses pembelajaran mencapai skor 6,18. berdasarkan skor tersebut, kualitas proses pembelajaran yang mencakup keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran baru mencapai pada kategori sedang. Untuk suatu kualitas proses pembelajaran yang maksimal, tentunya hasil tersebut masih jauh dari harapan. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada saat prasiklus dan grafiknya. Tabel 2. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus Nilai No Nama Siswa A B C Total Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Amin Suryaningsih Apriska KaruniaAmanda Astri Nur Afni Ayu Saputri Desbi Ariyanti Sri Suryaningsih Dyah Intan Salfri Aminah Fifi Arum Sari Iin Purwanti Lestari Widyastuti Marina Is Indriyati Minda Leli Maryani Nanik Listyaningrum Okky Dwi Susanti Ovi Ayatin Ria Winarni Rika Puspitaningrum Rika Rahmawati Saputri Nana Maryana Taat Indri Astuti Tri Susilowati Wahyu Tri Mulyani 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 4 7 6 7 7 5 6 4 6 7 6 10 10 6 6 7 7 6 4 5 4 6 sedang cukup Sedang Cukup Cukup Sedang Sedang Sedang Sedang Cukup Sedang Baik Baik Sedang Sedang Cukup Cukup Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rata-rata 1,95

2,14 2,09

6,18 Keterangan: A : Keaktifan siswa selama pembelajaran B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Keterangan lanjutan: A : Keaktifan siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran Nana Sudjana yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: 1 Mengajukan pertanyaan; 2 Mengungkapkan pendapat; 3 Menjawab pertanyaan guru; 4 Memperhatikan pertanyaan orang lain; 5 Menanggapi pertanyaan. B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran Nana Sudjana yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: 1 Memperhatikan penjelasan guru; 2 Mencatat penjelasan guru; 3 Mempelajari kembali materi yang diberikan; 4 Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; 5 Tidak mengobrol dengan teman lain. C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran Nana Sudjana yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: 1 Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; 2 Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; 3 Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; 4 Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; 5 Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Kriteria nilai setiap pernyataan 1,00 – 1,99 : kurang 2,00 – 2,99 : sedang 3,00 – 3,99 : cukup 4,00 – 4,99 : baik 5,00 : sangat baik Kriteria nilai total 1,00 – 3,99 : kurang 4,00 – 6,99 : sedang 7,00 – 9,99 : cukup 10,00 – 12,99 : baik 13,00 – 15,00 : sangat baik Selain dengan tabel, berikut ini adalah gambar grafik nilai proses pembelajaran siswa pada prasiklus: Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus Keterangan: 1 – 22 : Nomor urut siswa 0 – 12 : Rentangan nilai Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat mengenai hasil nilai proses pembelajaran yang diperoleh setiap siswa. Garis yang ditunjukkan memberikan informasi mengenai skor nilai yang diperoleh siswa. Siswa dengan nilai rendah tergambar dengan garisbalok yang lebih pendek, sedangkan siswa dengan nilai tinggi tergambar dengan garisbalok yang lebih tinggi. Dalam setiap pembelajaran di kelas, guru selalu berusaha untuk mengaktifkan siswa akan tetapi kurang berhasil. Guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya akan tetapi tidak ada siswa yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya. Justru ketika diberi kesempatan, siswa cenderung diam. Keaktifan siswa sedikit terlihat hanya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dan beberapa dari mereka menjawab secara serentak. Setelah guru selesai memberikan catatan tentang materi menulis karangan narasi dan menjelaskannya secara singkat, guru menugaskan siswa untuk menulis karangan narasi pada selembar kertas. Siswa menulis karangan dengan tema bebas. Pada kegiatan ini siswa dengan tenang mengerjakan karangannya sehingga kelas terasa sepi dan guru hanya duduk di meja guru sambil menunggu siswa selesai mengerjakan karangannya. Setelah kurang lebih 30 menit berlalu, ada beberapa siswa yang sudah selesai membuat karangan, hal tersebut tampak dari aktivitas siswa yang tidak menulis lagi, bahkan hanya mengobrol dengan teman semejanya. Karena kelas terasa sedikit gaduh, guru memperingatkan dan meminta siswa yang telah selesai mengarang untuk memeriksanya kembali sebelum dikumpulkan. Hanya beberapa siswa yang terlihat membaca kembali karangannya, yang lain masih tetap dengan aktivitasnya sendiri, ada yang menyisir rambutnya, kipas-kipas dengan buku, dan mengobrol. Guru kemudian berjalan mengelilingi siswa untuk melihat karangan siswa sembari memperingatkan siswa agar tidak membuat gaduh yang dapat menganggu siswa lain yang belum selesai. Setelah siswa selesai dengan karangannya, guru meminta untuk seluruh siswa mengumpulkannya. Saat itu sisa waktu pembelajaran masih 10 menit dan guru memanfaatkannya dengan memberi penegasan kembali tentang materi menulis narasi serta memberi kesempatan bertanya pada siswa. Karena tidak ada siswa yang ingin bertanya, guru kemudian menutup pembelajaran. Pembelajaran tersebut masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru, meskipun siswa sedikit banyak sudah diberi kesempatan untuk bertanya. Metode yang diterapkan pun kurang bervariasi, dan ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan dilakukan guru sebagai kegiatan evaluasi pembelajaran, dan koreksinya pun dilakukan oleh guru sendiri. Kesimpulan hasil wawancara pada siswa adalah sebagai berikut: 1 Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu siswa yang lain yang belum selesai. 2 Guru memberi materi secara singkat. 3 Guru memberi materi dengan ceramah, yakni memberi catatan dan menjelaskan hal-hal yang penting. 4 Guru memberi contoh dari bacaan dan memberi latihan pada siswa dengan membuat karangan. 5 Siswa tidak termotivasi untuk aktif di kelas, aktif hanya ketika ditanya oleh guru saja. 6 Karangan dikoreksi dan dinilai secara individu oleh guru. Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa tersebut, diketahui bahwa pembelajaran menulis karangan dianggap sangat membosankan. Guru selalu menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi yang kemudian dilanjutkan dengan mencatat. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas menulis karangan sebagai evaluasi, dan saat tersebutlah yang paling membosankan. Siswa dibiarkan menunggu lama ketika sudah selesai mengarang dan teman yang lain belum selesai. Hal ini membuat siswa sangat jenuh dan bosan karena guru pun tidak memberikan kegiatan lain untuk mengisi waktu sambil menunggu teman yang lain, yang akhirnya siswa hanya mengobrol dengan teman semejanya dan membuat gaduh. Kemudian dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di kelas X AP 2, yakni Dra. Sri Sumaryamti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1 Menurut pendapat guru pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. 2 Skenario pembelajaran dibuat hanya garis besarnya saja. 3 Materi diberikan dengan ceramah. 4 Contoh diberikan melalui bacaan, serta latihan diberikan dengan penugasan pada siswa. 5 Siswa tidak terlalu aktif dalam pembelajaran karena berasal dari siswa dengan nilai rendah di SMP nya dan tidak diterima di sekolah negeri. 6 Pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai guru secara individu. Dari kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, dapat diketahui bahwa pembelajaran tersebut masih sangat konvensional, guru masih sangat dominan di dalam kelas, dan siswa tidak dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah tabel nilai hasil pembelajaran menulis siswa pada prasiklus: Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus Skor No Nama Isi Organi -sasi isi Kosa kata Struk-tur kali-mat ejaan Total 1 2 3 4 5. 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Amin Suryaningsih Apriska KaruniaAmanda Astri Nur Afni Ayu Saputri Desbi Ariyanti Sri Suryaningsih Dyah Intan Salfri Aminah Fifi Arum Sari Iin Purwanti Lestari Widyastuti Marina Is Indriyati Minda Leli Maryani Nanik Listyaningrum Okky Dwi Susanti Ovi Ayatin Ria Winarni Rika Puspitaningrum Rika Rahmawati Saputri Nana Maryana Taat Indri Astuti Tri Susilowati Wahyu Tri Mulyani 18 18 20 21 21 18 20 18 18 21 18 22 22 18 17 21 21 18 17 18 17 18 11 14 11 14 13 11 13 11 11 13 13 14 15 12 11 13 13 12 14 13 11 11 12 12 11 13 12 11 11 11 12 14 11 11 12 11 11 11 13 12 11 12 11 11 11 12 12 12 13 11 12 11 12 13 12 16 14 12 11 13 16 12 12 13 12 12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 55 60 58 63 62 55 59 54 57 64 58 67 67 56 53 62 67 57 57 59 54 55 Nilai rata-rata 19,09 12,5 11,68 12,45 3,31 59,04 Berdasarkan tabel 3 tersebut diperoleh informasi bahwa pretes yang dilakukan pada saat survei awal prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata karangan siswa yang baru mencapai skor 59,04 yang berarti belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 65. Proses penilaian hasil pembelajaran menulis karangan tersebut didasarkan pada pedoman penilaian menulis yang diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro. Selain dengan tabel, nilai hasil pembelajaran juga dapat digambarkan dengan grafik. Berikut ini adalah grafik batang nilai hasil pembelajaran pada prasiklus: Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus Keterangan: 1 – 22 : Nomor urut siswa 0 – 80 : Rentangan nilai Berdasarkan grafik pada gambar 5 di atas dapat diperoleh informasi mengenai sebaran nilai yang diperoleh siswa. Semakin tinggi garisbatang yang mewakili nilai siswa maka semakin tinggi pula nilai yang diperoleh siswa. Grafik tersebut ditampilkan untuk menggambarkan lebih lanjut perolehan nilai siswa berdasarkan data dari tabel 3. Berdasarkan hasil evaluasi menulis karangan, serta berdasarkan observasi dan wawancara, baik dengan guru maupun siswa, dapat direfleksi bahwa beberapa faktor yang menjadikan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa rendah adalah sebagai berikut: 1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karangan. Dari observasi yang dilakukan peneliti, siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis karangan karena mereka menganggap bahwa mengarang merupakan pembelajaran yang tidak terlalu penting. Siswa menganggap bahwa mengarang merupakan pelajaran untuk anak SD, sedangkan mereka adalah siswa SMK yang bukan seperti anak SD lagi. Ketidaktertarikan tersebut terlihat dari hasil penilaian proses pembelajaran yang menunjukkan siswa masih kurang aktif, perhatian dan konsentrasinya masih sedang, serta minat dan motivasinya juga masih tergolong sedang. Selain itu, ketidaktertarikan siswa pada kegiatan mengarang juga terlihat pada beberapa hasil karangan siswa yang dikerjakan hanya asal-asalan sehingga hasilnya tidak maksimal. 2. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan dan mengorganisasikan gagasan. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara baik. Hal ini terlihat pada karangan siswa yang sebagian besar pengungkapan gagasannya kurang lancar, gagasan yang dikemukakan masih kacau, kurang terorganisasi, tidak runtut, dan bahkan beberapa gagasan hanya diulang-ulang sehingga karangannya belum kohesif dan koherensif. Hal ini terlihat dari hasil nilai karangan siswa pada aspek organisasi isi saat prasiklus yang baru mencapai skor 12,5. Skor tersebut baru masuk dalam kategori sedang-cukup model penilaian Burhan Nurgiyantoro dan masih perlu ditingkatkan. 3. Siswa kesulitan dalam pemilihan kata dan penyusunannya dalam sebuah kalimat. Berdasarkan hasil perolehan nilai pada aspek kosakata dan struktur kalimat, siswa masih tergolong dalam pencapain kriteria sedang-cukup, yakni skor antara 10-13 untuk kosakata dan 11-17 untuk struktur kalimat. Dari koreksi oleh guru bersama peneliti, sebagaian besar siswa belum menggunakan kosakata yang bervariasi. Dalam hal ini, penguasaan yang dimiliki siswa masih terbatas, seperti mengulang-ulang kata yang sama. Selain itu, penyusunan struktur kalimatnya pun masih kacau. Contoh penulisan kata dan struktur kalimat yang kurang tepat misalnya pada penggalan paragraf dari karangan siswa berikut ini: “Saat bis yang kami naiki itu, di tengah perjalanan sempat-sempat mogok, karena bis yang kami naiki itu tidak kuat untuk naik di jalan yang sangat tinggi” pemilihan kata bis, naiki itu, sempat-sempat, tidak kuat untuk naik, serta di jalan yang sangat tinggi, dalam kalimat tersebut terlihat sangat rancu dan masih terpengaruh unsur bahasa jawa. Pemilihan kata yang lebih tepatnya misalnya bis diganti bus, naiki itu diganti tumpangi, sempat-sempat diganti sempat, tidak kuat untuk naik diganti tidak mampu berjalan, serta di jalan yang sangat tinggi diganti di jalan yang menanjak. 4. Siswa belum mampu menggunakan ejaan serta tanda baca yang tepat. Berdasarkan hasil karangan siswa diketahui bahwa masih banyak terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca. Siswa masih kesulitan dalam penulisan huruf kapital, pemakain tanda titik, pemakaian tanda koma, penulisan kata depan, serta penulisan singkatan. Sebagian besar siswa masih menggunakan banyak singkatan kata dalam karangannya, misalnya penulisan “yang” ditulis “yg”, “tetapi” ditulis “tp”, “tidak ditulis “tdk”, “telah” ditulis “tlah” dan lain sebagainya. 5. Guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan menulis karangan pada siswa. Dalam mengajarkan menulis karangan pada siswa selama ini guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu dengan ceramah. Pada awal kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah menyusun karangan, setelah itu siswa diminta untuk mengarang dan hasilnya dikumpulkan kemudian dinilai oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi pasif, akan tetapi guru pun masih bingung menentukan metode pembelajaran menulis karangan yang mampu mengaktifkan siswa. Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru merasa sangat perlu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Untuk itulah peneliti berdiskusi dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan siklus I pada hari Selasa, tanggal 27 Januari 2009.

B. PELAKSANAAN TINDAKAN DAN HASIL PENELITIAN

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 2 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009 (Penelitian Tindakan Kelas)

2 12 83

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AK 1 SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

3 15 200

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X.2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 10 86

EFEKTIVITAS TEKNIK INGATAN BAYANGAN MAJU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SMA PARULIAN 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2008/2009.

0 0 45

PENGARUH ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA Tahun Ajaran 2009/2010.

0 1 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI WIDYAWISATA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 2 7

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 2 DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 1 9

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI, TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN Penerapan Strategi Komposisi, Terkendali Dan Terarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Talak Broto 2 Tahun Ajaran

0 0 15

PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI, TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN Penerapan Strategi Komposisi, Terkendali Dan Terarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Talak Broto 2 Tahun Ajaran

0 1 31

KIAT BEROLEH KEMAMPUAN MENULIS: KOREKSI KARANGAN OLEH TEMAN SEJAWAT

0 0 5