69
6.1.3. Industri terkait dan industri pendukung
Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri
terkait merupakan industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal. Industri ini mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan kemasan
sampai pemasaran. Selain industri terkait terdapat juga industri pendukung yang merupakan industri yang memberikan kontribusi tidak langsung dalam sistem
komoditas secara vertikal .
1 Industri Terkait
a Industri Pemasok Bahan Baku
Perkembangan agribisnis gandum lokal tentunya sangat bergantung pada kemampuan industri hulu untuk menyediakan input produksi benih dan pupuk
dan alat serta mesin pertanian. Industri sarana produksi yang peranannya sangat penting yaitu industri perbenihan. Hal ini dikarenakan kelangsungan agribisnis
gandum pada kegiatan budidaya sangat bergantung pada ketersediaan benih. Saat ini penyediaan benih dilakukan oleh seorang produsen gandum lokal di
Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur dan UKSW. Saat ini UKSW bersama dengan Pemerintah dan Balitbang Pertanian terus melakukan uji adaptasi galur-galur
untuk menemukan varietas baru gandum untuk dataran rendah dan medium agar budidaya gandum dapat semakin berkembang di Indonesia. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun belum ada industri pemasok benih namun Pemerintah beserta Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian terus
melakukan uji coba, hal ini merupakan peluang bagi berkembangnya agribisnis gandum lokal di Indonesia.
b Industri Pemasaran
Industri pemasaran merupakan lembaga perantara pemasaran. Lembaga perantara pemasaran di dalam agribisnis gandum lokal saat ini dapat dikatakan
pada umumnya berada dalam rangkaian yang cukup sederhana. Pasar gandum lokal saat ini masih relatif sedikit bahkan hasil panennya pun masih banyak untuk
dikonsumsi sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan gandum lokal dan masih sedikitnya luas lahan untuk penguasaan gandum di
Indonesia sehingga produksinya pun belum optimal dan belum dapat memenuhi
70 kebutuhan masyarakat secara luas. Rantai pemasaran hasil panen gandum lokal
pada umumnya dilakukan secara langsung ke konsumen, melalui pengumpul atau dijual langsung ke pengolah. Sebagai contoh, di Kabupaten Pasuruan, pada
umumnya petani menjual biji gandum ke pengumpul dengan harga Rp 3000kg dalam keadaan belum dibersihkan dan dikeringkan, kemudian pengumpul tersebut
menjualnya kepada konsumen akhir dengan harga Rp 4000kg. Sedangkan para petani di Salatiga, pada umumnya petani bekerjasama dengan Pusat Studi
Gandum FP UKSW, biji gandum hasil panen petani dikumpulkan kesalah seorang koordinator, kemudian pihak dari Pusat Studi Gandum FP UKSW
memeriksa kadar air biji gandum masing-masing petani dan ditimbang. Selanjutnya biji
gandum tersebut dibawa ke gudang gandum konsumsi di kampus UKSW. Pusat
Studi Gandum FP UKSW membeli biji gandum petani dengan harga Rp 3000kg dengan kadar air 14 persen. Menurut Pusat Studi Gandum FP UKSW, jika biji
gandum hasil petani kurang dari 14 persen, maka petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi. Namun sebaliknya, jika kadar air biji gandum petani lebih dari
14 persen maka petani akan menerima harga yang lebih rendah. Semua dihitung secara obyektif, sehingga petani juga senang dan termotivasi untuk mengeringkan
hasil gandumnya.
12
Sedangkan untuk di provinsi lain seperti, Bengkulu dan Sulawesi Selatan saat ini hasilnya baru digunakan untuk konsumsi sendiri,
meskipun begitu namun kondisi ini akan dapat mendukung peningkatan gizi ditingkat pedesaan karena telah kita ketahui juga bahwa gandum memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi yang tidak kalah pentingnya dengan produk serealia lain.
2 Industri Pendukung
a Industri Pengolahan
Industri pengolahan merupakan suatu bagian yang sangat penting di dalam mengolah bahan baku sehingga mempunyai nilai tambah. Industri pengolahan
gandum di Indonesia sudah sangat berkembang dengan melihat adanya sembilan pabrik pengolahan tepung terigu yang operasional yang merupakan pabrik
penggilingan gandum terbesar di Asean. Namun semua pabrik tepung terigu yang ada saat ini mengolah gandum hasil impor dan belum ada industri pengolahan
12
Hasil wawancara dengan Kepala Pusat Studi Gandum Fakultas Pertanian UKSW, Ir Djoko Mudjono [1 April 2009]
71 yang secara kontinu menampung hasil panen petani. Sedangkan untuk gandum
lokal industri pengolahannya masih dalam skala kecil. Khusus untuk pengolahan gandum menjadi tepung, setiap daerah yang mengembangkan gandum memiliki
alat penepung di tingkat kelompok tani masing-masing, sehingga pada saat pasca panen petani membawa biji gandumnya ke kelompok tani untuk diolah menjadi
tepung. Mekanisme pengolahan dan sistem pengelolaannya tergantung pada kelompok tani masing-masing. Selain diolah menjadi tepung, petani di tingkat
rumah tangga yaitu di Pasuruan dan Salatiga juga mengolah gandum menjadi berbagai macam makanan seperti bubur gandum dan katul gandum. Saat ini
Industri pengolahan gandum lokal dapat dikatakan masih berada dalam skala yang cukup kecil mengingat produksinya pun belum begitu optimal meskipun industri
tepung terigu untuk gandum impor saat ini sudah cukup berkembang. b
Industri Pendukung Lainnya
Industri pendukung lainnya dalam agribisnis gandum lokal adalah industri makanan, industri pakan ternak, dan industri jamur. Industri tersebut merupakan
industri pendukung dalam agribisnis gandum lokal yang memiliki kontribusi tidak langsung pada sistem komoditas secara vertikal karena industri tersebut
menggunakan gandum sebagai bahan bakunya. Keadaan industri pendukung dapat dilihat dari keadaan pasar yaitu semakin berkembangnya makanan yang berbasis
tepung terigu. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, saat ini gandum juga telah banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak gabah, dedak, bungkil dan
biji gandum itu sendiri yang dapat digunakan untuk pakan burung merpati. Selain itu saat ini industri jamur pun sudah mulai menggunakan biji gandum untuk media
tanam jamurnya.
6.1.4. Stuktur, Persaingan, dan Strategi Agribisnis Gandum Lokal