Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT

90

7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT

Dalam menetapkan strategi pengembangan dan peningkatan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia digunakan alat analisis SWOT dengan menganalisis empat faktor seperti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari agribisnsis gandum lokal Indonesia. Poin-poin dalam faktor tersebut diperoleh dari hasil analisis pada komponen Porter’s Diamond. Setelah menganalisis keempat faktor yang ada dibentuklah suatu matriks SWOT. Matriks tersebut mencoba untuk mempertemukan keempat faktor yang ada untuk merumuskan strategi-strategi yang saling mendukung Tabel 20. Strategi S-O dirumuskan dengan menggunakan kekuatan dari agribisnis gandum lokal untuk memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan strategi W-O dirumuskan dengan memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan. Strategi S-T dirumuskan dengan menggunakan kekuatan agribisnis gandum lokal untuk mengatasi ancaman, sedangkan strategi W-T dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. 91 Tabel 20. Matriks SWOT Agribisnis Gandum Lokal Kekuatan Strength-S 1. Aksesibilitas pupuk tidak sulit dan pada lahan bekas sayuran penggunaan pupuk dapat diminimalkan 2. Dari segi finansial usahatani gandum lokal layak untuk diusahakan 3. Produktivitas lahan semakin meningkat 4. Daya adaptasi gandum terhadap kekeringan tinggi 5. Infrastuktur mendukung 6. Adanya sembilan pabrik pengolahan gandum yang sudah berkembang Kelemahan Weaknesses-W 1. Lahan yang digunakan semakin sedikit 2. Benih sulit diperoleh 3. Kurangnya minat petani untuk menanam gandum jika tidak ada bantuan pemerintah dan jaminan pasar 4. Belum ada dukungan modal dari lembaga permodalan 5. Petani belum memiliki jaminan pasar yang pasti bagi hasil panennya Peluang Opportunities-O 1. Adanya lahan potensial di Indonesia 2. Banyak penelitian yang sudah dilakukan dan diaplikasikan 3. Adanya dukungan pemerintah dan APTINDO bagi agribisnis gandum lokal 4. Permintaan dalam negeri cenderung meningkat 5. Harga gandum dunia akan semakin meningkat 6. Semakin banyak industri makanan berbahanbaku tepung terigu Strategi S-O 1. Optimalisasi lahan gandum lokal S1,S2,S3,S4,O1,O2 O3,O4,O5,O6 2. Membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan S2,S3,S4,S6,O3,O4, O5,O6 3. Penguatan kelembagaan S6,O3,O6 4. Melakukan bimbingan, pembinaan, dan pendampingan bagi petani S1,S2,S3,S4,S5, O1,O2,O3 Strategi W-O 1. Melakukan kerjasama dengan industri makanan W3,W4,W5,O3,O4,O5, O6 2. Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan serta memberdayakan kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam W4,O3 3. Mengatur ketersediaan benih W1,W2,W3,O2,O3,O5 4. Menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium W1,W2,O1,O2,O3,O5 5. Melakukan sosialisasi dan promosi tentang agribisnis gandum kepada petani dan masyarakat W1,W3,O2,O3,O4,O5 Ancaman Threats-T 1. Persaingan dengan gandum impor 2. Volume impor gandum semakin meningkat Strategi S-T 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal S1,S2,S3,S4,S5,T1,T2 2. Pembatasan volume impor S2,S3,S6,T1,T2 Strategi W-T 1. Menciptakan produk olahan gandum lokal yang berkualitas untuk segmen pasar tertentu W3, W5, T1, T2 92 1 Strategi S-O Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki agribisnis gandum lokal untuk meraih dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan antara lain: a Optimalisasi lahan gandum lokal Adanya peran kesempatan berupa peningkatan permintaan gandum dalam negeri dan meningkatnya harga gandum dunia belum dimanfaatkan oleh kondisi permintaan domestik. Peran kesempatan yang saat ini telah mendukung kondisi sumberdaya diharapkan akan dapat mendukung pula kondisi permintaan. Adanya peran kesempatan juga harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk meningkatkan produksi gandum dalam negeri untuk dapat memenuhi sebagian permintaan domestik. Hal ini dapat dilakukan melalui optimalisasi lahan potensial yang tersedia di Indonesia. Optimalisasi lahan yang didukung dengan kebijakan dan program dari pemerintah, dukungan dari stake holder, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi akan mendorong tercapainya peningkatan produksi gandum lokal di Indonesia. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan lahan yaitu: 1 Perluasan lahan gandum dengan cara antara lain Direktorat Budidaya Serealia 2007: a Membentuk demplotdaerah bukaan baru seluas 1-5 hektar dengan tujuan untuk mengenalkan dan mencontohkan kepada masyarakatpetani bahwa gandum dapat tumbuh dan berproduksi di daerahnya. Lahan yang digunakan untuk menanam diusahakan oleh Dinas Pemerintah Daerah dan pembiayaan sepenuhnya disediakan pemerintah. b Membentuk daerah binaan dengan memperluas pengusahaan lahan menjadi 5-25 hektar di daerah bukaan baru dengan mengajak partisipasi masyarakatpetani dan pemerintah setempat. Lahan yang diusahakan merupakan lahan petani dengan pembiayaan dari Pemerintah Pusat dan Daerah dalam bentuk subsidi berupa benih gandum, pupuk, biaya perlengkapan dan pendampingan untuk petani. c Membentuk daerah pemantapan dengan memperluas pengusahaan lahan di daerah binaan dengan luas pengusahaan lebih dari 25 hektar. Diharapkan 93 di daerah pemantapan petani telah mandiri dalam hal teknik budidaya dan pembiayaan. 2 Pemanfaatan gandum sebagai tanaman off season pada lahan sayuran dataran tinggi. 3 Pemanfaatan faktor kesempatan yang ada yaitu Program Counterpart Fund Second Kennedy Round CF SKR dengan optimalisasi produksi pada daerah yang telah dipilih yaitu Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur dan Kabupaten TTS- NTT. b Membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan Saat ini teknologi pengolahan gandum lokal yang ada dipetani sangat minim dan sederhana sehingga belum dapat menghasilkan produk olahan yang optimal. Oleh sebab itu, perlu dibentuk agroindustri berbasis gandum lokal di pedesaan untuk melatih petani dalam memperoleh nilai tambah dari usahataninya. Pengembangan industri berbasis gandum lokal dilakukan dengan kerjasama antara petani, pabrik pengolahan makanan, industri makanan, dan pemerintah melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Direktorat P2HP. c Penguatan kelembagaan yang terkait dengan agribisnis gandum Kebijakan dan program pemerintah untuk mengembangkan agribisnis gandum lokal tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh semua lembaga terkait Hal tersebut dapat tercapai apabila antar lembaga terkait telah terbina kerjasama yang kuat dan saling terintegrasi. Hubungan yang kuat antar lembaga terkait diharapkan dapat terjadi antara pemerintah, stake Holderswasta, petani gandum lokal, Kelompok Tani, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, penyuluh, Lembaga Keuangan dan Lembaga Pemasaran. d Melakukan bimbingan, pembinaan, dan pendampingan bagi petani Saat ini sebagian besar petani gandum lokal di Indonesia belum menguasai teknik budidaya gandum lokal. Karena itu diperlukan adanya bimbingan, pembinaan, dan pendampingan secara kontinu. Pelaksanaan bimbingan, binaan, dan pendampingan adalah sebagai berikut Direktorat Budidaya Serealia 2008: 1 Bimbingan, bimbingan dilaksanakan melalui peninjauan lapang dengan terpusat pada penerapan teknologi gandum antara lain: penggunaan benih, 94 pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. 2 Pembinaan, pembinaan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan perkembangan kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi: pembinaan dan monitoring dalam rangka peningkatan produksi, pengamanan produksi dan pengawaan penyaluran sarana produksi di lapangan, serta pembinaan dalam rangka pengawasan sumber-sumber benih yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Sertifikasi Benih BPSB. Pembinaan dan monitoring dilakukan pada daerah-daerah yang produksinya masih rendah. Pembinaan dilakukan oleh petugas provinsi, kabupaten, dan Petugas Pemandu Lapang PPL. 3 Pendampingan, pelaksanaan pendampingan dilakukan oleh Dinas Pertanian kabupatenkota bersama dengan PPL yang bertujuan mengarahkan petani dalam penerapan teknologi mulai dari persiapan lahan sampai panen. 2 Strategi S-T Strategi ini menunjukan bagaimana menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh agribisnis gandum lokal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman. a Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal Berdasarkan keterkaitan antar komponen Porter’s Diamond dapat dilihat bahwa kondisi faktor sumberdaya belum mampu mendukung industri terkait dan industri pendukung, serta kondisi permintaan. Agar kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung serta kondisi permintaan dapat memiliki keterkaitan maka strategi yang harus dilakukan yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal. Peningkatan kualitas gandum lokal dapat dilakukan dengan cara perbaikan teknik budidaya. Adanya kekuatan berupa produktivitas lahan semakin meningkat dapat mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas gandum. Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama antara petani dengan PPL dan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih. 95 b Melakukan pembatasan volume impor gandum Berdasarkan keterkaitan antar komponen Porter’s Diamond dapat dilihat bahwa peranan kesempatan tidak mendukung komponen industri terkait dan industri pendukung, untuk itu perlu dilakukan strategi yaitu dengan melakukan pembatasan volume impor, karena tingginya volume impor gandum dapat menghambat pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dan memperlemah kondisi dayasaing agribisnis gandum lokal. Selain itu, kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung. Begitu juga dengan industri terkait dan industri pendukung memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung dengan komponen persaingan, stuktur, dan strategi. Diharapkan dengan adanya pembatasan volume impor, kondisi faktor sumberdaya yaitu petani dapat mendukung industri terkait dan industri pendukung dengan cara menyediakan gandum lokal untuk industri terkait dan pendukung, sebaliknya industri terkait dan industri pendukung akan dapat mendukung kondisi faktor sumberdaya dengan menjamin pasar dan pada akhirnya gandum lokal akan dapat bersaing dengan gandum impor yang telah ada. Saat ini seluruh kebutuhan gandum memang didatangkan dari impor, namun pembatasan impor perlu dilakukan agar produsen gandum termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Pembatasan volume impor gandum ini dapat dilakukan dengan membentuk kemitraan antara perusahaan pengolahan gandumpabrik tepung terigu dengan petani. Dengan pola kemitraan ini, petani memiliki tanggungjawab untuk menjamin ketersediaan pasokan gandum lokal dengan kualitas yang baik sesuai permintaan perusahaan besar. Sedangkan pabrik pengolahan gandum harus menyediakan kapasitas terpasang untuk pasokan gandum lokal dari petani. Hal ini dilakukan untuk menjamin pasar gandum lokal bagi petani serta memberikan bantuan permodalan kepada petani. Dalam hal ini dibutuhkan fasilitas dan dukungan dari pemerintah agar perusahaan besar dapat menyerap produksi gandum lokal dalam negeri. Selain itu, diperlukan pula adanya kebijakan dari pemerintah yaitu berupa penetapan bea masuk impor gandum. 96 3 Strategi W-O Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan internal yang dimiliki. Adapun strategi yang dapat dilakukan antara lain: a Melakukan kerjasama dengan dengan industri makanan Selama ini petani gandum lokal tidak tau harus menjual kemana hasil panennya. Oleh sebab itu perlu dilakukan kerjasama dengan industri-industri makanan yang telah berkembang agar petani memperoleh jaminan pasar dan termotivasi untuk meningkatkan produksi gandum. Agar kerjasama tersebut dapat terjalin maka diperlukan dukungan pemerintah sebagai fasilitator untuk mengkomunikasikan antara petani dengan industri makanan yang ada. b Bekerjasama dengan lembaga permodalan dan memberdayakan kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam Modal merupakan komponen penting dalam kelangsungan agribisnis gandum lokal. Lembaga permodalan sangat diperlukan untuk menunjang berjalannya agribisnis gandum lokal secara berkelanjutan. Saat ini belum ada lembaga permodalan yang khusus menangani masalah modal untuk agribisnsis gandum lokal di Indonesia. Saat ini, masalah permodalan menjadi masalah yang sangat penting bagi petani karena permodalan hanya berasal dari swadana petani dan pembiayaan pemerintah. Jika pemerintah mengurangi program pembiayaan untuk pengembangan gandum lokal maka petani enggan untuk melanjutkan kegiatan usahatani gandum. Karena itu diperlukan adanya kerjasama antara petani dengan lembaga permodalan baik bank maupun non bank yang dapat mendukung permodalan bagi petani. Selain dari lembaga keuangan, sumber permodalan juga dapat dibentuk dari kelompok tani di daerah pengembangan. Kelompok tani dapat diberdayakan untuk melayani kegiatan simpan pinjam petani. c Mengatur ketersediaan benih melalui kerjasama petani dengan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan Pemerintah Benih merupakan input yang paling penting dan utama dalam kegiatan usahatani gandum lokal. Agar kegiatan usahatani gandum lokal dapat terus berjalan secara kontinu maka harus dijaga ketersediaannya. Karena itu diperlukan kebijakan pemerintah agar petani di daerah melaksanakan komitmen untuk menggunakan 30 persen hasil panennya sebagai benih. Tentu saja biji gandum 97 yang layak untuk dijadikan benih harus memenuhi persyaratan oleh sebab itu diperlukan kerjasama antara petani dengan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih. d Menciptakan varietas gandum baru yang cocok untuk ditanam di dataran medium dan rendah Meskipun masih tersedia lahan potensial dataran tinggi di Indonesia namun masih perlu diciptakan varietas gandum yang cocok untuk dataran medium dan rendah. Hal ini dilakukan untuk memperluas lahan pengusahaan gandum sehingga dapat meningkatkan produksi gandum lokal nasional. Penciptaan varietas gandum yang sesuai untuk dataran medium dan rendah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Perguruan Tinggi dengan dukungan dari pemerintah dan stake holder. e Melakukan sosialisasi dan promosi tentang agribisnis gandum lokal Berdasarkan keterkaitan antar komponen Porter’s Diamond dapat dilihat bahwa komponen persaingan, stuktur, dan strategi memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung dengan kondisi permintaan, karena strategi yang telah dilakukan belum mampu mendorong permintaan domestik kepada gandum lokal. Oleh sebab itu perlu dilakukan sosialisasi dan promosi kepada masyarakat luas untuk mengenalkan gandum sekaligus untuk mendorong permintaan domestik terhadap gandum lokal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan agribisnis gandum kepada masyarakat dan petani sekaligus untuk mengubah mindset petani yang selama ini beranggapan bahwa gandum tidak dapat dibudidayakan di Indonesia. Sosialisasi dan promosi dapat dilakukan dengan kerjasama antara petani, pemerintah dan stake holder yang terkait melalui program-program dan kegiatan serta publikasi melalui media informasi. Dengan dilakukannya sosialisasi secara rutin diharapkan seluruh masyarakat Indonesia mengetahui dan mengenal gandum lokal serta turut mendukung pengembangan dan peningkatan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dukungan masyarakat luas sangat dibutuhkan apalagi bagi masyarakat yang berperan sebagai petani dan sebagai konsumen gandum lokal. 98 4 Strategi W-T Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan menghindari ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu: a Menciptakan produk olahan gandum lokal yang berkualitas untuk segmen pasar tertentu Saat ini pasar gandum lokal masih sangat kecil, selain itu gandum lokal memiliki persaingan yang ketat dengan gandum impor. Karena itu dibutuhkan strategi untuk meningkatkan dayasaing gandum lokal dengan meningkatkan nilai tambah gandum lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk industri makanan yang memproduksi produk olahan gandum dengan kualitas tinggi dan berbeda dengan produk-produk olahan gandum impor yang telah berkembang saat ini. Produk olahan tersebut dapat diproduksi oleh kelompok industri kecil yang beranggotakan petani ataupun kerjasama antara petani dengan industri-industri makanan yang telah berkembang. Salah satu produk berkualitas yang dimaksud yaitu roti gandum utuh whole wheat bread. Dari sudut pandang gizi, roti gandum utuh whole wheat bread memiliki nilai gizi yang lebih baik dibandingkan roti putih white bread. Perbandingan kandungan gizi roti putih dengan roti gandum telah disajikan di Bab II Tabel 5. Selama ini jenis roti yang sudah cukup dikenal oleh pasar yaitu roti putih, sedangkan roti gandum utuh belum banyak dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan dengan diciptakannya produk olahan gandum yang berkualitas maka akan dapat meningkatkan nilai tambah gandum lokal. Namun, roti gandum utuh yang dimaksud harganya lebih tinggi dari roti putih biasa yang sudah ada hal ini dikarenakan roti gandum utuh berasal dari tepung gandum yang merupakan hasil penggilingan biji gandum utuh yang hanya dibuang kulit luarnya sehingga dari segi kualitas lebih baik dibandingkan roti putih. Hal ini menyebabkan harga roti dan tepung gandum lebih mahal dibanding roti putih biasa. Karena roti gandum memiliki kualitas dan harga yang lebih tinggi dari roti putih, maka roti gandum diciptakan untuk segmen-segmen pasar tertentu yaitu untuk konsumen yang bermasalah dengan kesehatannya serta untuk konsumsi golongan menengah keatas. 99

7.2. Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan dan Peningkatan