73 dalam skala mikro. Karena bahan bakunya sendiri yaitu gandum masih sedikit
dihasilkan, sehingga pengolahannya lebih untuk pengenalan kepada masyarakat bahwa gandum lokal dapat diolah dan memiliki nilai tambah.
6.1.5. Peran Pemerintah
Peran pemerintah dalam pengembangan sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia sangat besar yang dilakukan melalui Direktorat Jendral Tanaman
Pangan Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi, dan Kabupaten yang mencakup kegiatan yang mendukung pengembangan tanaman gandum mulai dari
persiapan tanam sampai panen pasca panen. Upaya pemerintah dalam rangka mendukung berkembangnya agribisnis gandum dilakukan secara terintegrasi dan
terkoordinasi antara instansi terkait mulai dari hulu sampai hilir. Selain itu pemerintah juga berperan dalam memberikan bantuan untuk pengembangan
agribisnis gandum melalui dana bergulir APBN dan APBD provinsi dan kabupaten serta memberikan bimbingan, pembinaan dan pendampingan untuk
petani. Jenis pembiayaan melalui APBN dan APBD diberikan dalam bentuk modal untuk pembelian benih dan pupuk untuk masing-masing daerah yang
mengembangkan tanaman gandum. Adapun bantuan yang diberikan berupa modal untuk pembelian 100 kgha, pupuk Urea 200 kgha, SP-36 100 kgha, KCl 70
kgha, dan pupuk organik 1000 kgha. Jumlah pembiayaan yang diberikan tergantung pada luasan lahan yang diusahakan Direktorat Budidaya Serealia
2008.
6.1.6. Peran Kesempatan
Peran kesempatan merupakan faktor yang berada diluar kendali petani, pengusaha atau pemerintah. Dalam sistem agribisnis gandum terdapat
kesempatan-kesempatan yang dapat dimanfaatkan. Kesempatan tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kesempatan yang berasal dari
dalam negeri adalah prospek pasar gandum yang sangat besar, hal ini terlihat dari adanya tren konsumsi gandum domestik yang cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Selain itu, pada tahun 2009 ini terdapat faktor kesempatan berupa Program Counterpart Fund Second Kennedy Round CF SKR
yang merupakan bantuan hibah bilateral Pemerintah Jepang Japan’s Grant Aid kepada negara-negara
74 berkembang seperti Indonesia dalam rangka peningkatan produksi panga
merupakan peran kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia.
Krisis energi kenaikan harga BBM merupakan kecenderungan jangka panjang yang tidak dapat diabaikan karena kenaikan BBM merupakan
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Manakala harga BBM naik di atas 100barrel, negara maju seperti Amerika Serikat dan UE sebagai negara produsen
penting komoditas pangan dunia mengubah kebijakannya. Amerika Serikat mensubsidi besar-besaran untuk tanaman pangan jagung sebagai bahan baku
ethanol. Akibatnya terjadilah peralihan areal dari tanaman gandum dan kedelai menjadi areal tanaman jagung. Pada tahun 2008 misalnya, diperkirakan 30 persen
produksi jagung di Amerika Serikat telah beralih keethanol, sebelumnya digunakan untuk pangan dan pakan. Padahal, Amerika Serikat menyumbang
sekitar 46 persen produksi kedelai dunia, dan sekitar 26 persen produksi gandum dunia. UE juga mengalihkan sejumlah pangan, terutama kanola dan kedelai untuk
bahan baku bio-desel dan gandum untuk ethanol Sawit 2003. Fenomena di atas merupakan faktor kesempatan yang berasal dari luar
negeri karena jika sebagian besar negara produsen gandum menggunakan gandum sebagai bahan bakar ethanol, maka gandum yang akan diolah manjadi tepung
terigu dalam jangka panjang akan semakin sedikit. Ancaman adanya embargo gandum oleh negara-negara eksportir serta adanya kemungkinan gagal panen di
negara eksportir akibat perubahan iklim dan pemanasan global Global Warming akan mendorong permintaan gandum domestik beralih ke gandum lokal. Hal ini
juga didukung dengan tren harga gandum yang memiliki kecenderungan meningkat.
75
6.2. Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System