33
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini membahas tentang kondisi sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia, dayasaing agribisnis gandum lokal sebagai komoditi yang baru
dikembangkan di Indonesia dan strategi yang dapat dihasilkan untuk meningkatkan dayasaing gandum lokal nasional. Lingkup penelitian ini meliputi
pengolahan data gandum secara nasional makro. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Mei 2009.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam dengan pihak-
pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu pemerintah pusat dan daerah, Perguruan Tinggi, petani gandum lokal, Petugas Pemandu Lapang PPL, dan
industri pengolahan gandum, dan mengikuti Pertemuan “Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum Tahun 2009” di Semarang pada tanggal 23-25 Maret 2009
yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Direktorat Budidaya Serealia, Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian, APTINDO Asosiasi Perusahaan Tepung
Terigu, literatur-literatur, penelitian terdahulu, buku, internet serta laporan tahunan. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar
pertanyaanpanduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, review dokumen, alat pencatat, dan alat penyimpan data elektronik.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Waktu pengumpulan data berlangsung mulai bulan Februari hingga April. Pengumpulan data penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan teknik
pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan wawancara khusus Elite Interviewing
dengan kelompok elit tertentu yaitu Kasubdit Serealia Lain, Kepala Seksi Pengembangan Gandum Lokal, breeder gandum, Kepala Pusat Studi
Gandum Fakultas Pertanian UKSW, Direktur eksekutif APTINDO dan studi literatur dari berbagai sumber dan buku serta dengan browsing internet.
34
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi sistem
agribisnis gandum lokal di Indonesia. Selain itu, analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian Porter untuk menganalisis
dayasaing agribisnis gandum lokal, Analisis SWOT untuk menganalisis faktor internal dan eksternal kondisi perganduman Indonesia, dan Arsitektur Strategi
untuk menyusun strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat pihak internal dan pihak eksternal. Pihak
internal terdapat pada lingkungan mikro, sedangkan pihak eksternal berada pada lingkungan makro. Yang menjadi pihak internal dalam penelitian ini adalah
petani gandum lokal sebagai pelaku kegiatan usahatani on farm beserta industri pengolahan gandum baik industri besar pabrik tepung terigu maupun industri
kecil. Subsistem penunjang, industri hulu, faktor fisik dan infrastuktur, sektor indutri pangan, sektor industri pakan ternak, sektor jasa dan perdagangan, dan
konsumen rumah tangga merupakan pihak eksternal yang berada pada lingkungan makro. Sedangkan kekuatan ekonomi dan sosial politik internasional terdapat
pada lingkungan global. Pengklasifikasian pihak internal yang terkategori pada lingkungan mikro dan pihak eksternal yang terkategori pada lingkungan makro
dijelaskan pada Gambar 4.
35
Lingkungan Ekonomi dan Sosial Politik GlobalInternasional
Lingkungan Makro
Subsistem Penunjang: -
Kebijakan pemerintah -
Lembaga keuangan -
Lembaga penelitian -
Kelembagaan sosial -
Lembaga pendidikan -
Pemerintah
-
Asosiasi perdagangan Subsistem Hulu:
- IndustriPupuk
anorganik dan organik, benih,
mesin dan peralatan, dan
Industri peptisida Faktor Fisik dan
Infrastuktur: -
Tanah, air, udara, sinar matahari,
hewan dan vegetasi,iklim
- Lingkungan
buatan manusia
Lingkungan Mikro
Kegiatan On-farm petani gandum lokal
Industri Pengolahan Gandum
Industri Besar Pabrik Tepung Terigu
Industri Kecil dan Rumahtangga
Sektor Pangan industri roti,
mi, dan olahan lain
Konsumen Rumah
Tangga Sektor
Industri Pakan
Sektor Jasa dan Perdagangan
Restoran, Hotel, dsb
Konsumen Rumah Tangga Akhir
Keterangan : Pihak Internal Æ Lingkungan Mikro Pihak Eksternal Æ Lingkungan Makro dan Lingkungan Global
Gambar 4. Sistem Agribisnis Gandum Lokal
36
4.4.1. Analisis Berlian Porter
Alat yang digunakan untuk mengetahui dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia adalah Teori Berlian Porter. Analisis dilakukan pada tiap komponen
yang terdapat pada Teori Berlian Porter Porter’s Diamond Theory. Komponen tersebut meliputi :
1 Faktor Condition FC, yaitu keadaan faktor–faktor produksi dalam suatu
industri seperti tenaga kerja dan infrastuktur. 2
Demand Condition DC, yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negara.
3 Related and Supporting Industries RSI, yaitu keadaan para penyalur dan
industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.
4
Firm, Strategy, Structur, and Rivalry FSSR, yaitu strategi yang dianut
perusahaan pada umumnya, stuktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik.
Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama
dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis komponen penentu dayasaing kita dapat menentukan komponen yang menjadi
keunggulan dan kelemahan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan
perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri. Komponen–komponen dalam Teori Berlian Porter dapat dilihat pada Gambar 5.
37
Keterangan: Garis , menunjukan keterkaitan antar komponen utama yang saling mendukung
Garis , menunjukan keterkaitan antar komponen penunjang yang mendukung komponen utama
Garis , menunjukan keterkaitan antar komponen utama yang tidak saling mendukung
Garis , menunjukan keterkaitan antar komponen penunjang yang tidak terjalin atau tidak mendukung komponen utama
Gambar 5.
The Complete System of National Competitive Advantage
Persaingan, Stuktur, dan Strategi Perusahaan
1. Persaingan domestik
2. Stuktur dan strategi
Perusahaan
Kondisi Faktor Sumberdaya
1. Sumberdaya alam 2. Sumberdaya
manusia 3. Sumberdaya IPTEK
4. Sumberdaya modal 5. Sumberdaya
infrastuktur Kondisi Permintaan
Domestik 1.
Komposisi Permintaan Domestik
2. Besar dan pola
pertumbuhan permintaan domestik
3. Internasionalisasi
permintaan domestik Peranan
Kesempatan
Industri Terkait dan Pendukung
1. Industri terkait
2. Industri
pendukung Peranan
Pemerintah
38
4.4.2. Analisis SWOT
Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal kondisi agribisnis gandum lokal di Indonesia digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis sebagai berikut Gambar 6.
IFAS EFAS
Strengths S
Tentukan 5–10 faktor kekuatan internal
Weaknesses W
Tentukan 5-10 faktor Kelemahan internal
Opportunity O
Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dengan memanfaatkan peluang
Threaths T
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 6.
Matriks SWOT
Sumber: David 2006, hlm.287
Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan agribisnis gandum lokal melalui proses
identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan. Identifikasi kekuatan dalam analisis keunggulan kompetitif ditunjukan dengan keadaan suatu
atribut yang mendukung, sedangkan kelemahan ditunjukan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung. Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam perumusan strategi dengan menggunakan model SWOT. Menurut David 2006, terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks
SWOT yaitu: 1.
Tentukan faktor–faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan. 2.
Tentukan faktor–faktor ancaman eksternal organisasi atau perusahaan. 3.
Tentukan faktor–faktor kekuatan internal kunci organisasi atau perusahaan. 4.
Tentukan faktor–faktor kelemahan internal kunci organisasi atau perusahaan.
39 5.
Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O.
6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan
strategi W-O. 7.
Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T.
8. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan
strategi W-T.
4.4.3. Arsitektur Strategik
Arsitektur strategi adalah suatu gambar rancangan arsitektur strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas
rencana perusahaan untuk meraih visi dan misinya. Guna menyusun sebuah arsiterktur strategik yang lengkap perlu diperhatikan komponen inti dan
komponen pendamping. Komponen inti adalah komponen penting yang menjadi syarat cukup untuk menyusun arsitektur strategi berupa visi, misi perusahaan,
sasaran atau tujuan organisasi, dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Sedangkan komponen pendamping merupakan turunan lanjutan dari komponen
inti yaitu berupa kompetensi inti organisasi dan strategic intent Yoshida 2004. Strategi yang akan disusun dengan pendekatan arsitektur strategik
disajikan dalam bentuk gambar sehingga mudah untuk dipahami. Teknik penggambaran suatu arsitektur strategi tidak memiliki aturan baku yang
menggambarkan susunan strategi. Gambar arsitektur strategi yang akan dibuat merupakan proses berfikir kreatif yang menggabungkan seni dengan hasil strategi
yang diperoleh dari tahap pengambilan keputusan.
40
V GAMBARAN UMUM GANDUM DUNIA DAN NASIONAL 5.1. Gambaran Umum Gandum Dunia
Indonesia merupakan negara importir gandum terbesar keempat di dunia. Melihat kondisi tersebut pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian
sejak tahun 2001 berupaya untuk mengembangkan tanaman gandum di Indonesia. Saat ini, pengembangan tanaman gandum di Indonesia masih berada dalam tahap
pengenalan dan ujicoba terus menerus. Agar tanaman gandum dapat terus dikembangkan di Indonesia maka diperlukan upaya-upaya dari semua pihak yang
terkait. Selain itu, Indonesia sebagai negara yang baru mengembangkan tanaman gandum perlu banyak belajar dengan negara lain yang sudah lebih dahulu
mengembangkan tanaman gandum. Negara-negara yang saat ini mengembangkan tanaman gandum tidak semuanya merupakan negara asal tanaman gandum.
Sebagai contoh, India yang dahulu merupakan negara importir gandum, namun saat ini telah mampu menjadi negara penghasil gandum ketiga di dunia. Dalam
Bab ini akan digambarkan beberapa hal yang terkait dengan perganduman dunia dan sebagai contoh akan digambarkan bagaimana negara yang dahulu sebagai
negara importir gandum, namun saat ini telah mampu menjadi negara penghasil gandum terbesar ketiga di dunia, adapun negara yang dimaksud adalah India.
Hasil uraian dalam Bab ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia yang baru delapan tahun mengembangkan tanaman gandum.
5.1.1. Gambaran Umum Perkembangan Tanaman Gandum di India
Pada awalnya pada tahun 1947 India merupakan negara importir gandum, namun saat ini India telah berhasil menjadi negara penghasil gandum terbesar
ketiga di dunia. Pada tahun 1950-1951 produktivitas gandum di India hanya sekitar 663 kgha. Untuk memenuhi kebutuhan gandumnya India mengimpor dari
negara lain seperti Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1961, Pemerintah India menunjuk tim komisi untuk meningkatkan produktivitas tanaman gandum.
Komisi tersebut terdiri dari Dr. M.S. Swaminathan, Dr. N.E. Borlaug, dan beberapa anggota yang lain. Tim komisi tersebut menyatakan bahwa tingkat
produksi gandum dapat ditingkatkan dengan penggunaan benih varietas unggul. Setelah menilai kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan produksi
41 gandum di India. Kemudian pada tahun 1963 para ilmuan gandum di India
bersama dengan Departemen Pertanian Meksiko memperkenalkan lima Varietas gandum yang terdiri dari Lerma Rojo 64-A, Sonora 63, Sonora 64, Mayo 64 dan
S-227.
2
Selanjutnya untuk terus meningkatkan produksi gandumnya pemerintah India mengambil kebijakan-kebijakan, diantaranya melakukan promosi pasar,
pembentukan rantai produksi bibit, pupuk, pabrik-pabrik, dan unit mesin peternakan, peningkatan investasi publik dan melakuakn penelitian dan
pengembangan. Sebagai hasil dari langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah India, kini India telah mampu mencukupi kebutuhan gandum dalam negeri dan
telah mampu menjadi negara penghasil gandum terbesar ketiga di dunia. Kondisi tersebut telah menyumbang devisa negara India. Saat ini produktivitas gandum di
India mencapai 2,7 tonha. Perkembangan produktivitas gandum di India dapat dilihat pada Tabel 6.
Table 6.
Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Gandum di India Tahun
19501951-20072008
Tahun Luas Areal
000.000 ha Produksi
000.0000 ha Produktivitas
kwha 1950-1951
1960-1961 1967-1968
1970-1971 1980-1981
1990-1991 1999-2000
2000-2001 2002-2003
2003-2004 2004-2005
2005-2006 2006-2007
2007-2008 9,80
12,90 14,90
18,20 22,30
24,20 27,50
25,70 25,20
25,20 26,60
26,00 27,90
27,70 6,50
11,00 16,50
23,80 36,30
55,10 76,40
69,70 69,30
65,80 72,00
69,50 75,80
78,40 6,63
8,51 11,03
13,07 16,30
22,81 27,78
27,08 27,47
26,11 27,07
27,00 27,00
28,00 Sumber : Wheat Scenario-Statistic 2009
2
Anonim. History of Wheat in India. http:dacnet.nic.indwdwheat_prod1history.htm 8
Mei 2008
42
5.1.2. Produksi Gandum Dunia
Volume produksi gandum dunia pada periode 20032004 hingga 20072008 berfluktuasi. Produksi gandum dunia hingga periode 20072008 belum
dapat mencukupi seluruh jumlah kebutuhan gandum dunia. Selama lima tahun periode, dari periode 20032004 hingga 20072008 dunia mengalami defisit
gandum, hanya pada periode tahun 20042005 saja seluruh kebutuhan gandum dunia dapat tercukupi dan mengalami surplus sebesar 10 juta ton. Kondisi tersebut
akan menjadi masalah bagi dunia khususnya bagi Indonesia yang saat ini sepenuhnya masih tergantung pada impor. Jika beberapa tahun ke depan Indonesia
masih mengimpor seluruh kebutuhan gandum maka hal ini akan menjadi masalah besar bagi Indonesia karena kondisi tersebut sudah pasti terus semakin
mengurangi devisa negara. Perkembangan produksi dan permintaan gandum dunia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Produksi dan Permintaan Gandum Dunia 000 ton
Periode Tahun 20032004-20072008
No Tahun Produksi Permintaan Defisit
1 2
3 4
5
20032004 20042005
20052006 20062007
20072008
554.000 625.000
620.851 596.304
610.883 585.000
615.000 624.000
616.000 619.000
31.000 10.000
3.149 19.696
8.117
Sumber : USDA 2008, dalam Dirjen Tanaman Pangan 2008
Tingginya permintaan gandum dunia ini menunjukkan besarnya konsumsi gandum sebagai bahan pangan karbohidrat non beras. Gandum mempunyai
keunggulan yaitu mengandung protein yang mempunyai sifat khas gluten yang tidak dimiliki tanaman serealia lain seperti padi dan jagung, disamping itu
tanaman gandum bisa dikembangkan menjadi tepung sementara padi dan jagung dimakan sebagai biji dan kurang dikembangkan, kebutuhan gandum terus
meningkat terutama untuk diversifikasi pangan.
5.1.3. Negara Penghasil Gandum di Dunia
Dari keseluruhan jumlah produksi gandum dunia, negara yang berkontribusi cukup besar dalam jumlah produksi gandum dunia yaitu Uni Eropa.
43 Uni Eropa merupakan negara penghasil gandum terbesar di dunia dengan rata-rata
jumlah produksi sebesar 130.921.800 ton selama 4 tahun dari periode 20052006 hingga 20082009. Negara terbesar kedua sebagai penghasil gandum yaitu Cina
dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 107.445.000 ton. Negara lain yang juga merupakan negara utama penghasil gandum terbesar di dunia yaitu India, Amerika
dan Rusia dengan rata-rata produksi selama empat tahun terakhir masing-masing sebesar 73.050.000 ton, 57.717.250 ton dan 50.750 ton. Jumlah produksi negara-
negara penghasil gandum dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Jumlah Produksi Negara-negara Penghasil Gandum Terbesar di Dunia Periode Tahun 20052006-20082009 000 ton
Produksi Negara
20052006 20062007 20072008 20082009
Rata-rata Jumlah Produksi
EU-27 Cina
India Amerika
Rusia Kanada
Ukraina Australia
Pakistan Turki
Kazakhstan Argentina
Iran
Total Dunia
132.356 97.450
68.640 57.280
47.700 25.748
18.700 25.173
21.612 18.500
11.000 14.500
14.308
620.851
124.870 108.470
69.350 49.316
44.900 25.265
14.000 10.822
21.777 17.500
13.500 15.200
14.308
596.304
119.287 109.860
75.810 56.247
49.400 20.050
13.900 13.039
23.300 15.500
16.600 16.000
14.500
610.883
147.174 114.000
78.400 68.026
61.000 27.300
25.500 21.500
21.500 16.500
12.500 12.000
10.000
680.200
130.921,80 107.445,00
73.050,00 57.717,25
50.750,00 24.590,75
18.025,00 17.633,50
22.047,25 17.000,00
13.400,00 14.425,00
13.279,00 627.059,50
.
Sumber: USDA 2008,dikutip oleh World Bank 2008
Beberapa negara penghasil gandum seperti Cina, India, Amerika, Kanada, dan Australia sebenarnya bukan merupakan negara asal tanaman gandum karena
para sejarawan mengindikasikan bahwa budidaya tanaman gandum pertama kali berasal dari daerah subur di sekitar sungai Nil, Eufrat dan Tigris, dan barulah
44 sekitar 5000 tahun yang lalu menyebar ke belahan dunia yang lain seperti Inggris
Raya, Irlandia, India, Spanyol, Portugis, dan Cina
.
3
5.1.4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Gandum di Negara Penghasil Gandum
Hingga tahun 2008, di tingkat global gandum menduduki sekitar 240 juta hektar lahan dengan produksi sekitar 600 juta ton. Negara-negara penghasil
gandum terbesar di dunia antara lain Cina, India, dan Amerika. Selain itu, negara- negara lain seperti Kanada, Argentina, Australia, Uni Soviet Rusia, Perancis dan
Italia juga termasuk dalam sepuluh besar yang merupakan negara penghasil gandum di dunia. Tingkat produktivitas gandum tertinggi di dunia terdapat di
Inggris sebesar 7,9 tonha, Perancis sebesar 7,3 tonha dan Mesir sebesar 6,9 tonha.
4
Luas areal, produksi, dan produktivitas negara penghasil gandum terbesar di dunia dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.
Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Negara Penghasil Gandum Terbesar di Dunia Tahun 2005
Negara Luas areal
000.000 ha Produksi
000.000 ton
Produktivitas
kwha Argentina
Kanada Pakistan
Turki Rusia
India Cina
Amerika Australia
Perancis 12,85
9,83 8,36
9,30 24,62
26,49 44,79
20,27 12,63
5,27 12,58
26,77 21,61
21,00 47,69
72,00 97,45
57,28 25,09
36,84 9,78
27,24 25,85
22,58 19,37
27,18 21,75
28,25 19,87
69,87
Sumber : Wheat Scenario-Statistic 2009
3
Anonim. 2008. http:palembang-blogger.blogspot.com200801penjajahan-gandum-makanlah-
dari-yang.html [17 Februari 2009 ]
4
Anonim. http:dacnet.nic.indwdfaqs1.htm 8
Mei 2009
45
5.1.5. Eksportir Gandum Dunia
Data ekspor gandum oleh negara-negara eksportir gandum di dunia menunjukan bahwa Amerika menempati urutan pertama sebagai negara
pengekspor dengan volume ekspor terbesar diikuti oleh Kanada diposisi kedua. Sebagai negara penghasil gandum terbesar di dunia, Uni Eropa menempati posisi
ketiga sebagai negara pengekspor terbesar di dunia. Dari beberapa negara eksportir di dunia, negara yang merupakan eksportir gandum utama bagi
Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Australia. Negara utama pengekspor gandum di dunia dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Eksportir Utama Gandum Dunia Periode Tahun 20052006-20082009
000 ton
Volume Negara
20052006 20062007 20072008 20082009 Amerika
Kanada Uni Eropa
Australia Rusia
Ukraina Argentina
Kazakhstan Cina
Brazil
Total Dunia
27.291 16.018
15.694 16.012
10.664 6.461
9.563 3.817
1.397 807
116.756
24.725 19.434
13.873 8.728
10.790 3.366
10.500 8.089
2.783 4
111.201
34.403 16.116
12.228 7.470
12.220 1.236
10.000 8.181
2.835 767
114.845
27.216 18.500
18.000 14.000
14.000 9.000
7.000 5.200
2.000 1.200
123.181
Sumber: USDA 2008, dikutip World Bank 2008
5.1.6. Importir Gandum Dunia
Negara importir gandum terbesar di dunia yang berada diposisi pertama yaitu Mesir, diikuti oleh Brazil dan Algeria diposisi kedua dan ketiga. Indonesia
menempati posisi ke empat sebagai negara importir terbesar di dunia dengan volume impor yang semakin meningkat selama 4 tahun terakhir yaitu pada
periode 20052006 hingga 20082009. Jepang merupakan negara importir terbesar kelima setelah Indonesia diikuti oleh Uni Eropa diposisi keenam. Uni Eropa selain
46 sebagai negara penghasil gandum terbesar di dunia dan sebagai eksportir ketiga di
dunia juga merupakan negara pengimpor gandum terbesar keenam didunia. Negara pengimpor gandum di dunia dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Importir Gandum Dunia Periode 20052006-20082009 000 ton
Volume Negara
20052006 20062007 20072008 20082009 Mesir
Brasil Algeria
Indonesia Jepang
Uni Eropa Korea
Iran Maruko
Irak
Total Dunia
7.771 6.576
5.469 4.519
5.469 6.758
3.884 380
2.418 4.878
110.745
7.300 7.624
4.879 4.640
5.747 5.137
3.884 1.100
1.801 3.000
113.247
7.700 7.000
5.887 4.770
5.701 6.932
3.439 200
4.191 3.409
112.116
7.800 7.000
5.600 6.700
5.500 5.000
4.600 4.500
4.000 3.700
120.832
Sumber: USDA 2008, dikutip World Bank 2008
5.1.7. Tingkat Harga Gandum Dunia
Harga gandum dunia sering tidak stabil. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah produksi gandum yang beredar di pasar internasional. Pada saat produksi gandum
sejumlah negara mengalami peningkatan maka harga akan turun. Sedangkan jika jumlah produksi sudah stabil atau turun maka harga gandum dunia akan
meningkat kembali. Selain dipengaruhi oleh jumlah produksi dunia, kenaikan harga gandum dunia juga disebabkan oleh naiknya konsumsi global terhadap
gandum yang melebihi kapasitas produksi. Penurunan produksi gandum dunia disebabkan oleh adanya kegagalan panen sejumlah negara penghasil gandum di
dunia. Sebagai contoh, pada tahun 2006 negara-negara di wilayah Laut Hitam,
Amerika Serikat, Ukraina dan Rusia mengalami gagal panen, kondisi ini kemudian mengakibatkan stok gandum dunia menurun sehingga sejumlah negara
47 menutup ekspor gandum karena stok gandum menipis.
5
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kenaikan harga gandum di pasar internasional. Harga
gandum dunia yang berfluktuasi tajam akan mengancam negara importir kesulitan pasokan. Berdasarkan data World Bank 2008, rata-rata harga gandum dunia
selama Januari-Oktober tahun 2008 mencapai US 347ton. Harga ini merupakan harga tertinggi yang pernah dicapai sejak pertengahan tahun 1970. Pada Oktober
2008 harga gandum dunia kembali turun menjadi US 238ton. Kondisi ini menunjukan bahwa harga gandum dunia berfluktuasi bahkan dalam hitungan
bulan harga gandum selalu berubah. Perkembangan harga gandum dunia dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Harga Gandum Dunia Bulanan Januari Tahun 2000 - Oktober 2008
Sumber : World Bank, 2008
5.2. Kondisi Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia
5.2.1. Subsistem Hulu
Subsistem hulu dalam agribisnis gandum mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan pendistribusian sarana produksi berupa
benih gandum, pupuk, dan alat-alat pertanian. Budidaya gandum menggunakan varietas-varietas yang telah dilepas di Indonesia yang terdiri dari Varietas Nias
berasal dari Thai 88 Thailand, Timor berasal dari India, Dewata introduksi dari DWR 162 India dan Selayar berasal dari Cimmyt Meksiko. Varietas yang
5
http:www.bogasariflour.comnews_list.cfm?newsind=90 21 April 2009
48 banyak ditanam di daerah pengembangan saat ini adalah Dewata, Nias dan
Selayar. Sebagai contoh, di Jawa Timur varietas yang digunakan adalah Varietas Nias. Varietas Nias dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Pasuruan dan
Malang. Sedangkan di Jawa Barat varietas yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah Varietas Selayar dan di Jawa Tengah digunakan varietas
Dewata. Benih gandum yang digunakan oleh petani merupakan benih dari hasil
perbanyakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, benih hasil penangkaran oleh Balit Serealia Maros, benih hasil
penangkaran UNPAD dan UKSW, dan benih hasil penanaman sebelumnya yang dikawal oleh Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dengan daya tumbuh diatas 80
persen atau 3 bulan setelah label dikeluarkan sebanyak 30 persen dari jumlah panen keseluruhan Direktorat Budidaya Serealia, 2008. Dari semuanya itu yang
hingga saat ini masih menjadi produsen benih yaitu seorang produsen gandum lokal di Kabupaten Pasuruan yang merupakan sentra produksi gandum dan
UKSW. Dalam pengadaan benih terdapat beberapa permasalahan diantaranya yaitu
dalam hal ketersediaannya yang tidak mencukupi karena benih sertifikasi hanya dapat diperoleh dari Dinas Pertanian Pasuruan, Jawa Timur dan dari UKSW saja.
Selain itu masalah ketersediaan benih juga disebabkan karena tidak dilaksanakannya komitmen oleh petani dan daerah untuk menyimpan 30 persen
hasil panennya untuk dijadikan benih, akibatnya terjadi kelangkaan benih pada saat akan tanam. Berdasarkan hasil
Pertemuan Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum pada 23-25 Maret 2009, ketersediaan benih sangat sedikit. Karena terjadi
kelangkaan benih gandum tersebut maka Departemen Pertanian dan Dinas Provinsi, dan Kabupaten sepakat untuk menetapkan kebutuhan benih sebanyak 50
kgha dari kebutuhan yang digunakan sebelumnya yaitu 100 kgha dengan harga Rp 10.000kg lebih tinggi dari harga sebelumnya yaitu Rp 7.500kg. Pupuk yang
digunakan untuk tanaman gandum adalah Urea, KCl dan SP36 serta tambahan pupuk kandang dan organik. Pembiayaan untuk pembelian pupuk dan benih
tanaman gandum oleh petani diperoleh dari dana bergulir APBN, APBD dan swadana petani.
49 Pelaku agribisnis gandum dalam subsistem hulu untuk pengadaan benih
meliputi lembaga pemerintah di tingkat pusat, provinsi dan daerah, Balai Pengawasan Sertifikasi Benih, Balit Serealia Maros, Swasta, UKSW dan UNPAD
sebagai penghasil benih. Sedangkan pelaku agribisnis untuk pengadaan pupuk dan mesin pertanian meliputi lembaga pemerintah ditingkat pusat, provinsi dan
daerah, BUMN, Swasta, kelompok tani, Bengkel Alsin alat dan mesin pertanian, kios distribusi pupuk, dan TimKomisi Pupuk.
5.2.2. Subsistem Kegiatan Usahatani
Subsistem usahatani gandum merupakan kegiatan menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan biji gandum.
Pelaku agribisnis gandum lokal dalam subsistem usahatani adalah petani. Budidaya tanaman gandum belum membudaya bagi petani Indonesia, sehingga
dibutuhkan sosialisasi untuk memperkenalkan pertanian gandum kepada petani di Indonesia. Dalam rangka mendukung pengembangan agribisnis gandum di
Indonesia pemerintah melakukan pembinaan untuk setiap daerah bukaan baru demplot, daerah pengembangan dan daerah sentra produksi. Adapun pembinaan
yang dilakukan di daerah bukaan baru yaitu berupa sosialisasi pemasyarakatan
tanaman gandum kepada petani. Pembinaan di daerah pengembangan diarahkan pada teknik budidaya gandum yang baik dan benar. Sedangkan pembinaan di
daerah sentra produksi diarahkan untuk peningkatan mutu gandum lokal, peningkatan produktivitas, serta pembinaan dalam hal penanganan pasca panen
dan pengolahan hasil. Menurut Direktorat Budidaya Serealia saat ini pola pengembangan
gandum tidak ditujukan untuk menggantikan tanaman utama seperti padi atau sayuran tetapi dengan memanfaatkan lahan kering yang ada dengan pola tanam
monokultur sayur–sayur-gandum atau tumpang sari dengan sayuran sehingga diharapkan dengan adanya tanaman gandum ini dapat meningkatkan pendapatan
petani karena dapat dipasarkan tiga jenis produk yaitu biji, tepung, dan aneka makanan serta dapat memutus siklus hama dan penyakit pada tanaman dataran
tinggi. Hal ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapang bahwa saat ini tanaman gandum dikembangkan dengan dua alternatif tujuan yaitu sebagai
tanaman diluar musim tanam off season sayuran dataran tinggi seperti kubis,
50 wortel, tomat, sawi dan bawang dan sebagai tanaman pemutus siklus hama pada
lahan sayuran dataran tinggi. Pada umumnya kegiatan usatani di lahan dataran tinggi diusahakan dengan pola tanam kentang-sayuran-gandum atau kentang-
kentang-gandum. Pada musim kemarau, tanaman sayuran tidak dapat tumbuh dengan
optimal oleh sebab itu agar lahan terus produktif maka sebagai alternatifnya lahan tersebut ditanami gandum sehingga pendapatan petani pun akan bertambah
dengan menanam gandum. Tujuan yang kedua yaitu untuk memutus siklus hama pada lahan kentang atau sayuran dataran tinggi. Selama ini petani membiarkan
begitu saja lahan tanaman kentangnya untuk memutus siklus hama dan penyakit kentang setelah dua kali musim tanam yaitu pada bulan Oktober hingga bulan
April. Tanaman gandum diketahui dapat memutus siklus hama tanaman kentang, oleh karena tanaman gandum memberikan keuntungan ganda kepada petani yaitu
lahan terus produktif dan siklus hama dapat terputus untuk penanaman kentang pada musim berikutnya. Pendapatan usahatani dengan pola tanam kentang-kubis
dan dengan pola tanam kentang-kubis gandum dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam Kentang-Kubis dengan Kentang-Kubis-Gandum per Hektar per Tahun
Pola Tanam Keterangan
Kentang-Kubis Rp
Kentang-Kubis-Gandum Rp
1. Penerimaan 2. Biaya Produksi
a. Biaya Tunai b. Biaya Total
3. Pendapatan a. Atas Biaya Tunai
b. Atas Biaya Total 4. RC
a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total
87.066.646 52.414.314
56.829.903 34.562.332
23.824.429 1,66
1,53 99.066.646
60.349.314 66.764.903
38.627.332 25.889.429
1,64 1,48
Keterangan : Kondisi pertanaman kentang dan gandum di dataran tinggi Kabupaten Pasuruan- Jawa Timur dan kubis di dataran tinggi Kabupaten Bandung-Jawa Barat, Tahun
2008
51 Berdasarkan Tabel 12, dapat kita lihat bahwa dengan pola tanam kentang-
kubis nilai RC Rasio atas biaya tunai adalah 1,66 lebih besar dibandingkan dengan pola tanam kentang-kubis-gandum sebesar 1,64. Demikian pula untuk
nilai RC atas biaya total nilainya lebih besar dengan pola tanam kentang-kubis sebesar 1,53 dibandingkan dengan pola tanam kentang-kubis-gandum sebesar
1,48. Jika dilihat dari RC Rasio tersebut, dengan pola tanam kentang-kubis RC Rasio atas biaya tunai dan biaya total yang diperoleh lebih besar dari nilai RC
dengan pola tanam kentang-kubis-gandum. Meskipun demikian, pengusahaan tanaman gandum pada musim kemarau sebagai tanaman off season tetap akan
memberikan keuntungan tambahan bagi petani. Karena jika dalam satu tahun petani hanya menanam dua kali maka petani hanya akan memperoleh pemasukan
sebanyak dua kali dalam satu tahun. Namun, jika setelah menanam sayuran, petani tersebut menanam gandum berarti dalam satu tahun petani akan
memperoleh pemasukan sebanyak tiga kali. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan usahatani gandum memberikan keuntungan tambahan bagi petani selain itu juga
dapat mengusahakan agar lahan dan tenaga terus produktif selama satu tahun penuh. Untuk perbandingan pendapatan usahatani pola tanam kentang-kentang
dengan kentang-kentang-gandum dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.
Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam Kentang-Kentang dengan Kentang-Kentang-Gandum per Hektar per Tahun
Pola Tanam Keterangan
Kentang-Kentang Rp
Kentang-Kentang-Gandum Rp
1. Penerimaan 2. Biaya Produksi
a. Biaya Tunai b. Biaya Total
3. Pendapatan a. Atas Biaya Tunai
b. Atas Biaya Total 4. RC
a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total
140.000.000 92.004.000
102.004.000 47.996.000
37.996.000 1,52
1,37 152.000.000
99.939.000 111.939.000
100.057.000 40.061.000
1,52 1,35
Keterangan : Kondisi pertanaman kentang dan gandum di dataran tinggi Kabupaten Pasuruan- Jawa Timur, Tahun 2008
52 Berdasarkan Tabel 13, dapat kita lihat bahwa dengan pola tanam kentang-
kentang maupun kentang-kentang-gandum diperoleh nilai RC rasio atas biaya tunai yang sama yaitu 1,52. Sedangakan RC atas biaya total dengan pola tanam
kentang-kentang sebesar 1,37 lebih besar bila dibandingkan dengan nilai RC atas biaya total dengan pola tanam kentang-kentang-gandum sebesar 1,35. Jika dilihat
besarnya nilai RC rasio untuk kedua pola tanam tersebut tidak jauh berbeda, namun pengusahaan tanaman gandum pada lahan kentang tetap memberikan
keuntungan tambahan dan membuat lahan terus produktif sepanjang tahun, selain itu juga dapat memutus siklus hama pada tanaman kentang.
Berdasarkan analisis usahatani yang dilakukan, dengan asumsi tingkat produksi sebesar 4 ton per hektar dan harga ditingkat petani sebesar Rp 3.000kg,
maka nilai RC Rasio atas biaya tunai untuk usahatani gandum lokal adalah 1,51 dan RC Rasio atas biaya total adalah 1,21. Hal ini menunjukan bahwa usahatani
gandum lokal cukup layak untuk diusahakan. Analisis usahatani gandum kentang dan kubis dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.
5.2.3. Subsistem Agribisnis Hilir dan Pemasaran
Subsistem agribisnis hilir gandum lokal merupakan kegiatan mengolah
gandum menjadi produk antara maupun produk akhir beserta distribusinya.
Industri pengolahan gandum di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan tepung terigu yang telah berdiri. Indonesia
memiliki 9 perusahaan tepung terigu dan kesemuanya itu merupakan perusahaan- perusahaan besar di Indonesia Tabel 14 Saat ini gandum yang diolah oleh pabrik
tepung terigu sepenuhnya merupakan gandum impor. Berkembangnya industri tepung terigu di Indonesia menunjukan bahwa agribisnis gandum pada subsistem
pengolahan sudah cukup baik, namun kelemahannya adalah pada bahan baku yang digunakannya yang sepenuhnya menggunakan gandum impor.
53
Tabel 14.
Daftar Nama Perusahaan Tepung Terigu di Indonesia
Nama Perusahaan
Lokasi
Kapasitas tontahun
Kontribusi PT. ISM Bogasari Flour Mills Jakarta
PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya PT. Sriboga Raturaya
PT. Eastern Pearl Flour Mills PT. Pangan Mas Inti Persada
PT. Purnomo Sejati Fugui Flour dan Grain Indonesia
PT. Asia Raya PT. Berkat Indah Gemilang
Jakarta Utara Surabaya
Semarang Makasar
Cilacap Sidoarjo
Gresik Sidoarjo
Tangerang 3.357.5000
1.0400.000 740.000
720.000 300.000
120.000 72.000
885.000 43.000
50,7 15,7
11,2 10,9
4,5 1,8
4,1 1,1
0,6 Sumber: APTINDO 2007
Kondisi diatas menggambarkan agribisnis pada subsistem hilir dimana gandum yang digunakan adalah gandum impor, sedangkan untuk gandum lokal
saat ini telah berkembang industri rumah tangga di lokasi pengembangan gandum lokal. Tidak seperti pengolahan padi, pengolahan gandum tidak memerlukan
proses yang rumit, oleh karena itu petani di beberapa lokasi pengembangan seperti di Jawa Timur dan di Jawa tengah sudah dapat mengolah gandum tersebut
menjadi berbagai macam olahan makanan lain seperti tepung gandum, bubur gandum dan katul gandum. Saat ini, skala pengusahaan gandum lokal masih kecil
karena produksi gandum lokal masih terbatas begitu pula dengan pelaku agribisnis gandum lokal baik petani maupun pengolahnya juga masih terbatas. Produk
olahan gandum yang sudah dipasarkan juga baru sedikit diantaranya bubur gandum yang dihasilkan oleh seorang produsen gandum di Kabupaten Pasuruan
Jawa Timur, serta tepung gandum dan katul gandum yang diproduksi oleh UKSW dan industri rumah tangga di Salatiga Jawa Tengah.
Gandum lokal memiliki kualitas yang baik, gandum lokal dapat digunakan sebagai bahan baku industri tepung terigu yang sudah ada. Namun, karena saat ini
produksi gandum lokal masih sangat sedikit, maka petani belum mampu memasok gandum lokal ke industri tepung terigu yang telah ada. Namun, ada beberapa
produsen yang secara mandiri telah mengolah gandum menjadi bahan pangan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan nilai
tambah gandum lokal.
54
5.2.4. Subsistem Penunjang
Keempat subsistem agribisnis gandum lokal yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pelaksanaanya didukung oleh subsistem penunjang agribisnis
gandum lokal sebagai jasa dalam menunjang kegiatan subsistem agribisnis agribisnis gandum lokal. Saat ini yang termasuk dalam lembaga penunjang
agribisnis gandum lokal antara lain: 1
Pemerintah Sebagai lembaga penunjang pemerintah mulai dari pusat dan daerah
berperan dalam menunjang kegiatan pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Adapun bentuk nyata dukungan dari pemerintah terhadap agribisnis
gandum diantaranya: a
Pelatihan gandum dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-1 Juni 2007 oleh Pusat Manajemen Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Ciawi Bogor. Peserta pelatihan berasal dari peserta pusat dan sebelas provinsi pelaksana
pengembangan gandum yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur. Selain itu, kegiatan tersebut juga dilakukan kegiatan kunjungan lapangPKL ke lokasi PT. Indofood Bandung
cabang Jawa Barat dan ke lokasi kebun percobaan gandum tempat penelitian mahasiswa UNPAD di desa Ciawi Tali Kec. Cimahi Utara Kabupaten
Bandung. b
Buku Sosialisasi Tanaman Gandum dilaksanakan setiap tahun Sosialisasi pengembangan tanaman gandum dilaksanakan mulai dari tingkat
Provinsi sampai tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Bahan sosialisasi disusun dalam bentuk buku. Bahan sosialisasi gandum digunakan sebagai
bahan bagi petugas pusat maupun daerah dalam mensosialisasikan tanaman gandum kepada petugas dan petani.
c Tahun 2007 : Koordinasi instansi terkait dalam rangka sosialisasi
pengembangan gandum dilaksanakan di Hotel Maharaja Jakarta yang dihadiri wakil dari Instansi Lingkup Departemen Pertanian Biro Perencanaan, Pusat
Pembiayaan, Pusat Konsumsi Pangan, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan
55 Pangan Badan Ketahanan Pangan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil, Badan Litbang Pertanian, Direktorat Perbenihan, Direktorat Sarana Produksi dan stake holder.
d Sosialisasi tanaman gandum
Sosialisasi pengembangan tanaman gandum pada tahun 2007 dilaksanakan di lima provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Sulawesi Selatan. Pelaksanaan sosialisasi tanaman gandum dilakukan bagi petugas ditingkat provinsi, kabupaten, petani pelaksana pengembangan
gandum, dan petani disekitar lokasi pengembangan gandum. 2
Kelompok tani yang ada disetiap daerah pengembangan gandum lokal Peran kelompok tani di lokasi pengembangan gandum lokal yaitu menjadi
wadah bagi kegiatan-kegiatan petani. Kelompok tani juga berperan dalam penyalur input benih dan pupuk bagi petani serta menjadi lembaga penyalur
hasil panen petani. Di beberapa lokasi pengembangan terdapat alat penepung gandum yang digunakan secara bersama-sama oleh petani untuk mengolah
gandum menjadi tepung. 3
Perguruan Tinggi Dalam menunjang agribisnis gandum lokal di Indonesia, perguruan tinggi
berperan sebagai penghasil informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian-penelitian yang dilakukan baik yang berkaitan dengan budidaya
maupun sosial ekonomi. Penelitian tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk proyek ataupun tugas akhir mahasiswa. Karena agribisnis gandum baru
dikembangkan di Indonesia maka peran perguruan tinggi sangat diperlukan. Saat ini Fakultas Pertanian di UKSW memiliki Pusat Studi Gandum yang kegiatannya
meliputi penelitian teknologi budidaya, pengembangan galur-galur calon varietas baru, pengembangan teknologi processing benih, dan pengolahan pangan
berbasis gandum lokal. Hasil penelitian oleh perguruan tinggi merupakan sumber informasi bagi masyarakat umum secara luas yang dapat mendukung
pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. 4
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang berperan dalam hal menyediakan inovasi teknologi
melalui pengkajian-pengkajian dalam rangka pengembangan gandum, melakukan
56 uji multilokasi di beberapa daerah dari sumber–sumber genetik yang sudah ada
sehingga dihasilkan beberapa varietas gandum, melakukan penelitian untuk menciptakan beberapa varietas gandum, melakukan identifikasi lokasi yang sesuai
untuk pengembangan gandum dan melakukan analisa seberapa jauh dampak dari pengembangan gandum dapat meningkatkan pendapatan petani, penyerapan
tenaga kerja dan keuntungan lainnya. 5
Badan Tenaga Atom Nasional BATAN
Peran BATAN adalah melakukan pemuliaan tanaman gandum dengan teknik mutasi induksi dengan sinar gamma sehingga nantinya akan di hasilkan
galur–galur baru. Sementara itu lembaga pendukung lain seperti perkreditan belum ada
dalam agribisnis gandum di Indonesia karena pengembangan gandum masih baru sehingga dalam hal permodalan petani masih menggunakan modal pribadi dan
sebagian memperoleh bantuan dari pemerintah.
5.2. Impor Gandum Indonesia
Pada tahun 1970 jumlah impor tepung gandum baru sekitar 557.000 ton. Pada tahun 1971 jumlah tersebut naik menjadi 620.000 ton yang terdiri dari
532.000 ton tepung gandum dan 88.000 ton gandum. Jumlah impor gandum terus meningkat cukup tajam setiap tahunnya Megiera 1981 dalam Dirjen Tanaman
Pangan 2008. Pada tahun 2000 jumlah impor gandum Indonesia mencapai 4.069.000 ton. Jumlah tersebut sempat mengalami penurunan pada tahun 2001
menjadi sebesar 3.677.000 ton. Namun mulai tahun 2002 hingga 2008 jumlah impor kembali meningkat setiap tahunnya. Perkembangan volume impor dapat
dilihat pada Gambar 8. Indonesia merupakan negara importir terbesar keempat di dunia.
Kebutuhan gandum domestik setiap tahun meningkat disebabkan oleh semakin berkembangnya makanan berbasis tepung terigu. Setiap tahunnya rata-rata
kebutuhan gandum meningkat sebesar 9,33 persen. Peningkatan volume impor gandum tersebut akan terus mengurangi devisa negara. Pada Tahun 2008 impor
Indonesia mencapai volume tertinggi sebesar 4,9 juta ton dengan nilai impor sebesar US 697.546.000. Rata-rata nilai impor Indonesia selama tahun delapan
terakhir sebesar US 630.114.111.
57 Gambar 8.
Grafik Perkembangan Volume Impor Gandum Indonesia Tahun 2000-2008
Sumber : APTINDO 2008
Selama ini pasokan kebutuhan gandum nasional sebagian besar didatangkan dari Australia, Kanada, Amerika Serikat, Cina dan Turki. Kebutuhan
gandum dalam negeri 60 persen didatangkan dari Australia. Darmawan Thomas 2008 dalam Berliana dan Noviardi 2008
.
Adapun negara utama pengekspor gandum ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Negara Utama Pengekspor Gandum ke Indonesia 000 ton
Negara 2003 2004
2005 2006
2007 Australia
Kanada Amerika
Cina Turki
1.396 358
271 133
21 3.144
686 113
164 24
2.659 890
124 54
46 3.113
1.006 219
80 63
1.685 1.489
998 524
173
Sumber: BPS diolah Analisis Informasi Pasar Direktorat Pemasaran Internasional 2008
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa negara utama pengekspor gandum ke Indonesia adalah Australia. Rata-rata volume ekspor gandum Australia
ke Indonesia selama tahun 2003-2007 yaitu sebesar 2.399.892,78 ton. Rata-rata volume impor gandum oleh Indonesia sejak tahun 2003 hingga 2007 adalah
4.565.800 ton. Dari jumlah rata-rata volume impor tersebut dapat kita lihat bahwa 52,56 persen kebutuhan gandum Indonesia didatangkan dari Australia.
4.069 3.677
3.984 4.500
4.400 4.519
4.770 4.900
4.640
3.500 3.600
3.700 3.800
3.900 4.000
4.100 4.200
4.300 4.400
4.500 4.600
4.700 4.800
4.900 5.000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Tahun V
ol um
e I m
por 000 t
on
58
VI DAYASAING AGRIBISNIS GANDUM LOKAL DI INDONESIA 6.1. Analisis Komponen
Porter’s Diamond System 6.1.1. Kondisi Faktor Sumberdaya
Kondisi faktor sumberdaya yang berpengaruh terhadap dayasaing agribisnis gandum lokal adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal dan sumberdaya infrastuktur. Kelima kondisi faktor sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai
berikut: 1
Sumberdaya Alam a
Syarat, Kondisi, dan Luas Lahan
i Syarat dan Kondisi Lahan
Sumberdaya lahan yang digunakan untuk menanam gandum harus memenuhi beberapa kondisi antara lain lahan merupakan lahan kering dataran
tinggi dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut dpl. Suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 2–4°C, suhu optimum sekitar 20–25°C sedangkan suhu
maksimum 37°C. Tanaman gandum banyak ditanam di daerah dengan kisaran curah hujan 350–1.250 milimeter. Curah hujan efektif untuk pertanaman gandum
adalah 825 milimeter per tahun. Jenis tanah yang baik untuk pertanaman gandum adalah jenis tanah yang dapat menahan air dalam jumlah yang cukup selama
pertumbuhan tanaman. Umumnya jenis tanah untuk pertanaman gandum di Indonesia adalah andosol, regosol kelabu, latosol dan aluvial. Tanaman gandum
juga dapat tumbuh pada tanah liat sekalipun kondisi kelembaban tanah membuat aerasi tanah menjadi kurang baik. Pada pH tanah yang rendah sampai tinggi dan
tekstur tanah ringan sampai berat tanaman gandum dapat tumbuh, pH tanah yang baik untuk pertumbuhan gandum berkisar 6,8–7,5. Bila pH 5,5 atau kurang dari
5,5, maka pertumbuhan akan terganggu karena keracunan Al. Sedangkan jika pH dibawah 4,6 maka tanaman akan mati Direktorat Budidaya Serealia 2008.
Budidaya gandum di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh faktor fisik terutama iklim. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga akan mengakibatkan
tingginya intensitas serangan penyakit. Perubahan iklim juga memberikan
59 pengaruh cukup besar terhadap produktivitas tanaman.
6
Dari segi agroklimat, komoditi gandum dapat ditanam di Indonesia. Sebagian provinsi di Indonesia
yaitu di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa memiliki lahan yang cukup potensial untuk digunakan sebagai lahan pertanaman gandum. Berdasarkan data
dari Direktorat Budidaya Serealia tahun 2008, provinsi di Indonesia yang memiliki kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan gandum baik yang sudah
pernah atau sedang digunakan untuk lokasi pengembangan dari tahun 2001 hingga tahun 2008 yaitu Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan timur, dan Sulawesi selatan. Menurut Badan Litbang Pertanian, daerah yang paling cocok untuk pertanaman gandum yaitu di NTT karena daerah
tersebut memiliki dataran tinggi dengan angin muson timur yang kering dari Australia.
7
ii Luas Lahan
Berdasarkan data Direktorat Budidaya Serealia tahun 2008, luas lahan gandum dari tahun 2001 hingga tahun 2008 secara akumulatif adalah 1.508,5
hektar. Pada tahun 2001 hingga tahun 2003 lahan digunakan untuk uji adaptasi yang dilakukan di enam provinsi yaitu : Sumatera Barat seluas 1 hektar, Jawa
Tengah seluas 1 hektar, Jawa Timur seluas 2 hektar, Sulawesi Selatan di Malino seluas 2 hektar, Nusa Tenggara Barat seluas 2 hektar, dan Nusa Tenggara Timur
seluas 1 hektar pada ketinggian yang berbeda beda mulai dari 700 sd 1500 m dpl dengan menggunakan galur asal India dan Cimmyt. Kemudian pada tahun 2002
uji adaptasi pengembangan gandum dilanjutkan di beberapa provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur seluas 7 hektar, Jawa Tengah seluas 1 hektar dan Nusa
Tenggara Barat seluas 0,7 hektar. Dan pada tahun 2003 dilakukan uji coba pengembangan dengan skala yang lebih luas dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur
seluas 56 hektar, dan di Jawa Barat dalam bentuk demplot seluas 4 hektar, Jawa Tengah 5 hektar, Sulawesi Selatan 2 hektar Unisri dan UKSW masing masing 5
6
Gandum untuk bahan pangan dalam majalah Sinar Tani Edisi 9-15 Januari 2008 No.3234 Tahun XXXVIII.Hlm 14
7
Loc.Cit
60 hektar. Pada tahun 2004 penggunaan lahan sudah mulai diarahkan untuk
pengembangan bukan lagi untuk uji coba. Secara keseluruhan luas tanam gandum mulai dari tahun 2005 hingga 2008
mengalami penurunan setiap tahunnya, hal ini terjadi karena berkurangnya program dari pemerintah untuk gandum sehingga petani yang berminat untuk
menanam gandum pun semakin berkurang. Beberapa provinsi di luar Pulau Jawa pada mulai tahun 2006 tidak lagi menanam gandum, provinsi tersebut meliputi
Nangro Aceh Darusalam, Sumetera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Hal ini terjadi karena kurangnya minat
petani untuk menanam jika tidak diberi bantuan lagi oleh pemerintah. Tanaman gandum lokal di Indonesia saat ini masih berada dalam masa perkenalan kepada
para petani sehingga petani belum mau mengembangkan sendiri jika tidak ada program dan bantuan dari pemerintah. Luas tanam gandum dari tahun 2004-2008
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Luas Tanam Gandum Lokal Tahun 2004-2008 Hektar
Tahun No Provinsi
2004 2005
2006 2007
2008 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
Aceh Sumatera Utara
Sumatera Barat Jambi
Sumatera Selatan Bengkulu
Lampung Jawa Barat
Jawa Tengah Jawa Timur
NTB NTT
Kalimantan Barat Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan 1
2 -
- 5
- 1
13 15
135 1
2 -
- 25
- -
5 10
25 20
10 33,5
90 165
5 25
5 10
30 -
- -
- 20
- -
- 120
77 8
100 -
- -
- -
- -
- -
- 25
70 120
- 30
- -
2 -
- -
- -
20 -
21 39
84 -
10 -
- 10
Total 200
433,5 318 263 184 Ket : - Tidak tanam
Sumber: Direktorat Budidaya Serealia, 2008
61 Berdasarkan Tabel 16 provinsi yang terus mengembangkan sejak tahun
2004 hingga tahun 2008 yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT dan Sulawesi Selatan. Tanaman gandum sebagian besar masih diusahakan di
Pulau Jawa. Sedangkan di Luar Pulau Jawa luas terbesar yaitu di Provinsi NTT.
b Aksesibilitas Terhadap Input
Aksesibilitas terhadap input dimaksudkan sebagai kemudahan para petani gandum dalam memperoleh input yang digunakan dalam usahatani gandum. Input
yang dimaksud dalam usahatani gandum adalah benih gandum, pupuk serta sarana dan prasarana produksi. Untuk mendukung tercapainya produktivitas yang tinggi
maka input yang dibutuhkan harus mudah didapatkan dan tersedia secara kontinu. i
Benih Untuk membudidayakan tanaman gandum petani memperoleh benih
gandum dari hasil perbanyakan Dinas Pertanian Pasuruan Jawa Timur, benih hasil penangkaran Balit Serealia Maros, benih hasil penangkaran UNPAD dan UKSW,
dan benih hasil penanaman gandum sebelumnya atau benih hasil penanaman dari daerah lain. Hingga tahun 2008 baru ada dua produsen benih yang dapat
menyediakan benih secara kontinu yaitu seorang produsen di Desa Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur dan UKSW. Sehingga petani mandiri yang ingin
mengembangkan tanaman gandum masih kesulitan untuk memperoleh benih apalagi benih yang bersertifikat. Saat ini ketersediaan benih menjadi masalah
karena jumlah ketersediaanya tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
8
ii Pupuk
Untuk memacu peningkatan produktivas tanaman gandum dalam mewujudkan ketahanan pangan, maka kebijakan penggunaan pupuk diarahkan
pada penggunaan pupuk anorganik Urea, KCl dan SP36 dengan memperhatikan rekomendasi setempat, disamping pengembangan pupuk berimbang perlu
ditingkatkan termasuk pengembangan pemanfaatan pupuk organik. Pupuk disediakan oleh swasta dengan prinsip 6 tepat yaitu waktu, jenis, jumlah, harga,
mutu dan penggunaan Direktorat Budidaya Serealia, 2008. Aksesibilitas petani terhadap pupuk tidak mengalami masalah, pada umumnya petani yang tergolong
8
Hasil Pertemuan Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum Tahun 2009, di Semarang [23-25 Maret 2009]
62 dalam kelompok tani membeli pupuk secara kolektif bersama dengan anggota
lainnya dalam kelompok tani tersebut.
9
Selain itu, pada lahan-lahan bekas kentang dan sayur penggunaan pupuk dapat diminimalkan karena pada umumnya lahan
bekas kentang dan sayur masih mengandung unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan gandum.
c Biaya–biaya Terkait
Biaya-biaya yang diperlukan dalam usahatani gandum lokal antara lain biaya pembelian benih terutama untuk tanam awal, pupuk, pestisida, biaya tenaga
kerja terdiri dari biaya pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, dan pemanenan. Bila dilihat dari analisis usahatani, diperoleh nilai RC rasio atas
biaya tunai sebesar 1,51, sedangkan nilai RC rasio atas biaya total sebesar 1,21 Lampiran 1. Nilai tersebut menunjukan bahwa usahatani gandum lokal cukup
layak untuk diusahakan.
d Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan merupakan kemampuan lahan tersebut menghasilkan gandum tiap hektar. Produktivitas lahan mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data dari Direktorat Budidaya Serealia, rata-rata produktivitas gandum lokal di Indonesia adalah 1,5 tonha pada tahun 2004 dan 2005.
Selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan rata-rata produktivitas menjadi 1,7 tonha, pada tahun 2007 menjadi 1,834 tonha dan pada tahun 2008 meningkat
kembali menjadi 1,887 tonha. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 adalah di Sulawesi Selatan sebesar 2,89 ton dan disusul oleh Jawa Timur dengan tingkat
produktivitas sebesar 2,73 tonha. Pada daerah-daerah tertentu seperti Jawa Timur dan NTT, produktivitas lahan melebihi tingkat produktivitas gandum di negara
asal benih yaitu India. Hal ini menunjukan bahwa pada daerah-daerah tertentu gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik asalkan dibudidayakan
dengan teknik yang benar. Meskipun luas tanam di Indonesia semakin sedikit namun produktivitas yang semakin meningkat dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk terus mengembangkan gandum di Indonesia karena hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan gandum efisien. Luas panen, produktivitas dan jumlah
produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.
9
Hasil Wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Pengembangan Gandum Lokal, Ir. Valensia, M.Si [2 Maret 2009]
63
2 Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor produksi dalam agribisnis gandum lokal. Sumberdaya manusia merupakan faktor penggerak
sumberdaya lainnya yang bersifat statis oleh sebab itu kualitas sumberdaya manusia akan sangat menentukan keberhasilan agribisnis gandum lokal di
Indonesia. Agribisnis gandum lokal yang didukung oleh sumberdaya yang memadai dan berkualitas akan mampu menjadikan sistem agribisnis gandum lokal
menjadi terus berkembang dan mampu berdayasaing. Peran sumberdaya manusia dalam sistem agribisnis sangat penting mulai dari penerapan teknologi dibidang
usahatani sampai kepada pengelolaan manajemen usaha. Faktor sumberdaya manusia yang berkaitan dengan sistem agribisnis gandum diantaranya yaitu
petani, pedagangpengumpul, Petugas Pemandu Lapang PPL, dan jabatan lainnya.
Petani merupakan pihak yang terlibat langsung dalam proses produksi tanaman gandum. Saat ini petani gandum lokal seluruhnya tergabung dalam
kelompok tani yang ada di daerah pengembangan masing-masing Lampiran 5. Hal ini berkaitan dengan program pengembangan gandum lokal yang dijalankan
pemerintah, agar program tersebut dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan adanya kelompok tani sebagai wadah untuk mengkoordinasikan kegiatan petani.
Pedagang atau pengumpul merupakan pihak yang berperan dalam menyalurkan barang sampai dapat dikonsumsi oleh konsumen. Pedagang
pengumpul di dalam agribisnis gandum lokal berperan sebagai penyalur biji gandum hingga sampai ke perantara lain maupun konsumen akhir. Saat ini proses
penyaluran biji gandum lokal berada dalam rantai pemasaran yang cukup sederhana yaitu dari petanikelompok tani langsung disalurkan ke pedagang
pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjual kepada konsumen yang datang kepada pengumpul. Kondisi tersebut terjadi di sebagian besar daerah
pengembangan gandum lokal seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pemandu lapangpenyuluh merupakan pihak yang memberikan informasi-
informasi yang berkaitan dengan kegiatan usahatani dari gandum lokal. Pemandu lapang merupakan pihak yang bertugas di daerah provinsi dan kabupaten
pengembangan gandum lokal. Lembaga yang berfungsi sebagai Pemandu lapang
64 dalam agribisnis gandum lokal meliputi Dinas Pertanian Daerah, perguruan tinggi
dan lembaga lainnya. Permasalahan sumberdaya manusia yang saat ini dihadapi oleh agribisnis
gandum lokal adalah para petani di daerah-daerah pengembangan yang pada umumnya tidak mau mengembangkan gandum jika tidak diberi bantuan secara
terus menerus oleh pemerintah. Hal ini juga terkait oleh mindset petani dan masyarakat luas yang menganggap bahwa gandum tidak dapat ditanam di
Indonesia. Selain permasalahan tersebut, belum adanya jaminan pasar yang pasti juga menyebabkan petani Indonesia kurang berminat untuk menanam gandum.
3 Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada agribisnis gandum, mulai dari input, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan pasca panen
merupakan hal penting untuk menunjang dayasaing agribisnis gandum. Sumberdaya ini mencakup ketersediaan pengetahuan pasar dan pengetahuan
ilmiah dan inovasi teknologi dalam melakukan produksi yang dapat diperoleh melalui lembaga penelitian, asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, serta sumber
pengetahuan dan teknologi lainnya.
a Lembaga Penelitian
Lembaga penelitian yang berperan sebagai sumber teknologi bagi pengembangan agribisnis gandum di Indonesia adalah Badan Litbang Pertanian
dan BATAN. Peran Balitbang Pertanian dan BATAN telah dijelaskan dalam Bab sebelumnya.
b Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu IndonesiaAPTINDO
APTINDO sebagai asosiasi pengusaha tepung terigu berperan dalam memberikan informasi IPTEK yang berarti bagi petani dan konsumen. APTINDO
juga ikut berpartisipasi dalam pengembangan agribisnis gandum lokal diantaranya dengan menjadi mitra kerjasama dalam kegiatan-kegiatan pengembangan
agribisnis gandum di Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif APTINDO, Ratna Sari Loppies, sejak 1998 kalangan produsen tepung terigu yang tergabung dalam
APTINDO telah memulai upaya pengembangan tanaman gandum. Sebagai contoh, pada tahun 2000 APTINDO menjalin kerjasama dalam hal
penelitian dengan sejumlah perguruan tinggi antara lain Institut Pertanian Bogor
65 IPB Bogor, Universitas Padjadjaran Unpad Bandung, Universitas Gajah Mada
UGM Yogyakarta, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas Kristen Satya Wacana UKSW Salatiga. Penelitian tersebut telah berhasil menciptakan
sejumlah varietas tanaman gandum yang sangat toleran terhadap kondisi lahan kering di wilayah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas
permukaan laut dan suhu udara antara 20-25 derajat celcius.
10
Hasil penelitian tersebut kemudian dipublikasikan kepada masyarakat umum melalui buku,
jaringan internet dan media lainnya. c
Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi juga dapat berperan sebagai penghasil informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian-penilitian yang dilakukan baik
yang berkaitan dengan budidaya maupun sosial ekonomi. Penelitian tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk proyek ataupun tugas akhir mahasiswa. Karena
agribisnis gandum baru dikembangkan di Indonesia maka peran perguruan tinggi sangat diperlukan. Saat ini Fakultas Pertanian di UKSW memiliki Pusat Studi
Gandum yang kegiatannya meliputi penelitian teknologi budidaya, pengembangan galur-galur calon varietas baru, pengembangan teknologi prosesing benih, dan
pengolahan pangan berbasis gandum lokal. Hasil penelitian oleh perguruan tinggi merupakan sumber informasi bagi masyarakat umum secara luas yang dapat
mendukung pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia.
d Sumber IPTEK lainnya
Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari berbagai media, seperti jurnal- jurnal penelitian, warta, surat kabar atau majalah agribisnis, media elektronik
berupa internet, dan media penyedia informasi lainnya. Sumberdaya IPTEK yang beragam dan lengkap diharapkan dapat mendukung agribisnis gandum lokal di
Indonesia dalam rangka menerapkan teknologi-teknologi yang tepat guna. Penerapan teknologi yang tepat guna dalam agribisnis gandum diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas gandum lokal dan dapat mendukung pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Sumberdaya IPTEK yang mendukung
tentunya dapat pula mendukung keunggulan kompetitif suatu komoditi khususnya
10
Hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif APTINDO, Ibu Ratna Sari Loppies. 20 April 2009
66 gandum lokal. Secara keseluruhan sumberdaya IPTEK yang ada termasuk sebagai
salah satu faktor yang mendukung dayasaing agribisnis gandum lokal.
4 Sumberdaya Modal
Sumberdaya modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sistem agribisnis gandum lokal. Menurut Direktorat Budidaya Serealia, saat
ini modal untuk kegiatan usahatani gandum lokal berasal dari modal sendiri dan pembiayaan dari pemerintah APBNAPBD. Peran pemerintah dalam hal
permodalan sangat besar karena saat ini pengembangan gandum lokal di Indonesia menjadi salah satu program pemerintah. Setiap musim tanam mulai dari
tahun 2004 pemerintah mengalokasikan dana dari APBN dan APBD untuk daerah bukaan baru demplot dan daerah pengembangandaerah yang sebelumnya telah
menanam gandum. Dana APBN dan APBD dari pemerintah diberikan dalam bentuk modal untuk pembelian sarana produksi berupa benih dan pupuk. Selain
itu pemerintah melalui Ditjen Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian PPHP pada tahun 2008 memberikan bantuan alat pengolahan gandum kepada kelompok
tani yang terpilih di beberapa daerah pengembangan. Sumber permodalan bagi petani saat ini sangat terbatas, hal ini juga dikarenakan belum adanya lembaga
permodalan yang secara khusus memberikan pinjaman modal kepada petani gandum lokal.
5 Sumberdaya Infrastuktur
Sumberdaya infrastuktur yang mendukung agribisnis gandum lokal antara lain transportasijalan, pasar, listrik dan alat komunikasi. Sebagian Infrastuktur
seperti jalan dan sarana komunikasi di daerah-daerah pengembangan gandum lokal di Indonesia cukup baik dan mendukung Dirjen Tanaman Pangan 2008.
Sebagai contoh, di Jawa Tengah, khususnya di Salatiga sarana transportasi telah didukung dengan adanya angkutan pedesaan, sehingga aksesnya mudah untuk
dijangkau. Tidak seperti tanaman lain, tanaman gandum tidak membutuhkan banyak air selama hidupnya sehingga tanaman gandum tidak memerlukan adanya
saluran irigasi. Hal ini tentunya akan memberikan kemudahaan petani dalam pemeliharaan tanaman gandum. Kondisi infrastuktur yang mendukung juga
ditunjukan dengan adanya rencana UKSW dan petani di Salatiga yang akan membuka wisata agro pada saat menjelang musim panen. Alasan akan dibukanya
67 wisata Agro ini adalah karena adanya peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu
warna tanaman gandum yang kontras dengan tanaman sekitarnya akan memberikan daya tarik tersendiri bagi tanaman gandum. Selain itu, tujuan dari
dibukanya wisata agro tersebut adalah untuk memperkenalkan tanaman gandum kepada masyarakat luas.
6.1.2. Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan merupakan fakor yang cukup penting dalam upaya peningkatan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia. Kondisi permintaan
akan dijelaskan melalui tiga faktor yaitu komposisi permintaan domestik, jumlah permintaan dan pola pertumbuhan, serta internasionalisasi permintaan domestik.
1 Komposisi Permintaan Domestik
Permintaan domestik terhadap gandum diberikan dalam bentuk tepung terigu. Dalam kehidupan masyarakat gandum lebih dikenal dengan tepung terigu.
Permintaan akan tepung terigu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tepung terigu banyak digunakan oleh industri-industri makanan baik industri skala besar
perusahaan, UKM ataupun industri rumah tangga. Semakin berkembangnya produk-produk makanan berbasis tepung terigu akan terus meningkatkan jumlah
permintaan terhadap tepung terigu. Adapun persentase permintaan tepung terigu berdasarkan penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9.
Presentase Permintaan Tepung Terigu Berdasarkan Penggunaanya
Sumber: APTINDO, 2007
Roti 20
Mi instan 20
Mi basah dan industri kecil
32 Rumah tangga
10 Biskuitsnack
10 Mi kering
8
68 Sedangkan permintaan atas gandum lokal saat ini sebagian besar masih
dalam bentuk biji untuk benih dan ada juga beberapa daerah seperti Jawa Timur dan Salatiga yang mengolah langsung biji gandum menjadi tepung halus, tepung
kasar, bubur gandum, dan katul gandum. Proses pengolahan gandum tidak membutuhkan proses yang rumit seperti padi sehingga petani gandum dapat
mengolahnya langsung menjadi makanan siap saji seperti bubur gandum. Saat ini produk-produk tersebut dihasilkan baru oleh Pusat Studi Gandum Fakultas
Pertanian UKSW dan oleh petani gandum di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
2 Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan
Jumlah permintaan gandum domestik sangat tinggi dan menunjukan pola pertumbuhan yang semakin meningkat. Peningkatan permintaan terhadap gandum
berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan permintaan tepung terigu karena saat ini semakin berkembang tren makanan berbasis tepung
terigu. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya pada Gambar 1, jumlah permintaan gandum dalam bentuk tepung terigu selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pasar untuk gandum di Indonesia akan semakin besar.
3 Internasionalisasi Permintaan Domestik
Tidak jarang konsumen asing atau luar negeri yang melakukan pembelian di Indonesia dapat mendorong dayasaing agribisnis gandum lokal di
Indonesia karena dapat membawa produk gandum lokal ke luar negeri. Kemungkinan-kemungkinan tersebut selalu ada, seperti bubur gandum yang
diproduksi oleh petani di Pasuruan yang saat ini telah memiliki pasar tetap di sebuah hotel dan restoran vegetarian di Bali, bubur tersebut disajikan untuk para
turis asing yang berkunjung ke hotel dan restoran tersebut. Bubur tersebut mulai disukai oleh konsumen, kondisi tersebut secara tidak langsung akan menjadikan
produk gandum lokal dikenal oleh masyarakat luar negeri dan pada akhirnya akan dapat mendorong dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia.
11
11
Hasil Wawancara dengan Bp Yuli PPL sekaligus sebagai petani gandum di Pasuruan [24 Maret 2009]
69
6.1.3. Industri terkait dan industri pendukung
Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri
terkait merupakan industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal. Industri ini mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan kemasan
sampai pemasaran. Selain industri terkait terdapat juga industri pendukung yang merupakan industri yang memberikan kontribusi tidak langsung dalam sistem
komoditas secara vertikal .
1 Industri Terkait
a Industri Pemasok Bahan Baku
Perkembangan agribisnis gandum lokal tentunya sangat bergantung pada kemampuan industri hulu untuk menyediakan input produksi benih dan pupuk
dan alat serta mesin pertanian. Industri sarana produksi yang peranannya sangat penting yaitu industri perbenihan. Hal ini dikarenakan kelangsungan agribisnis
gandum pada kegiatan budidaya sangat bergantung pada ketersediaan benih. Saat ini penyediaan benih dilakukan oleh seorang produsen gandum lokal di
Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur dan UKSW. Saat ini UKSW bersama dengan Pemerintah dan Balitbang Pertanian terus melakukan uji adaptasi galur-galur
untuk menemukan varietas baru gandum untuk dataran rendah dan medium agar budidaya gandum dapat semakin berkembang di Indonesia. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun belum ada industri pemasok benih namun Pemerintah beserta Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian terus
melakukan uji coba, hal ini merupakan peluang bagi berkembangnya agribisnis gandum lokal di Indonesia.
b Industri Pemasaran
Industri pemasaran merupakan lembaga perantara pemasaran. Lembaga perantara pemasaran di dalam agribisnis gandum lokal saat ini dapat dikatakan
pada umumnya berada dalam rangkaian yang cukup sederhana. Pasar gandum lokal saat ini masih relatif sedikit bahkan hasil panennya pun masih banyak untuk
dikonsumsi sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan gandum lokal dan masih sedikitnya luas lahan untuk penguasaan gandum di
Indonesia sehingga produksinya pun belum optimal dan belum dapat memenuhi
70 kebutuhan masyarakat secara luas. Rantai pemasaran hasil panen gandum lokal
pada umumnya dilakukan secara langsung ke konsumen, melalui pengumpul atau dijual langsung ke pengolah. Sebagai contoh, di Kabupaten Pasuruan, pada
umumnya petani menjual biji gandum ke pengumpul dengan harga Rp 3000kg dalam keadaan belum dibersihkan dan dikeringkan, kemudian pengumpul tersebut
menjualnya kepada konsumen akhir dengan harga Rp 4000kg. Sedangkan para petani di Salatiga, pada umumnya petani bekerjasama dengan Pusat Studi
Gandum FP UKSW, biji gandum hasil panen petani dikumpulkan kesalah seorang koordinator, kemudian pihak dari Pusat Studi Gandum FP UKSW
memeriksa kadar air biji gandum masing-masing petani dan ditimbang. Selanjutnya biji
gandum tersebut dibawa ke gudang gandum konsumsi di kampus UKSW. Pusat
Studi Gandum FP UKSW membeli biji gandum petani dengan harga Rp 3000kg dengan kadar air 14 persen. Menurut Pusat Studi Gandum FP UKSW, jika biji
gandum hasil petani kurang dari 14 persen, maka petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi. Namun sebaliknya, jika kadar air biji gandum petani lebih dari
14 persen maka petani akan menerima harga yang lebih rendah. Semua dihitung secara obyektif, sehingga petani juga senang dan termotivasi untuk mengeringkan
hasil gandumnya.
12
Sedangkan untuk di provinsi lain seperti, Bengkulu dan Sulawesi Selatan saat ini hasilnya baru digunakan untuk konsumsi sendiri,
meskipun begitu namun kondisi ini akan dapat mendukung peningkatan gizi ditingkat pedesaan karena telah kita ketahui juga bahwa gandum memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi yang tidak kalah pentingnya dengan produk serealia lain.
2 Industri Pendukung
a Industri Pengolahan
Industri pengolahan merupakan suatu bagian yang sangat penting di dalam mengolah bahan baku sehingga mempunyai nilai tambah. Industri pengolahan
gandum di Indonesia sudah sangat berkembang dengan melihat adanya sembilan pabrik pengolahan tepung terigu yang operasional yang merupakan pabrik
penggilingan gandum terbesar di Asean. Namun semua pabrik tepung terigu yang ada saat ini mengolah gandum hasil impor dan belum ada industri pengolahan
12
Hasil wawancara dengan Kepala Pusat Studi Gandum Fakultas Pertanian UKSW, Ir Djoko Mudjono [1 April 2009]
71 yang secara kontinu menampung hasil panen petani. Sedangkan untuk gandum
lokal industri pengolahannya masih dalam skala kecil. Khusus untuk pengolahan gandum menjadi tepung, setiap daerah yang mengembangkan gandum memiliki
alat penepung di tingkat kelompok tani masing-masing, sehingga pada saat pasca panen petani membawa biji gandumnya ke kelompok tani untuk diolah menjadi
tepung. Mekanisme pengolahan dan sistem pengelolaannya tergantung pada kelompok tani masing-masing. Selain diolah menjadi tepung, petani di tingkat
rumah tangga yaitu di Pasuruan dan Salatiga juga mengolah gandum menjadi berbagai macam makanan seperti bubur gandum dan katul gandum. Saat ini
Industri pengolahan gandum lokal dapat dikatakan masih berada dalam skala yang cukup kecil mengingat produksinya pun belum begitu optimal meskipun industri
tepung terigu untuk gandum impor saat ini sudah cukup berkembang. b
Industri Pendukung Lainnya
Industri pendukung lainnya dalam agribisnis gandum lokal adalah industri makanan, industri pakan ternak, dan industri jamur. Industri tersebut merupakan
industri pendukung dalam agribisnis gandum lokal yang memiliki kontribusi tidak langsung pada sistem komoditas secara vertikal karena industri tersebut
menggunakan gandum sebagai bahan bakunya. Keadaan industri pendukung dapat dilihat dari keadaan pasar yaitu semakin berkembangnya makanan yang berbasis
tepung terigu. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, saat ini gandum juga telah banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak gabah, dedak, bungkil dan
biji gandum itu sendiri yang dapat digunakan untuk pakan burung merpati. Selain itu saat ini industri jamur pun sudah mulai menggunakan biji gandum untuk media
tanam jamurnya.
6.1.4. Stuktur, Persaingan, dan Strategi Agribisnis Gandum Lokal
Stuktur pasar gandum dalam negeri berbentuk oligopoli. Hal ini ditunjukan dengan adanya produsen-produsen gandum importir yang menguasai
pasar gandum dalam negeri. Produsen gandum tersebut ada juga yang berperan sebagai produsen tepung terigu yaitu perusahaan-perusahaan tepung terigu. Akibat
dari adanya stuktur pasar ini produsen gandum lokal sulit untuk menangkap pasar yang ada karena pasar telah dikuasai oleh gandum yang berasal dari impor. Hal ini
72 akan menjadi salah satu faktor kendala dalam meningkatkan dayasaing agribisnis
gandum lokal. Kegiatan produksi gandum lokal di Indonesia saat ini masih berada dalam
taraf pengenalan dan pertumbuhan. Saat ini seluruh kebutuhan gandum domestik dipenuhi oleh impor. Bahkan banyak diantara masyarakat Indonesia yang belum
mengetahui adanya gandum lokal di Indonesia. Saat ini gandum lokal menghadapi persaingan dengan gandum impor untuk dapat berkembang di Indonesia.
Pengembangan gandum lokal di Indonesia masih berada dalam tahap permulaan untuk itu strategi promosi yang dilaksanakan saat ini lebih ke strategi
untuk mempublikasikan kepada masyarakat Indonesia bahwa tanaman gandum dapat dibudidayakan di Indonesia. Kegiatan promosi tersebut sangat didukung
oleh pemerintah seperti kegiatan pada tanggal 25 Maret 2009 yaitu penanaman perdana di Kebun Salaran, Kopeng Salatiga. Kegiatan tersebut diikuti oleh
Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, APTINDO, Perguruan Tinggi, dan sejumlah petani gandum yang ada di Salatiga. Selain itu
kegiatan promosi juga dilakukan dengan publikasi melalui buku publikasi, internet, majalah dan surat kabar. Informasi-informasi tersebut berisikan tentang
kegiatan-kegiatan petani, pemerintah, perguruan tinggi, stake holder terkait dengan pengembangan gandum lokal di Indonesia.
Gandum merupakan pangan alternatif yang memiliki banyak manfaat. Di kalangan masyarakat gandum dikenal dengan produk tepung terigunya. Tanaman
gandum lokal yang dihasilkan petani saat ini masih banyak dijual dalam bentuk biji. Namun, ada beberapa produsen yang mencoba meningkatkan nilai tambah
komoditas gandum lokal menjadi aneka makanan diantaranya bubur gandum, katul gandum, nasi gandum, dan tepung gandum. Sebagai contoh produsen
gandum lokal di Pasuruan mengolah gandum menjadi bubur gandum. Bubur gandum tersebut kemudian didistribusikan ke sebuah hotel dan restoran di Bali.
Contoh lain yaitu UKSW yaitu mengolah gandum menjadi tepung halus whole wheat
, tepung kasar tepung bubur gandum, dan bran katul gandum. Hasil olahan UKSW dijual dengan sistem pemesanan dan dijual pada saat ada pameran-
pameran. Di Kabupaten Manggarai NTT, gandum juga telah dimanfaatkan untuk pembuatan hostia. Produk-produk olahan gandum tersebut pasarnya masih berada
73 dalam skala mikro. Karena bahan bakunya sendiri yaitu gandum masih sedikit
dihasilkan, sehingga pengolahannya lebih untuk pengenalan kepada masyarakat bahwa gandum lokal dapat diolah dan memiliki nilai tambah.
6.1.5. Peran Pemerintah
Peran pemerintah dalam pengembangan sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia sangat besar yang dilakukan melalui Direktorat Jendral Tanaman
Pangan Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi, dan Kabupaten yang mencakup kegiatan yang mendukung pengembangan tanaman gandum mulai dari
persiapan tanam sampai panen pasca panen. Upaya pemerintah dalam rangka mendukung berkembangnya agribisnis gandum dilakukan secara terintegrasi dan
terkoordinasi antara instansi terkait mulai dari hulu sampai hilir. Selain itu pemerintah juga berperan dalam memberikan bantuan untuk pengembangan
agribisnis gandum melalui dana bergulir APBN dan APBD provinsi dan kabupaten serta memberikan bimbingan, pembinaan dan pendampingan untuk
petani. Jenis pembiayaan melalui APBN dan APBD diberikan dalam bentuk modal untuk pembelian benih dan pupuk untuk masing-masing daerah yang
mengembangkan tanaman gandum. Adapun bantuan yang diberikan berupa modal untuk pembelian 100 kgha, pupuk Urea 200 kgha, SP-36 100 kgha, KCl 70
kgha, dan pupuk organik 1000 kgha. Jumlah pembiayaan yang diberikan tergantung pada luasan lahan yang diusahakan Direktorat Budidaya Serealia
2008.
6.1.6. Peran Kesempatan
Peran kesempatan merupakan faktor yang berada diluar kendali petani, pengusaha atau pemerintah. Dalam sistem agribisnis gandum terdapat
kesempatan-kesempatan yang dapat dimanfaatkan. Kesempatan tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kesempatan yang berasal dari
dalam negeri adalah prospek pasar gandum yang sangat besar, hal ini terlihat dari adanya tren konsumsi gandum domestik yang cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Selain itu, pada tahun 2009 ini terdapat faktor kesempatan berupa Program Counterpart Fund Second Kennedy Round CF SKR
yang merupakan bantuan hibah bilateral Pemerintah Jepang Japan’s Grant Aid kepada negara-negara
74 berkembang seperti Indonesia dalam rangka peningkatan produksi panga
merupakan peran kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia.
Krisis energi kenaikan harga BBM merupakan kecenderungan jangka panjang yang tidak dapat diabaikan karena kenaikan BBM merupakan
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Manakala harga BBM naik di atas 100barrel, negara maju seperti Amerika Serikat dan UE sebagai negara produsen
penting komoditas pangan dunia mengubah kebijakannya. Amerika Serikat mensubsidi besar-besaran untuk tanaman pangan jagung sebagai bahan baku
ethanol. Akibatnya terjadilah peralihan areal dari tanaman gandum dan kedelai menjadi areal tanaman jagung. Pada tahun 2008 misalnya, diperkirakan 30 persen
produksi jagung di Amerika Serikat telah beralih keethanol, sebelumnya digunakan untuk pangan dan pakan. Padahal, Amerika Serikat menyumbang
sekitar 46 persen produksi kedelai dunia, dan sekitar 26 persen produksi gandum dunia. UE juga mengalihkan sejumlah pangan, terutama kanola dan kedelai untuk
bahan baku bio-desel dan gandum untuk ethanol Sawit 2003. Fenomena di atas merupakan faktor kesempatan yang berasal dari luar
negeri karena jika sebagian besar negara produsen gandum menggunakan gandum sebagai bahan bakar ethanol, maka gandum yang akan diolah manjadi tepung
terigu dalam jangka panjang akan semakin sedikit. Ancaman adanya embargo gandum oleh negara-negara eksportir serta adanya kemungkinan gagal panen di
negara eksportir akibat perubahan iklim dan pemanasan global Global Warming akan mendorong permintaan gandum domestik beralih ke gandum lokal. Hal ini
juga didukung dengan tren harga gandum yang memiliki kecenderungan meningkat.
75
6.2. Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System
Dari hasil analisis komponen Porter’s Diamond System pada agribisnis gandum lokal dapat diketahui keterkaitan antar komponen utama maupun
keterkaitan antar komponen utama dengan komponen penunjang. Keterkaitan tersebut ada yang bersifat saling mendukung dan tidak saling mendukung
komponen lainnya. Adapun keterkaitan antar komponen utama dayasaing agribisnis gandum lokal Indonesia dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Keterkaitan Antar Komponen Utama
No Komponen A
Komponen B Keterkaitan Antar
Komponen Keterangan
1. Persaingan, stuktur, dan
strategi Kondisi faktor
sumberdaya Saling
mendukung •
Adanya strategi promosi berupa sosialisasi telah menumbuhkan
minat petani untuk menanam gandum.
• Hasil-hasil penelitian telah
mendukung strategi promosi yang dilakukan.
2. Kondisi faktor
sumberdaya Industri terkait
dan industri pendukung
Tidak saling mendukung
• Kondisi faktor sumberdaya
belum mampu memasok bahan baku bagi industri.
• Industri terkait dan pendukung
belum mampu menjamin pasar bagi petani.
3. Kondisi Permintaan
Industri terkait dan industri
pendukung Tidak saling
mendukung Industri terkait dan industri
pendukung belum mampu memenuhi permintaan domestik.
4. Industri terkait
dan industri pendukung
Persaingan, stuktur, dan
strategi Tidak saling
mendukung Industri terkait dan industri
pendukung mengimpor bahan baku dari negara lain sehingga
gandum lokal bersaing dengan gandum impor
5. Kondisi permintaan
Persaingan, stuktur, dan
strategi Tidak saling
mendukung •
Tingginya permintaan terhadap gandum justru menyebabkan
semakin banyaknya gandum impor yang masuk ke Indonesia
sehingga gandum lokal bersaing dengan gandum impor untuk
memperoleh pasar.
• Strategi promosi belum mampu
mendorong permintaan domestik beralih ke gandum lokal.
6. Kondisi faktor
sumberdaya Kondisi
Permintaan Tidak saling
mendukung •
Kondisi faktor sumberdaya belum mampu memenuhi
kebutuhan domestik •
Kondisi permintaan bergantung pada gandum impor
76 Adapun penjelasan dari keterkaitan antar komponen utama pada Porter’s
Diamond System yang telah disajikan pada Tabel 17 adalah sebagai berikut:
1 Persaingan, stuktur, dan strategi dengan kondisi faktor sumberdaya
Keterkaitan antar komponen utama yang saling mendukung dapat dilihat pada komponen persaingan, stuktur, dan strategi dengan kondisi faktor
sumberdaya agribisnis gandum lokal. Hal ini dikarenakan banyaknya promosi dan sosialisasi yang telah dilakukan sebagai strategi promosi untuk mengenalkan
gandum lokal kepada petani dan masyarakat luas telah mendorong minat petani untuk membudidayakan tanaman gandum.
Sebaliknya kondisi faktor sumberdaya berupa sumberdaya IPTEK misalnya Lembaga Peneliti, Perguruan Tinggi ataupun sumberdaya IPTEK
lainnya telah mendukung adanya kegiatan promosi dan sosialisasi yang dilakukan tersebut. Hal ini dikarenakan promosi-promosi yang telah dilakukan untuk
mengenalkan gandum lokal dilakukan melalui media informasi internet maupun surat kabar, jurnal ilmiah dll. Selain itu, adanya hasil penelitian-penelitian tentang
gandum yang telah dilakukan oleh Lembaga Peneliti dan Perguruan Tinggi telah mendukung strategi promosi yang dilakukan, karena hasil penelitian tersebut
menjadi bahan informasi untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas. Sebagai contoh, penemuan varietas gandum Selayar, Nias, Dewata, dan Timor telah
menjadi bahan informasi untuk sosialisasi kepada petani dan masyarakat luas.
2 Kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri
pendukung
Keterkaitan yang tidak saling mendukung terdapat pada komponen kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini
dikarenakan industri terkait yaitu industri pemasaran dan industri pendukung berupa industri pengolahan belum dapat menjamin pasar bagi petani gandum
lokal, hal ini mengakibatkan petani kurang berminat untuk membudidayakan gandum. Disisi lain, industri pemasaran dan industri pengolahan mau menjamin
pasar asalkan petani dapat memproduksi gandum secara kontinu.
3 Kondisi kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri
pendukung
Keterkaitan yang tidak saling mendukung juga terdapat pada kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini dikarenakan
77 kondisi permintaan yang terus meningkat menyebabkan industri terkait dan
industri pendukung mengimpor bahan baku dari negara lain untuk memenuhi permintaan domestik. Hal ini berarti bahwa industri terkait dan industri
pendukung belum mampu memenuhi permintaan domestik.
4 Komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan,
stuktur dan strategi agribisnis gandum lokal
Keterkaitan yang tidak saling mendukung lainnya terdapat pada komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, stuktur, dan strategi
agribisnis gandum lokal. Hal ini dikarenakan industri pendukung yaitu industri pengolahan gandum seluruh bahan bakunya berasal dari impor. Kondisi ini
mengakibatkan gandum lokal menghadapi persaingan dengan gandum impor sehingga gandum lokal pun sulit untuk memperoleh pasar.
5 Kondisi permintaan dengan persaingan, stuktur, dan strategi
Kondisi permintaan dengan persaingan, stuktur dan strategi memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung. Hal ini disebabkan karena tren
konsumsi gandum dalam negeri yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap kondisi permintaan namun hal ini justru mengakibatkan Indonesia terus
mengimpor gandum dari negara lain. Selain itu, strategi yang telah dilakukan belum mampu mendorong permintaan domestik kepada gandum lokal. Kondisi
tersebut telah mengakibatkan gandum lokal bersaing dengan gandum impor dan sulit memperoleh pasar.
6 Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan
Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung. Hal ini dikarenakan faktor sumberdaya
belum mampu memenuhi permintaan domestik. Begitu pula sebaliknya, kondisi permintaan yang semakin meningkat tidak mendukung adanya faktor sumberdaya
karena meskipun permintaan domestik semakin meningkat, namun permintaan tersebut merupakan permintaan terhadap gandum impor dan bukan terhadap
gandum lokal.
78
6.3. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama