Desa Industri Analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia

18 c Ulat grayak dan penggerek batang Menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan berupa rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun ataun ujung tanaman, larva ulat grayak dan penggerek batang dapat merusak bagian leher tanaman bahkan beberapa speies memakan bagian akan atau bagian dalam akar. d Sundep Sundep dapat mematikan tanaman, gejala yang ditunjukan pucuk tanaman berwarna putih, bila pangkal tanaman dibelah akan didapati ular. e Nematoda Dapat mengurangi vigor tanaman dan menyebabkan luka, busuk dan pembengkakan akar. Sedangkan penyakit tanaman gandum yang sering ditemui adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit utama pada tanaman gandum yaitu penyakit karat, bercak daun, busuk akar, dan penyakit busuk pangkal batang. 9 Panen Gandum siap dipanen setelah 80 persen dari rumpun telah bermalai, jerami batang dan daun mengering dan menguning. Jika 20 persen dari bagian malai telah matang penuh, butir gandum cukup keras bila dipijit ditangan. Jika gandum yang terlalu matang cenderung rebah dan rontok disamping itu akan menurunkan bobot butir gandum. Untuk menentukan gandum cukup untuk dipanen yaitu dengan cara menggosok butir–butir gandum dengan tangan dan terlepas dari malainya. Batang gandum dipotong 30 cm dari ujung malai kemudian diikat. Malai yang baru dipanen dikeringkan, dijemur dipanaskan matahari 1-2 hari agar malai mudah dirontokan. Gandum dirontokan dengan irik, diinjak-injak atau dipukul pada kisi-kisi kawat. Setelah perontokan biji gandum dikeringkan sampai kadar air 14 persen.

2.2. Desa Industri

Arah pengembangan agribisnis gandum yaitu terbentuknya desa industri berbasis gandum lokal. Yang dimaksud dengan desa industri adalah satu sistem yang terdiri atas industri primer sarana produksi dan infrastuktur, industri 19 sekunder bahan baku untuk industri di desa, industri tersier prosesing yang menghasilkan produk jadi seperti mi, kue dan semua makanan olahan. Ketiga subsistem tersebut merupakan subsistem horizontal yang satu sama lain mempunyai hubungan. Subsistem industri primer menghasilkan sarana produksi, seperti benih varietas unggul, pupuk, pestisida dan infrastruktur, bagi pembudidayaan tanaman gandum. Sedangkan subsistem industri sekunder, yaitu lapang produksi, akan menghasilkan produk sebagai bahan baku untuk industri di desa; dan subsistem tersier, terdiri dari industri pertepungan dan industri sayuran, yang memproses industrial processing dan conditioning di desa industri. Dapat pula dibangun subsistem lanjutannya di desa industri tersebut, misal dari industri pertepungan dibangun industri yang menghasilkan produk mi Sadjad 2005, dalam Patola 2006. Desa industri sebagai satu sistem tidak dipandang sebagai satu desa administratif, tetapi bisa sekelompok desa, subsistemnya di luar desa dan lebih jauh lagi. Dalam berpikir sebuah sistem bukan jarak atau lokasinya subsistem yang penting, tetapi bahwa antar subsistem ada interdependensinya yang satu sama lain merasa adanya kepentingan bersama. Dalam pengelolaan desa industri, diperlukan adanya lima subsistem vertikal sebagai pilar yang menopang desa industri tersebut, yaitu: 1 Pemerintah, 2 BUMN yang mengelola Bank financial dan Bank konsolidasi lahan BKL, 3 Swasta yang mengelola industrinya, 4 Koperasi yang mengelola petaninya, dan 5 Perguruan Tinggi yang menjadi think-tank melalui dukungan berupa perubahan mental mental switch petani atau masyarakat desa industri, riset aplikatif dan pelatihan, serta informasi dan umpan balik kebijakan. Kelima subsistem ini menjadi sokoguru desa industri yang merupakan kelembagaan yang solid Sadjad 2005, dalam Patola 2006. Bagan desa industri sebagai suatu sistem dapat dilihat pada Gambar 2. 20 Gambar 2 . Bagan Desa Industri Sebagai Satu Sistem Sumber: Direktorat Budidaya Serealia, 2007

2.3. Penelitian Terdahulu