Analisis Komponen SWOT Analisis SWOT Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Gandum Lokal

84

7.1.2. Analisis Komponen SWOT

Analisis komponen SWOT terdiri dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Poin-poin dalam komponen tersebut diperoleh dari hasil analisis sistem agribisnis dan analisis dayasaing agribisnis gandum yang sudah dilakukan pada Bab sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dari analisis tiap komponen tersebut kita dapat merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia. 1 Analisis Kekuatan a Aksesibilitas pupuk tidak sulit dan pada lahan bekas kentang atau sayuran dataran tinggi penggunaan pupuk dapat diminimalkan Aksesibilitas petani terhadap pupuk tidak mengalami kesulitan, karena petani dapat membeli pupuk secara kolektif melalui kelompok tani yang ada di daerah masing-masing. Selain itu dosis kebutuhan pupuk untuk tanaman gandum juga tidak begitu banyak dibandingkan tanaman dataran tinggi lain, apalagi pada lahan bekas tanaman kentang dan sayuran dataran tinggi penggunaan pupuk dapat diminimalkan. Untuk pemupukan lahan petani juga dapat menggunakan pupuk organik dan pupuk kandang sebagai pupuk tambahan. b Dari segi aspek finansial usahatani gandum lokal layak untuk diusahakan Dari segi aspek finansial, usahatani gandum cukup layak untuk diusahakan hal ini dapat dilihat dari nilai RC rasio atas biaya tunai sebesar 1,51 artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,51. Sedangkan RC atas biaya total sebesar 1,21 artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka petani tersebut memperoleh penerimaan sebesar 1,21. Hal ini menunjukan bahwa usahatani gandum lokal cukup layak diusahakan karena nilai RC rasionya lebih dari satu. c Produktivitas lahan semakin meningkat Berdasarkan data dari Direktorat Budidaya Serealia, rata-rata produktivitas gandum lokal di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 dan 2005 produktivitas lahan sebesar 1,5 tonha. Selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan produktivitas menjadi 1,7 tonha, dan pada tahun 85 2007 dan 2008 meningkat lagi masing-masing sebesar 1,83 tonha menjadi 1,87 tonha. Di beberapa daerah seperti di Jawa Timur dan Sulawesi Sulawesi Selatan Produktivitasnya sudah mencapai angka 2,5–3 tonha. d Daya adaptasi gandum terhadap kekeringan tinggi Kegiatan usahatani gandum dilakukan pada saat musim kemarau. Berdasarkan hasil penelitian Somekto 2001 diketahui bahwa tanaman gandum tidak menyukai air. Air dibutuhkan terbanyak hanya pada masa pembungaan dan pengisian biji. Oleh karena itu, perlu lebih memperhatikan pengaturan pemberian air perkiraan air yang diberikan tidak melebihi ukuran kapasitas lapang. Kelebihan air disamping menghambat pertumbuhan tanaman juga berpotensi mendorong munculnya berbagai penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan. Sehingga pada saat sayuran dataran tinggi tidak dapat tumbuh dengan optimal maka tanaman gandum dapat ditanam sebagai tanaman selingan. e Infrastuktur yang ada sebagian besar cukup memadai dan mendukung Ketersediaan infrastuktur seperti sarana komunikasi, sarana transportasi, sarana pengangkutan hasil panen sangat penting bagi pengembangan agribisnis gandum lokal. Infrastuktur yang ada di sebagian besar daerah pengembangan cukup memadai dan mendukung. Sebagai contoh, di Jawa Tengah dan Jawa Timur sarana transportasi telah didukung dengan jalan yang baik dan adanya angkutan pedesaan yang masuk, sehingga aksesnya mudah untuk dijangkau. Selain itu, daya adaptasi gandum yang tinggi terhadap kekeringan menjadikan tanaman gandum mudah untuk dipelihara sehingga tidak memerlukan sarana irigasi. f Adanya sembilan pabrik pengolahan gandum pabrik tepung terigu yang sudah berkembang di Indonesia Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab V bahwa Indonesia memiliki sembilan pabrik pengolahan gandum yang sudah cukup berkembang. Pabrik pengolahan gandum tersebut merupakan kekuatan yang dimiliki oleh agribisnis gandum lokal karena pabrik pengolahan tersebut telah memiliki teknologi yang cukup maju dalam mengolah gandum menjadi tepung terigu. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan agribisnis gandum lokal di Indonesia. 86 2 Analisis Kelemahan a Lahan yang digunakan untuk menanam gandum lokal semakin sedikit Berdasarkan data Direktorat Budidaya Serealia tahun 2008, luas tanam gandum semakin sedikit. Pada tahun 2004 luas tanam gandum lokal adalah 200 hektar, pada tahun 2005 meningkat sebesar 1,17 persen menjadi 433,50 hektar. Namun sejak tahun 2005 hingga tahun 2008 luas pengusahaan tanaman gandum terus menurun. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kondisi tersebut terjadi karena kurangnya minat petani untuk mengembangkan tanaman gandum jika tidak ada bantuan oleh pemerintah dan jaminan pasar yang pasti. b Benih masih sulit diperoleh Berdasarkan hasil Pertemuan ”Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum Tahun 2009 pada tanggal 23-25 Maret di Semarang”, seluruh daerah pengembangan gandum lokal mengalami kesulitan dalam memperoleh benih. Sebagai contoh, di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, sebagian besar petani tidak mengetahui cara bagaimana mereka dapat memperoleh benih karena mereka tidak tahu sumbernya. Hingga tahun 2008 baru ada dua produsen benih yang dapat menyediakan benih secara kontinu yaitu seorang produsen di Desa Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur dan UKSW. c Kurangnya minat petani untuk menanam gandum jika tidak diberi bantuan pemerintah dan jaminan pasar Berdasarkan hasil pertemuan ”Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum Tahun 2009 pada tanggal 23-25 Maret 2009 di Semarang”, permasalahan yang dihadapi oleh agribisnis gandum lokal saat ini adalah permasalahan sumberdaya manusia yaitu kurangnya minat petani untuk menanam gandum jika tidak ada program dari pemerintah yang memberikan bantuan modal bagi mereka. Selain itu belum adanya jaminan pasar juga menjadikan petani kurang berminat untuk menanam gandum. Saat ini sebagian besar petani gandum yang menanam gandum merupakan petani yang ikut tergabung dalam kelompok tani yang memperoleh bantuan dan bimbingan dari Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian di daerah masing-masing, dan masih jarang sekali petani yang menanam gandum secara mandiri. 87 d Belum ada dukungan modal dari lembaga permodalan untuk kegiatan usahatani gandum lokal Keterbatasan modal merupakan masalah utama yang dihadapi oleh sebagian besar petani gandum lokal. Saat ini sumber permodalan petani untuk kegiatan usahatani gandum berasal dari modal sendiri dan dari pembiayaan pemerintah melalui dana bergulir APBN serta APBD provinsi dan kabupaten. Kegiatan usahatani gandum lokal saat ini belum didukung oleh permodalan dari lembaga permodalan baik bank maupun non bank. Keterbatasan modal petani gandum lokal dapat menghambat berjalannya pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. e Petani belum memiliki jaminan pasar yang pasti untuk hasil panennya Berdasarkan hasil pertemuan ”Adopsi Teknologi Gandum dan Sorgum Tahun 2009 pada tanggal 23-25 Maret 2009 di Semarang” selain masalah benih dan sumberdaya manusia, masalah yang dihadapi oleh agribisnis gandum adalah permasalahan pasar. Sebagian besar petani tidak tau harus menjual kemana hasil panen gandum lokal tersebut meskipun permintaan gandum domestik semakin meningkat. Belum adanya jaminan pasar juga disebabkan karena ketidaktauan masyarakat akan gandum lokal dan belum adanya kerjasama pabrik pengolahan gandum dengan petani. 3 Analisis Peluang a Adanya lahan potensial di Indonesia Berdasarkan data Direktorat Budidaya Serealia, Indonesia memiliki lahan potensial untuk ditanami gandum antara lain di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Luas lahan di dataran tinggi kering yang masih tersedia untuk ditanami gandum di Indonesia sekitar 706.500 hektar. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Selain itu, sebagai tanaman alternatif diluar musim off season tanaman gandum dapat ditanam dilahan sayuran dataran tinggi pada saat musim kemarau dimana sayuran dataran tinggi tidak dapat tumbuh dengan optimal karena kekurangan air. b Banyak penelitian yang sudah dilakukan dan diaplikasikan Banyaknya penelitian-penelitian yang telah diaplikasikan akan mendorong berkembangnya agribisnis gandum lokal di Indonesia. Saat ini banyak penelitian- penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian seperti Badan Penelitian dan 88 Pengembangan Pertanian, Badan Tenaga Atom Nasional BATAN dan juga oleh perguruan tinggi. Penelitian-penelitian tersebut akan sangat berguna bagi agribisnis gandum lokal di Indonesia. Saat ini penelitian yang akan dilakukan oleh Balitbang Pertanian diantaranya penelitian tentang varietas gandum yang cocok untuk dataran rendah dan medium. c Adanya dukungan pemerintah bagi agribisnis gandum lokal Dukungan pemerintah agribisnis gandum lokal di Indonesia sangat besar, dukungan tersebut mencakup program-progam dan kegiatan pengembangan mulai dari persiapan tanam sampai panen pasca panen. Upaya pemerintah dalam rangka mendukung berkembangnya agribisnis gandum lokal dilakukan secara terintegrasi dan terkoordinasi antara instansi terkait mulai dari hulu sampai hilir. Selain itu, dukungan pemerintah juga diberikan dalam bentuk bantuan pembiayaan untuk input usahatani dari dana APBN serta APBD provinsi dan kabupaten. Dukungan lain pemerintah juga diberikan dalam bentuk pembimbingan, pembinaan, dan pendampingan untuk petani dalam melakukan kegiatan budidaya dan pascapanen melalui Dinas Pertanian Daerah. d Adanya dukungan APTINDO bagi agribisnis gandum lokal Dukungan APTINDO terhadap agribisnis gandum lokal diberikan dalam bentuk kerjasama dalam hal penelitian dengan sejumlah perguruan tinggi antara lain Institut Pertanian Bogor IPB Bogor, Universitas Padjadjaran Unpad bandung, Universitas Gajah Mada UGM Yogyakarta, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas Kristen Satya Wacana UKSW Salatiga. Selain itu, sebagai Asosiasi Produsen Tepung Terigu di Indonesia, APTINDO dapat mengusahakan agar gandum lokal petani dapat diserap oleh pabrik pengolahan gandum yang tergabung dalam APTINDO. e Permintaan dalam negeri cenderung meningkat Permintaan terhadap gandum domestik menunjukkan tren peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan semakin besarnya konsumsi tepung terigu per kapita per tahun. Peningkatan jumlah konsumsi tepung terigu disebabkan oleh semakin berkembangnya makanan berbasis tepung terigu yang dikenal oleh masyarakat 89 sehingga pola makan masyarakat pun saat ini sudah banyak beralih kepada produk berbasis tepung terigu. f Harga gandum dunia akan semakin meningkat Berdasarkan hasil ramalan World Bank 2008 harga gandum dunia akan kembali meningkat pada tahun 2010 dan selama sepuluh tahun ke depan tidak mengalami penurunan kembali. Peningkatan harga gandum dunia diakibatkan diantaranya karena adanya jumlah permintaan global yang melebihi produksi. Penurunan produksi di sejumlah negara dan peralihan penggunaan gandum untuk diolah menjadi bahan bakar di negara maju tentu akan mengurangi stok dunia dan pada akhirnya akan meningkatkan harga gandum dunia. Situasi perdagangan gandum dunia tersebut akan berpengaruh pada harga gandum dalam negeri dan tepung terigu. Kecenderungan harga gandum dunia yang meningkat mendorong produsen gandum lokal untuk mengembangkan agribisnis gandum lokal. g Semakin banyaknya industri makanan berbahan baku tepung terigu dan tepung gandum Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa saat ini telah semakin berkembang makanan olahan berbasis tepung terigu. Kondisi ini juga didukung dengan semakin banyaknya industri makanan berbahanbaku tepung terigu yang berkembang seperti UKM, Industri rumahtangga dan perusahaan-perusahaan besar. Hal ini dapat menjadi peluang pasar bagi agribisnis gandum lokal di Indonesia. 4 Analisis Ancaman a Persaingan dengan gandum impor dan volume impor gandum semakin meningkat Kebutuhan tepung terigu dalam negeri mengakibatkan semakin tingginya volume impor gandum oleh Indonesia. Dari tahun ke tahun volume impor semakin meningkat dan pada tahun 2008 volume impor gandum mencapai nilai tertinggi sebesar 4,9 juta ton. Gandum lokal menghadapi persaingan dengan gandum impor. Gandum impor yang harganya lebih rendah dari gandum lokal dapat mengancam kelangsungan pengembangan gandum lokal karena gandum lokal akan sulit untuk memperoleh pasar dalam negeri. 90

7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT