52 Berdasarkan Tabel 13, dapat kita lihat bahwa dengan pola tanam kentang-
kentang maupun kentang-kentang-gandum diperoleh nilai RC rasio atas biaya tunai yang sama yaitu 1,52. Sedangakan RC atas biaya total dengan pola tanam
kentang-kentang sebesar 1,37 lebih besar bila dibandingkan dengan nilai RC atas biaya total dengan pola tanam kentang-kentang-gandum sebesar 1,35. Jika dilihat
besarnya nilai RC rasio untuk kedua pola tanam tersebut tidak jauh berbeda, namun pengusahaan tanaman gandum pada lahan kentang tetap memberikan
keuntungan tambahan dan membuat lahan terus produktif sepanjang tahun, selain itu juga dapat memutus siklus hama pada tanaman kentang.
Berdasarkan analisis usahatani yang dilakukan, dengan asumsi tingkat produksi sebesar 4 ton per hektar dan harga ditingkat petani sebesar Rp 3.000kg,
maka nilai RC Rasio atas biaya tunai untuk usahatani gandum lokal adalah 1,51 dan RC Rasio atas biaya total adalah 1,21. Hal ini menunjukan bahwa usahatani
gandum lokal cukup layak untuk diusahakan. Analisis usahatani gandum kentang dan kubis dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.
5.2.3. Subsistem Agribisnis Hilir dan Pemasaran
Subsistem agribisnis hilir gandum lokal merupakan kegiatan mengolah
gandum menjadi produk antara maupun produk akhir beserta distribusinya.
Industri pengolahan gandum di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan tepung terigu yang telah berdiri. Indonesia
memiliki 9 perusahaan tepung terigu dan kesemuanya itu merupakan perusahaan- perusahaan besar di Indonesia Tabel 14 Saat ini gandum yang diolah oleh pabrik
tepung terigu sepenuhnya merupakan gandum impor. Berkembangnya industri tepung terigu di Indonesia menunjukan bahwa agribisnis gandum pada subsistem
pengolahan sudah cukup baik, namun kelemahannya adalah pada bahan baku yang digunakannya yang sepenuhnya menggunakan gandum impor.
53
Tabel 14.
Daftar Nama Perusahaan Tepung Terigu di Indonesia
Nama Perusahaan
Lokasi
Kapasitas tontahun
Kontribusi PT. ISM Bogasari Flour Mills Jakarta
PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya PT. Sriboga Raturaya
PT. Eastern Pearl Flour Mills PT. Pangan Mas Inti Persada
PT. Purnomo Sejati Fugui Flour dan Grain Indonesia
PT. Asia Raya PT. Berkat Indah Gemilang
Jakarta Utara Surabaya
Semarang Makasar
Cilacap Sidoarjo
Gresik Sidoarjo
Tangerang 3.357.5000
1.0400.000 740.000
720.000 300.000
120.000 72.000
885.000 43.000
50,7 15,7
11,2 10,9
4,5 1,8
4,1 1,1
0,6 Sumber: APTINDO 2007
Kondisi diatas menggambarkan agribisnis pada subsistem hilir dimana gandum yang digunakan adalah gandum impor, sedangkan untuk gandum lokal
saat ini telah berkembang industri rumah tangga di lokasi pengembangan gandum lokal. Tidak seperti pengolahan padi, pengolahan gandum tidak memerlukan
proses yang rumit, oleh karena itu petani di beberapa lokasi pengembangan seperti di Jawa Timur dan di Jawa tengah sudah dapat mengolah gandum tersebut
menjadi berbagai macam olahan makanan lain seperti tepung gandum, bubur gandum dan katul gandum. Saat ini, skala pengusahaan gandum lokal masih kecil
karena produksi gandum lokal masih terbatas begitu pula dengan pelaku agribisnis gandum lokal baik petani maupun pengolahnya juga masih terbatas. Produk
olahan gandum yang sudah dipasarkan juga baru sedikit diantaranya bubur gandum yang dihasilkan oleh seorang produsen gandum di Kabupaten Pasuruan
Jawa Timur, serta tepung gandum dan katul gandum yang diproduksi oleh UKSW dan industri rumah tangga di Salatiga Jawa Tengah.
Gandum lokal memiliki kualitas yang baik, gandum lokal dapat digunakan sebagai bahan baku industri tepung terigu yang sudah ada. Namun, karena saat ini
produksi gandum lokal masih sangat sedikit, maka petani belum mampu memasok gandum lokal ke industri tepung terigu yang telah ada. Namun, ada beberapa
produsen yang secara mandiri telah mengolah gandum menjadi bahan pangan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan nilai
tambah gandum lokal.
54
5.2.4. Subsistem Penunjang