Subsistem Kegiatan Usahatani Kondisi Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia

49 Pelaku agribisnis gandum dalam subsistem hulu untuk pengadaan benih meliputi lembaga pemerintah di tingkat pusat, provinsi dan daerah, Balai Pengawasan Sertifikasi Benih, Balit Serealia Maros, Swasta, UKSW dan UNPAD sebagai penghasil benih. Sedangkan pelaku agribisnis untuk pengadaan pupuk dan mesin pertanian meliputi lembaga pemerintah ditingkat pusat, provinsi dan daerah, BUMN, Swasta, kelompok tani, Bengkel Alsin alat dan mesin pertanian, kios distribusi pupuk, dan TimKomisi Pupuk.

5.2.2. Subsistem Kegiatan Usahatani

Subsistem usahatani gandum merupakan kegiatan menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan biji gandum. Pelaku agribisnis gandum lokal dalam subsistem usahatani adalah petani. Budidaya tanaman gandum belum membudaya bagi petani Indonesia, sehingga dibutuhkan sosialisasi untuk memperkenalkan pertanian gandum kepada petani di Indonesia. Dalam rangka mendukung pengembangan agribisnis gandum di Indonesia pemerintah melakukan pembinaan untuk setiap daerah bukaan baru demplot, daerah pengembangan dan daerah sentra produksi. Adapun pembinaan yang dilakukan di daerah bukaan baru yaitu berupa sosialisasi pemasyarakatan tanaman gandum kepada petani. Pembinaan di daerah pengembangan diarahkan pada teknik budidaya gandum yang baik dan benar. Sedangkan pembinaan di daerah sentra produksi diarahkan untuk peningkatan mutu gandum lokal, peningkatan produktivitas, serta pembinaan dalam hal penanganan pasca panen dan pengolahan hasil. Menurut Direktorat Budidaya Serealia saat ini pola pengembangan gandum tidak ditujukan untuk menggantikan tanaman utama seperti padi atau sayuran tetapi dengan memanfaatkan lahan kering yang ada dengan pola tanam monokultur sayur–sayur-gandum atau tumpang sari dengan sayuran sehingga diharapkan dengan adanya tanaman gandum ini dapat meningkatkan pendapatan petani karena dapat dipasarkan tiga jenis produk yaitu biji, tepung, dan aneka makanan serta dapat memutus siklus hama dan penyakit pada tanaman dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapang bahwa saat ini tanaman gandum dikembangkan dengan dua alternatif tujuan yaitu sebagai tanaman diluar musim tanam off season sayuran dataran tinggi seperti kubis, 50 wortel, tomat, sawi dan bawang dan sebagai tanaman pemutus siklus hama pada lahan sayuran dataran tinggi. Pada umumnya kegiatan usatani di lahan dataran tinggi diusahakan dengan pola tanam kentang-sayuran-gandum atau kentang- kentang-gandum. Pada musim kemarau, tanaman sayuran tidak dapat tumbuh dengan optimal oleh sebab itu agar lahan terus produktif maka sebagai alternatifnya lahan tersebut ditanami gandum sehingga pendapatan petani pun akan bertambah dengan menanam gandum. Tujuan yang kedua yaitu untuk memutus siklus hama pada lahan kentang atau sayuran dataran tinggi. Selama ini petani membiarkan begitu saja lahan tanaman kentangnya untuk memutus siklus hama dan penyakit kentang setelah dua kali musim tanam yaitu pada bulan Oktober hingga bulan April. Tanaman gandum diketahui dapat memutus siklus hama tanaman kentang, oleh karena tanaman gandum memberikan keuntungan ganda kepada petani yaitu lahan terus produktif dan siklus hama dapat terputus untuk penanaman kentang pada musim berikutnya. Pendapatan usahatani dengan pola tanam kentang-kubis dan dengan pola tanam kentang-kubis gandum dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam Kentang-Kubis dengan Kentang-Kubis-Gandum per Hektar per Tahun Pola Tanam Keterangan Kentang-Kubis Rp Kentang-Kubis-Gandum Rp 1. Penerimaan 2. Biaya Produksi a. Biaya Tunai b. Biaya Total 3. Pendapatan a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total 4. RC a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total 87.066.646 52.414.314 56.829.903 34.562.332 23.824.429 1,66 1,53 99.066.646 60.349.314 66.764.903 38.627.332 25.889.429 1,64 1,48 Keterangan : Kondisi pertanaman kentang dan gandum di dataran tinggi Kabupaten Pasuruan- Jawa Timur dan kubis di dataran tinggi Kabupaten Bandung-Jawa Barat, Tahun 2008 51 Berdasarkan Tabel 12, dapat kita lihat bahwa dengan pola tanam kentang- kubis nilai RC Rasio atas biaya tunai adalah 1,66 lebih besar dibandingkan dengan pola tanam kentang-kubis-gandum sebesar 1,64. Demikian pula untuk nilai RC atas biaya total nilainya lebih besar dengan pola tanam kentang-kubis sebesar 1,53 dibandingkan dengan pola tanam kentang-kubis-gandum sebesar 1,48. Jika dilihat dari RC Rasio tersebut, dengan pola tanam kentang-kubis RC Rasio atas biaya tunai dan biaya total yang diperoleh lebih besar dari nilai RC dengan pola tanam kentang-kubis-gandum. Meskipun demikian, pengusahaan tanaman gandum pada musim kemarau sebagai tanaman off season tetap akan memberikan keuntungan tambahan bagi petani. Karena jika dalam satu tahun petani hanya menanam dua kali maka petani hanya akan memperoleh pemasukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Namun, jika setelah menanam sayuran, petani tersebut menanam gandum berarti dalam satu tahun petani akan memperoleh pemasukan sebanyak tiga kali. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan usahatani gandum memberikan keuntungan tambahan bagi petani selain itu juga dapat mengusahakan agar lahan dan tenaga terus produktif selama satu tahun penuh. Untuk perbandingan pendapatan usahatani pola tanam kentang-kentang dengan kentang-kentang-gandum dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam Kentang-Kentang dengan Kentang-Kentang-Gandum per Hektar per Tahun Pola Tanam Keterangan Kentang-Kentang Rp Kentang-Kentang-Gandum Rp 1. Penerimaan 2. Biaya Produksi a. Biaya Tunai b. Biaya Total 3. Pendapatan a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total 4. RC a. Atas Biaya Tunai b. Atas Biaya Total 140.000.000 92.004.000 102.004.000 47.996.000 37.996.000 1,52 1,37 152.000.000 99.939.000 111.939.000 100.057.000 40.061.000 1,52 1,35 Keterangan : Kondisi pertanaman kentang dan gandum di dataran tinggi Kabupaten Pasuruan- Jawa Timur, Tahun 2008 52 Berdasarkan Tabel 13, dapat kita lihat bahwa dengan pola tanam kentang- kentang maupun kentang-kentang-gandum diperoleh nilai RC rasio atas biaya tunai yang sama yaitu 1,52. Sedangakan RC atas biaya total dengan pola tanam kentang-kentang sebesar 1,37 lebih besar bila dibandingkan dengan nilai RC atas biaya total dengan pola tanam kentang-kentang-gandum sebesar 1,35. Jika dilihat besarnya nilai RC rasio untuk kedua pola tanam tersebut tidak jauh berbeda, namun pengusahaan tanaman gandum pada lahan kentang tetap memberikan keuntungan tambahan dan membuat lahan terus produktif sepanjang tahun, selain itu juga dapat memutus siklus hama pada tanaman kentang. Berdasarkan analisis usahatani yang dilakukan, dengan asumsi tingkat produksi sebesar 4 ton per hektar dan harga ditingkat petani sebesar Rp 3.000kg, maka nilai RC Rasio atas biaya tunai untuk usahatani gandum lokal adalah 1,51 dan RC Rasio atas biaya total adalah 1,21. Hal ini menunjukan bahwa usahatani gandum lokal cukup layak untuk diusahakan. Analisis usahatani gandum kentang dan kubis dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.

5.2.3. Subsistem Agribisnis Hilir dan Pemasaran