Konsep Pembangunan Ekonomi Lokal

26 ekonomi sebagai akibat dari peningkatan pendapatan rumah tangga, di samping memperoleh pendapatan langsung Boulle et al., 2002. Pengembangan ekonomi lokal diarahkan untuk mencapai tiga tujuan yang saling berkaitan, yaitu a penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja; b berkurangnya jumlah penduduk miskin; c terwujudnya mata rantai kehidupan yang berkelanjutan sustainable livelihood Dendi et al., 2004. Pengembangan ekonomi lokal memainkan peranan penting dalam mendorong kapasitas produsen dan membantu mereka dalam memperkuat posisi. Program penguatan yang dikembangkan difokuskan pada : a pembentukan basis kolektif atau mendorong kemapanan organisasi, b meningkatkan ketrampilan dan kapasitas produsen, serta c menyiapkan wahana bagi para produsen untuk terlibat dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan. Produsen merupakan kelompok yang paling lemah dan memerlukan dukungan untuk menyuarakan kepentingan mereka maupun untuk meningkatkan ketrampilan mereka. Mengorganisir para produsen ke dalam sebuah kelompok hanyalah merupakan salah satu bagian dari upaya untuk perbaikan. Peningkatan ketrampilan dan kapasitas produsen dalam berproduksi dan menjalankan bisnis serta meningkatkan akses pasar, jauh lebih penting dari itu semua Boulle et al., 2004. Dalam kaitannya dengan prinsip pengembangan ekonomi lokal yang propoor, dalam penentuan komoditas unggulan daerah, disamping kriteria- kriteria kelayakan teknis, permintaan pasar, serta efek multiplier suatu komoditi produk sektoral terhadap sektor usaha lainnya, faktor potensi nilai tambah langsung bagi keluarga miskin juga sebagai kriteria penting Dendi et al., 2004. 27

2.3. Pengembangan Kawasan Wilayah

Wilayah dalam pengertian ruang mengandung makna : pertama, bio- physical space yaitu tempat dimana struktur sumberdaya biofisik berada, kedua socio economic space yaitu tempat dimana interaktsi aktivitas sosial ekonomi; dan ketiga policy space yaitu tempat dimana kebijakan diberlakukan untuk memanfaatkan sumberdaya biofisik yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi. Diantara ketiga variable tersebut, hanya variable kebijaksanaan yang bersifat fleksibel dalam arti dapat dibuat mengikuti variable lainnya untuk mencapai tingkat interaksi yang harmonis dari ketiga ruang space tersebut untuk membentuk suatu wilayah yang unik dan berbeda dengan wilayah lainnya. Menurut Rustiadi et al. 2007 pembangunan secara sederhana dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk melakukan perubahan sosial yang dilakukan secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan tujuan demi eksistensi dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena tujuan pembangunan adalah menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat, maka tujuan pembangunan itu sendiri harus memuat 3 tiga hal yaitu : 1 pertumbuhan growth, 2 keberlanjutan sustainable dan 3 pemerataan equity. Perlu ditekankan bahwa pembangunan development mempunyai pengertian yang berbeda dengan pertumbuhan growth. Pembangunan lebih menunjukkan pada peningkatan in well being, sedangkan pertumbuhan mengacu pada perubahan output secara fisik. Tidak mungkin dapat melakukan pemerataan tanpa adanya pertumbuhan dan tidak mungkin pula mampu mempertahankan keberlanjutan pembangunan tanpa adanya pemerataan. Pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengembangan ekonomi secara umum. Menurut Stringer and Phingali 2004, bahwa pengembangan ekonomi secara umum dan ekonomi pertanian pada intinya adalah berfokus pada bagaimana pertanian dapat memberikan kontribusi terbaik pada pertumbuhan pertumbuhan yang menyeluruh. Kontribusi tersebut antara lain : penyerapan tenaga kerja, maupun mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang memiliki pendapatan memadai, mampu menyediakan tabungan untuk investasi selanjutnya, terjadi perluasan pasar, mampu 28 meningkatkan ekspor dan produksi pertanian yang mampu memproduksi material primer sebagai bahan dasar industri pertanian. Oleh karena itu dalam pembangunan pertanian harus terjadi pertumbuhan, berkelanjutan dan pemerataan untuk memperoleh kontribusi dari pembangunan pertanian yang dilaksanakan.

2.4. Teori Pusat Pertumbuhan

Perencanaan pengembangan ekonomi wilayah seharusnya dapat menentukan lokasi tertentu yang dapat menjadi pusat pengembangan. Hipotesa dasar dari pentingnya pusat pengembangan adalah 1 pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya pada sejumlah pusat-pusat pertumbuhan, 2 pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat pertumbuhan ini, secara nasional melalui hierarki kota-kota secara regional dari pusat-pusat perkotaan urban centre ke daerah belakang hinterland masing-masing. Sinkron dengan yang dikemukakan oleh Weber dalam Adisasmita 2005 bahwa faktor penentu suatu lokasi industri adalah : 1 biaya bahan baku, 2 konsentrasi tenaga kerja, 3 gejala aglomerasi. Daerah hinterland yang umumnya memiliki sektor yang homogen juga berfungsi untuk menopang pusat pengembangan dengan menyediakan sumberdaya yang dapat digunakan oleh pusat pengembangan yang umumnya merupakan multisektor.Sumberdaya yang disediakan daerah hinterland dapat berupa bahan baku dan tenaga kerja. Suatu lokasi dapat menjadi pusat pengembangan yang berkelanjutan karena tingginya permintaan dari daerah hinterland terhadap produk yang dihasilkan oleh pusat pertumbuhan. Sebagaimana dikatakan Losch dalam Rustiadi et al. 2007 bahwa pusat pengembangan diharapkan mampu melayani semua wilayah pasar karena jaringannya ditata sedemikian rupa sehingga dari titik pusat tersebar banyak alternatif sektor sehingga mampu meminimumkan biaya transportasi dan memaksimumkan jumlah usaha yang beroperasi di wilayah pusat. Ada dua konsekuensi penting dari model Losch tersebut yakni berhubungan dengan pengaturan sektoral pada pergerakan dan yang berimplikasi terhadap