28
meningkatkan ekspor dan produksi pertanian yang mampu memproduksi material primer sebagai bahan dasar industri pertanian. Oleh karena itu dalam
pembangunan pertanian harus terjadi pertumbuhan, berkelanjutan dan pemerataan untuk memperoleh kontribusi dari pembangunan pertanian yang
dilaksanakan.
2.4. Teori Pusat Pertumbuhan
Perencanaan pengembangan ekonomi wilayah seharusnya dapat menentukan lokasi tertentu yang dapat menjadi pusat pengembangan.
Hipotesa dasar dari pentingnya pusat pengembangan adalah 1 pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya pada sejumlah
pusat-pusat pertumbuhan, 2 pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat pertumbuhan ini, secara nasional melalui hierarki
kota-kota secara regional dari pusat-pusat perkotaan urban centre ke daerah belakang hinterland masing-masing. Sinkron dengan yang dikemukakan
oleh Weber dalam Adisasmita 2005 bahwa faktor penentu suatu lokasi industri adalah : 1 biaya bahan baku, 2 konsentrasi tenaga kerja, 3 gejala
aglomerasi. Daerah hinterland yang umumnya memiliki sektor yang homogen
juga berfungsi untuk menopang pusat pengembangan dengan menyediakan sumberdaya yang dapat digunakan oleh pusat pengembangan yang umumnya
merupakan multisektor.Sumberdaya yang disediakan daerah hinterland dapat berupa bahan baku dan tenaga kerja. Suatu lokasi dapat menjadi pusat
pengembangan yang berkelanjutan karena tingginya permintaan dari daerah hinterland terhadap produk yang dihasilkan oleh pusat pertumbuhan.
Sebagaimana dikatakan Losch dalam Rustiadi et al. 2007 bahwa pusat pengembangan diharapkan mampu melayani semua wilayah pasar
karena jaringannya ditata sedemikian rupa sehingga dari titik pusat tersebar banyak alternatif sektor sehingga mampu meminimumkan biaya transportasi
dan memaksimumkan jumlah usaha yang beroperasi di wilayah pusat. Ada dua konsekuensi penting dari model Losch tersebut yakni berhubungan
dengan pengaturan sektoral pada pergerakan dan yang berimplikasi terhadap
29
distribusi populasi. Pusat suatu wilayah juga merupakan pusat barang dan jasa yang secara terperinci dinyatakan sebagai pusat perdagangan, perbankan,
organisasi, perusahaan, jasa profesional, jasa administrasi, pelayanan pendidikan dan hiburan bagi daerah hinterland.
Sedangkan Christaller dalam Adisasmita 2005 menyatakan bahwa permintaan antar hinterland sangat bervariasi dan berbanding terbalik dengan
jarak dari pusat pertumbuhan karena adanya perbedaan dalam biaya transportasi. Hal tersebut diperkuat oleh Rustiadi et al. 2007 bahwa dalam
pergerakan menuju lokasi pusat untukmempertukarkan pendapatan dengan barang dan jasa, seorang konsumen harus menghabiskan sumberdaya yang
langka uang, waktu, fisik, dan energi untuk mengatasi friksi jarak tersebut. Teori Christaller tersebut terus berkembang yang dikenal central place theory
yang menyatakan bahwa jarak antara pusat-pusat kota berorde tinggi lebih jauh dan jarak tersebut akan semakin berkurang dengan semakin rendahnya
orde pusat kota. Pusat –pusat pertumbuhan tersebut telah dimodifikasi dan
dibedakan atas: 1 pusat pelayanan pada tingkat lokal, 2 titik pertumbuhan pada tingkat subwilayah, 3 pusat pertumbuhan pada tingkat wilayah, 4
kutub pertumbuhan pada tingkat nasional. Selanjutnya menurut Rustiadi et al. 2007 dalam menelaah pengembangan suatu lokasi menjadi pusat
pertumbuhan perlu
dikembangkan interaksi
spread effect
yang menguntungkan daerah belakang bukan sebaliknya menimbulkan fenomena
backwash effect yang akan merugikan daerah hinterland.