29
distribusi populasi. Pusat suatu wilayah juga merupakan pusat barang dan jasa yang secara terperinci dinyatakan sebagai pusat perdagangan, perbankan,
organisasi, perusahaan, jasa profesional, jasa administrasi, pelayanan pendidikan dan hiburan bagi daerah hinterland.
Sedangkan Christaller dalam Adisasmita 2005 menyatakan bahwa permintaan antar hinterland sangat bervariasi dan berbanding terbalik dengan
jarak dari pusat pertumbuhan karena adanya perbedaan dalam biaya transportasi. Hal tersebut diperkuat oleh Rustiadi et al. 2007 bahwa dalam
pergerakan menuju lokasi pusat untukmempertukarkan pendapatan dengan barang dan jasa, seorang konsumen harus menghabiskan sumberdaya yang
langka uang, waktu, fisik, dan energi untuk mengatasi friksi jarak tersebut. Teori Christaller tersebut terus berkembang yang dikenal central place theory
yang menyatakan bahwa jarak antara pusat-pusat kota berorde tinggi lebih jauh dan jarak tersebut akan semakin berkurang dengan semakin rendahnya
orde pusat kota. Pusat –pusat pertumbuhan tersebut telah dimodifikasi dan
dibedakan atas: 1 pusat pelayanan pada tingkat lokal, 2 titik pertumbuhan pada tingkat subwilayah, 3 pusat pertumbuhan pada tingkat wilayah, 4
kutub pertumbuhan pada tingkat nasional. Selanjutnya menurut Rustiadi et al. 2007 dalam menelaah pengembangan suatu lokasi menjadi pusat
pertumbuhan perlu
dikembangkan interaksi
spread effect
yang menguntungkan daerah belakang bukan sebaliknya menimbulkan fenomena
backwash effect yang akan merugikan daerah hinterland.
30
2.5. Teori Basis Ekonomi
Aktivitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor yakni aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan aktivitas yang
berorientasi ekspor barang dan jasa ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Kegiatan non basis adalah kegiatan yang menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan
pemasarannya bersifat lokal, hanya melayani pasar di daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor ekonomi daerah belum berkembang Adisasmita, 2005.
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama primer mover dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis
akan menimbulkan efek ganda multiplier effect dalam perekonomian regional Adisasmita, 2005.
Analisis basis ekonomi berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah
arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan
berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis
Adisasmita, 2005. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang
lazim digunakan adalah kuosien lokasi location quotient, LQ. LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau
unggulan leading sectors. Dalam teknik LQ berbagai peubah faktor dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan
kerja tenaga kerja dan produk domestik regional bruto PDRB suatu wilayah Adisasmita, 2005.
31
Asumsi utama dalam analisis LQ menurut Widodo 2006 bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan
pola permintaan pada tingkat daerah referensi pola pengeluaran secara geografis adalah sama, produktifitas tenaga kerja adalah sama dan setiap
industri menghasilkan barang yang sama homogeny pada setiap sektor.
2.6. Teori Shift-Share
Analisis Shift-Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relative
terhadap struktur ekonomi wilayah administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3
informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional national growth
effect, yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional
proportional shift, yang menunjukkan perubahan relative kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau
nasional. Pergeseran proporsional Proportional shift disebut juga pengaruh bauran industry industry mix. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industry- industri yang tumbuh lebih cepat dibandingkan perekonomian yang dijadikan
referensi. Ketiga, pergeseran diferensial differential shift yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah local
dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industry tersebut relative lebih tinggi
daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh
keunggulan kompetitif Widodo, 2006.
2.7. Perencanaan Strategik
Secara singkat, berdasar rangkuman dari beberapa pustaka antara lain: Bryson, 1988; Bryson dan Einsweiler, 1988; Gordon, 1993; Djunaedi, 1995,