Dampak Penurunan Pajak Tak Langsung

89 persen. Hal ini diduga karena kedua sektor tersebut merupakan pendukung utama dari kegiatan kepariwisataan. Meskipun masih banyak juga sektor-sektor yang outputnya justru mengalami penurunan akibat skenario tersebut. Industri yang outputnya mengalami penurunan terbesar adalah sektor Tanaman Kacang- kacangan yang turun sebesar 1,3 persen dan diikuti oleh sektor Sayur-sayuran dan Buah-buahan yang turun sebesar 0,42 persen seperti terlihat pada Tabel 24.

5.5 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan permintaan

Pariwisata disertai Penerapan Beberapa Alternatif Kebijakan Kebijakan alternatif lain yang mungkin bisa diterapkan dalam rangka mengurangi efek negatif adanya liberalisasi perdagangan adalah pemotongan pajak tak langsung dan peningkatan efisiensi produksi. Batas pengenaan tarif pajak adalah sesuatu yang harus ditetapkan dengan hati-hati, di mana globalisasi membuat negara-negara lebih terbuka dan persaingan dalam menarik investasi dapat dipengaruhi oleh pajak di suatu negara. Padahal hingga saat ini, pajak masih merupakan sumber utama penerimaan pemerintah. Alternatif lain yang mungkin adalah melakukan efisiensi produksi.

5.5.1 Dampak Penurunan Pajak Tak Langsung

1. Dampak liberalisasi perdagangan disertai penurunan pajak tak langsung Skenario selanjutnya adalah penerapan liberalisasi perdagangan seperti yang telah dibahas sebelumnya disertai penurunan pajak tak langsung pada komoditas domestik sebesar 10 persen. Pengaruh yang ditimbulkan dari skenario tersebut dapat ditelusuri melalui dampak adanya penurunan pajak tak langsung. Dari sisi produksi, kebijakan penurunan pajak tak langsung akan mengurangi harga domestik pada produk dalam negeri, sehingga akan menjadi lebih kompetitif. Kondisi ini, pada gilirannya akan merangsang berkembangnya produksi dalam negeri dan diikuti oleh penciptaan lapangan kerja serta meningkatkan PDB. Peningkatan produksi dalam negeri yang disertai penciptaan lapangan kerja akan meningkatkan pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya akan menciptakan permintaan lebih banyak lagi terhadap produk di pasar domestik. Permintaan terhadap produk impor mengalami penurunan akibat adanya penurunan harga pada produk domestik sedangkan ekspor terjadi peningkatan 90 karena harga produk domestik tersebut menjadi lebih kompetitif. Hal ini akan lebih menguntungkan bagi produsen dan beban pada kondisi neraca perdagangan semakin berkurang. Namun kebijakan tersebut akan mengurangi pendapatan pemerintah dari pajak tidak langsung dan menambah defisit anggaran pemerintah. Kebijakan ini memiliki dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan seperti terlihat pada peningkatan penyerapan domestik rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi serta akan meningkatkan konsumsi rumah tangga riil. Tabel 25 berisi ringkasan dari dampak penurunan ganda penghapusan tarif impor semua komoditas kecuali padi dan gula disertai penurunan pajak tak langsung sebesar 10 persen terhadap kinerja makroekonomi, sedangkan hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7. Skenario penurunan ganda tersebut akan berdampak pada penurunan harga komoditas impor di pasar dalam negeri dan harga produk domestik. Peningkatan permintaan akibat kenaikan pendapatan rumah tangga riil sebagai akibat dari pemotongan pajak tak langsung akan memperbesar peningkatan permintaan impor. Disamping itu, kenaikan permintaan komoditas impor tersebut juga disebabkan oleh penurunan harga produk impor akibat dari kebijakan penghapusan tarif bea masuk. Oleh karena itu maka neraca perdagangan menjadi lebih tertekan, meskipun dampak negatif dari penurunan tarif impor tersebut telah diimbangi dengan efek positif dari pengurangan pajak tak langsung pada ekspor. Tabel 25 Dampak liberalisasi perdagangan yang diikuti pemotongan pajak tak langsung sebesar 10 persen Uraian Dampak pemotongan pajak tak langsung Dampak liberalisasi perdagangan dan pemotongan pajak tak langsung persen A. Indikator Makroekonomi 1. PDB riil 0,092502 0,032281 2. Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Dibayar 0,159551 0,085799 b. Tenaga Kerja tidak Dibayar 0,139408 -0,048193 3. Indeks Harga Konsumen -0,003984 -0,008835

B. Perdagangan Luar Negeri 1. Ekspor Barang Riil

0,291290 0,519214 2. Impor Riil -0,052045 0,403225 3. Neraca Perdagangan 0,000479 -0,000691

C. Distribusi dan Kesejahteraan 1. Total Permintaan Domestik

0,153582 0,074072 2. Konsumsi Rumahtangga Riil 0,000016 0,000078 91 Ketersediaan produk dalam ekonomi domestik terjadi peningkatan sebesar 0,07 persen sehingga menciptakan permintaan tambahan dan merangsang kegiatan produksi yang mengakibatkan PDB meningkat sebesar 0,03 persen. Kesejahteraan diindikasikan semakin meningkat sebagaimana dapat dilihat dari peningkatan konsumsi rumah tangga riil sebesar 0,00008 persen. Neraca perdagangan masih tertekan. Ekspansi terbesar terjadi pada industri Rokok dan Cengkih yang masih mempunyai tingkat cukai tinggi. Konsumsi rumah tangga riil pada komoditas Rokok mengalami peningkatan tertinggi hingga sebesar 3,2 persen. Wisatawan domestik maupun wisatawan asing lebih beruntung karena dapat membayar harga yang lebih rendah untuk produk dan jasa yang mereka konsumsi di Indonesia. Peningkatan tertinggi konsumsi riil mereka pada komoditas Tanaman Kacang-kacangan meningkat sebesar 2,2 persen diikuti oleh komoditas Rokok sebesar 1,6 persen. Dampak liberalisasi perdagangan yang diikuti dengan pemotongan pajak tak langsung tersebut terhadap output industri dalam negeri bervariasi, beberapa diantaranya meningkat cukup tinggi namun sebagian yang lain menurun cukup tajam. Output industri pembuatan Rokok mengalami peningkatan yang paling tinggi hingga mencapai 3,07 persen serta diikuti oleh sektor Cengkih dan Tembakau sebagai pemasok utama industri Rokok. Hal ini karena industri Rokok mempunyai tingkat cukai yang cukup besar. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan output paling tajam adalah sektor Tanaman Kacang-kacangan dan sektor Sayur-sayuran dan Buah-buahan yang turun masing-masing sebesar 1,50 persen dan 0,90 persen. Penurunan tersebut merupakan dampak negatif yang cukup tinggi dari penerapan liberalisasi perdagangan akibat kalah bersaing dengan produk impor sebagaimana terlihat pada Tabel 26. Tabel 26 Dampak liberalisasi perdagangan disertai pemotongan pajak tak langsung terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya Sektor Dampak meningkat persen Sektor Dampak menurun persen Industri Rokok 3,066307 Tanaman Kacang-kacangan -1,496375 Cengkih 2,737668 Sayur-sayuran dan Buah-buahan -0,898347 Tembakau 2,475687 Tanaman Umbi-umbian -0,500092 Hasil Tanaman Serat 1,854739 Jagung -0,464557 Angkutan Air 1,381931 Industri Penggilingan Padi -0,320665 92 2. Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata disertai penurunan pajak tak langsung Skenario selanjutnya adalah mempertimbangkan terjadinya liberalisasi perdagangan penghapusan tarif impor kecuali komoditas padi dan gula serta adanya pertumbuhan permintaan kegiatan kepariwisataan di Indonesia sebesar 10 persen yang digabungkan dengan kebijakan pemotongan pajak tak langsung sebesar 10 persen. Hasil dari simulasi tersebut disajikan secara rinci pada Lampiran 7 yang dirangkum pada Tabel 27. Hasilnya memperlihatkan bahwa pertumbuhan permintaan pariwisata memperkuat efek positif dari liberalisasi perdagangan dan pada saat yang sama mengurangi efek samping. Tingkat PDB dan lapangan kerja mengalami peningkatan, terutama jika dikombinasikan dengan pertumbuhan permintaan pariwisata, liberalisasi perdagangan dan pemotongan pajak tak langsung. Neraca perdagangan yang defisit, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah dibanding jika liberalisasi perdagangan dan pemotongan pajak tak langsung tanpa adanya pertumbuhan permintaan pariwisata. Hal ini karena terjadinya peningkatan ekspor jasa akibat pertumbuhan permintaan dari wisatawan mancanegara. Tabel 27 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen yang diikuti pemotongan pajak tak langsung Uraian Liberalisasi perdagangan dan pemotongan pajak tak langsung 10 persen persen Dampak dari Wisnus Dampak dari Wisman Dampak dari Wisatawan

A. Indikator Makroekonomi 1. PDB riil

0,179969 0,117982 0,265919 2. Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Dibayar 0,384912 0,254074 0,554044 b. Tenaga Kerja tidak Dibayar 0,190736 0,095420 0,334855 3. Indeks Harga Konsumen -0,006699 -0,007392 -0,005254

B. Perdagangan Luar Negeri 1. Ekspor Barang Riil

0,337161 0,390024 0,208777 2. Impor Riil 1,025571 0,530058 1,153490 3. Neraca Perdagangan -0,002535 0,000369 -0,001472

C. Distribusi dan Kesejahteraan 1. Total Permintaan Domestik

0,338552 0,214646 0,479204 2. Konsumsi RT Biasa Riil 0,215227 0,252740 0,140095 Dampak yang terjadi akibat dilakukannya penghapusan tarif impor dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen yang diikuti dengan 93 penurunan pajak tak langsung sebesar 10 persen tersebut mengindikasikan adanya dampak yang positif seperti PDB riil meningkat sebesar 0,27 persen yang disertai dengan turunnya tingkat harga domestik sebesar 0,005 persen. Disamping itu, terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja dimana masing-masing sebesar 0,55 persen untuk tenaga kerja formal dibayar dan 0,33 persen untuk pekerja keluarga tidak dibayar. Total permintaan dalam negeri juga mengalami peningkatan sebesar 0,48 persen sedangkan konsumsi rumahtangga riil meningkat 0,14 persen. Sementara itu, kondisi neraca perdagangan mengalami penurunan hingga 0,21 persen akibat peningkatan permintaan komoditas impor yang cukup tinggi 1,15 persen. Permintaan komoditas impor tersebut sebagian besar dilakukan oleh wisatawan nusantara yang berkunjung ke luar negeri yang meningkat hingga sebesar 1,02 persen. Peningkatan PDB riil akibat adanya liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata yang disertai pemotongan pajak tak langsung sebesar 10 persen tersebut ternyata didukung oleh peningkatan output dari beberapa industri seperti sektor Hotel dan sektor Angkutan Udara yang masing- masing meningkat sebesar 4,73 persen dan 3,29 persen. Hal ini diduga karena sektor tersebut sangat terkait erat dengan aktivitas pariwisata. Namun beberapa industri masih ada yang mengalami penurunan outputnya. Industri yang outputnya mengalami penurunan paling tinggi adalah sektor Tanaman Kacang-kacangan dan sektor Sayur-sayuran dan buah-buahan yang masing-masing turun sebesar 1,24 persen dan 0,47 persen sebagaimana terlihat pada Tabel 28. Kedua industri yang termasuk pada sektor pertanian tersebut selalu mengalami tekanan yang paling berat akibat diterapkannya liberalisasi perdagangan. Tabel 28 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata disertai pemotongan pajak tak langsung terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya Sektor Dampak meningkat persen Sektor Dampak menurun persen Hotel 4,7279120 Tanaman Kacang-kacangan -1,244388 Angkutan Udara 3,2862910 Sayur-sayuran dan Buah-buahan -0,466919 Industri Barang Lain yang Belum Digolongkan Dimanapun 2,2395570 Jagung -0,083303 Jasa Penunjang Angkutan 1,9838760 Tanaman Umbi-umbian -0,074713 Angkutan Air 1,7063540 Industri Penggilingan Padi 0,009894 94

5.5.2 Dampak Peningkatan Efisiensi Produksi