Dampak Peningkatan Efisiensi Produksi

94

5.5.2 Dampak Peningkatan Efisiensi Produksi

Pengertian efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan antara output dan input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input tertentu. Jika rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output. Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan efisiensi. Penggunaan faktor primer yang efisien diharapkan dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Penelitian ini mengasumsikan bahwa perusahaan-perusahaan yang mempunyai kaitan erat dengan pariwisata berhasil melakukan efisiensi produksi sebesar 5 persen. Skenarionya adalah penerapan liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata seperti yang telah dibahas sebelumnya disertai peningkatan efisiensi sektor-sektor terkait erat dengan pariwisata sebesar 5 persen. Pengaruh yang ditimbulkan dari skenario tersebut dapat ditelusuri melalui dampak adanya peningkatan efisiensi sektor-sektor terkait erat dengan pariwisata. Dari sisi produksi, kebijakan peningkatan efisiensi produksi akan mengurangi penggunaan input primer baik tenaga kerja maupun kapital untuk menghasilkan satu unit output. Berkurangnya penggunaan input primer tersebut berdampak pada penurunan biaya produksi per unit. Keadaan ini berakibat pada turunnya harga barang-barang yang diproduksi, sehingga akan menjadi lebih kompetitif dan selanjutnya akan meningkatkan PDB. Penurunan harga barang-barang akibat penggunaan faktor produksi secara efisien selanjutnya akan menciptakan permintaan lebih banyak lagi terhadap produk tersebut baik di pasar domestik maupun internasional. Permintaan terhadap produk impor mengalami penurunan akibat adanya penurunan harga pada produk domestik sedangkan ekspor terjadi peningkatan karena harga produk domestik tersebut menjadi lebih kompetitif. Namun kebijakan tersebut akan mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga perlu diwaspadai. Hasil dari simulasi tersebut disajikan secara rinci pada Lampiran 7 yang dirangkum pada Tabel 29. Hasilnya memperlihatkan bahwa pertumbuhan permintaan pariwisata sebesar 10 persen yang disertai peningkatan efisiensi 95 produksi sektor-sektor yang berkaitan erat dengan pariwisata sebesar 5 persen akan memperkuat efek positif dari liberalisasi perdagangan dan pada saat yang sama mengurangi efek samping. Tingkat PDB mengalami peningkatan cukup tinggi sedangkan penyerapan tenaga kerja masih mengalami penurunan. Ekspor barang mengalami peningkatan cukup tinggi meskipun masih diimbangi dengan tingginya impor. Tabel 29 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen diikuti peningkatan efisiensi produksi sektor pariwisata Uraian Liberalisasi perdagangan dan peningkatan efisiensi produksi sektor pariwisata 10 persen persen Dampak dari Wisnus Dampak dari Wisman Dampak dari Wisatawan

A. Indikator Makroekonomi 1. PDB riil

0,439772 0,376676 0,524944 2. Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Dibayar -0,266821 -0,395907 -0,103908 b. Tenaga Kerja tidak Dibayar -0,372272 -0,467284 -0,232866 3. Indeks Harga Konsumen -0,017455 -0,018126 -0,016085

B. Perdagangan Luar Negeri 1. Ekspor Barang Riil

1,085152 1,139485 0,956385 2. Impor Riil 0,801984 0,316102 0,926802 3. Neraca Perdagangan -0,000723 0,002133 0,000311

C. Distribusi dan Kesejahteraan 1. Total Penyerapan Domestik

1,284388 0,890859 1,434522 2. Konsumsi Riil RT Biasa 1,166774 1,250584 0,987984 Dampak yang terjadi akibat liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen yang disertai adanya peningkatan efisiensi sektor-sektor terkait erat dengan pariwisata sebesar 10 persen tersebut memperlihatkan terjadinya dampak yang positif seperti PDB riil meningkat sebesar 0,52 persen yang disertai dengan turunnya tingkat harga domestik sebesar 0,016 persen. Total penyerapan dalam negeri juga mengalami peningkatan sebesar 1,43 persen sedangkan konsumsi riil rumahtangga biasa meningkat 0,99 persen. Kondisi neraca perdagangan mengalami penguatan sebesar 0,0003 persen yang diikuti tingginya volume perdagangan akibat tingginya peningkatan permintaan komoditas impor 0,926 persen dan permintaan ekspor barang 0,956 persen. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan baik tenaga kerja formal dibayar maupun tenaga kerja informalkeluarga tidak dibayar. Hal ini perlu diwaspadai sebagai akibat adanya efisiensi produksi. 96 Peningkatan PDB riil akibat skenario tersebut ternyata didukung oleh peningkatan output dari beberapa industri terutama yang mempunyai kaitan erat dengan pariwisata. Industri tersebut adalah sektor Hotel yang meningkat sebesar 6,33 persen dan diikuti oleh sektor Jasa Penunjang Angkutan yang meningkat sebesar 5,63 persen. Namun beberapa industri masih ada yang mengalami penurunan outputnya. Industri yang outputnya mengalami penurunan paling tinggi adalah sektor Tanaman Kacang-kacangan dan sektor Sayur-sayuran dan buah- buahan yang masing-masing turun sebesar 1,71 persen dan 0,88 persen sebagaimana terlihat pada Tabel 30. Tabel 30 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata disertai peningkatan efisiensi produksi terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya Sektor Dampak meningkat persen Sektor Dampak menurun persen Hotel 6,335530 Tanaman Kacang-kacangan -1,713725 Jasa Penunjang Angkutan 5,634547 Sayur-sayuran dan Buah-buahan -0,883122 Angkutan Air 5,610829 Jagung -0,529614 Angkutan Udara 5,322095 Tanaman Umbi-umbian -0,461525 Komunikasi 4,692570 Industri Penggilingan Padi -0,345476 Pada intinya bahwa pemerintah bisa melakukan beberapa kebijakan tersebut, karena itu, untuk memulai liberalisasi perdagngan adalah dengan mengurangi ketergantungan pada tarif impor dan pajak tidak langsung pada tingkat yang memungkinkan, karena pendapatan pemerintah akan berkurang dengan pengurangan bea masuk dan pajak tak langsung sehingga diperlukan penerimaan tambahan seperti dari pertumbuhan permintaan kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Pendapatan dari kegiatan kepariwisataan akan memungkinkan penerimaan pemerintah dapat dipertahankan pada tingkat benchmark , sehingga keikutsertaan dalam globalisasi dan liberalisasi tidak akan mengganggu program pengeluaran pemerintah. Hal ini adalah salah satu cara dimana pemerintah, seperti pemerintah Indonesia, dapat menjaga kredibilitasnya dan menghindari masalah fiskal. Kemampuan pemerintah untuk mempertahankan tingkat pengeluaran adalah juga penting dalam konteks deflasi secara keseluruhan, dimana pengeluaran pemerintah dapat membantu untuk mengimbangi penurunan komponen lain dari permintaan agregat, seperti ekspor produk primer.

6. SIMPULAN DAN SARAN