60
penyokong pertumbuhan ekonomi di Vietnam. Sedangkan pertumbuhan di Philipina diduga akibat adanya fleksibilitas keuangan dan tingginya konsumsi
rumah tangga. Tabel 5
Pertumbuhan ekonomi beberapa kawasan dan beberapa negara di Dunia, 2005-2009
Negara 2005
2006 2007
2008 2009
persen
Dunia 4,5
5,1 5,2
3,0 -1,1
Negara Maju 2,6
3,0 2,7
0,6 -3,4
Negara Berkembang 7,1
7,9 8,3
6,0 1,7
Negara ASEAN 5,7
6,1 6,4
4,1 0,7
Amerika Latin 4,7
5,7 5,7
4,2 -2,5
Timur Tengah 5,5
5,8 6,2
5,4 2,0
Eropa Timur 6,0
6,6 5,5
3,0 -5,0
Afrika 5,7
6,1 6,3
5,2 1,7
Asia 9,0
9,8 10,6
7,6 6,2
Indonesia 5,7
5,5 6,3
6,0 4,6
China 10,4
11,6 13,0
9,0 8,5
India 9,2
9,8 9,4
7,3 5,4
Vietnam 8,4
8,2 8,5
6,2 4,5
Philipina 5,0
5,3 7,1
3,8 2,5
Malaysia 5,3
5,8 6,2
4,6 -0,2
Thailand 4,6
5,2 4,9
2,2 -2,0
Perancis 1,9
2,4 2,3
0,3 -2,4
Kanada 3,0
2,9 2,5
0,4 -2,5
Spanyol 3,6
4,0 3,6
0,9 -3,8
Inggris 2,2
2,9 2,6
0,7 -4,4
Singapura 7,3
8,4 7,8
1,1 -5,0
Italia 0,7
2,0 1,6
-1,0 -5,1
Jerman 0,7
3,2 2,5
1,2 -5,3
Jepang 1,9
2,0 2,3
-0,7 -5,4
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010a.
4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia selama tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,6 persen yang berarti terjadi penurunan dibanding tahun sebelumnya
yang mampu tumbuh hingga mencapai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren menurun tersebut diduga akibat terjadinya kontraksi ekspor
barang dan jasa yang cukup dalam. Penurunan tersebut diduga akibat turunnya permintaan global karena adanya tekanan dari perekonomian dunia yang masih
mengalami kelesuan. Pada awal tahun 2009, tantangan tersebut masih terlihat cukup mengemuka meskipun puncaknya terjadi pada triwulan IV 2008.
61
Ketidakpastian tersebut akan berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil karena akan menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi. Hal ini berpotensi
menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai dalam beberapa tahun sebelumnya.
Nilai ekspor secara kumulatif selama tahun 2009 mencapai USD116,51 miliar atau turun 14,98 persen dibanding periode sebelumnya. Sedangkan nilai
impor mencapai USD96,83 miliar yang berarti mengalami penurunan sebesar 25,05 persen dibanding tahun 2008. Turunnya nilai ekspor tersebut ternyata masih
diimbangi dengan berkurangnya nilai impor sehingga neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus meskipun nilainya masih cukup rendah. Hal
ini sebagaimana terlihat pada Gambar 11. miliar USD
-150 -100
-50 50
100 150
200
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Ekspor Impor
Neraca
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010a.
Gambar 11 Perkembangan neraca perdagangan Indonesia, 2006-2010.
Secara umum, perkembangan perekonomian Indonesia selama tahun 2009 mencatat capaian yang cukup menggembirakan dimana pertumbuhan ekonominya
cukup tinggi di Asia setelah China dan India. Sementara itu pada tahun 2010, berdasarkan data yang dilaporkan BPS, ekonomi Indonesia masih mampu untuk
tumbuh hingga mencapai 6,1 persen terhadap tahun sebelumnya. Hal ini berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dibanding tahun 2009. Sumber pertumbuhan
terbesar terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi hingga mencapai 13,5 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
tumbuh sebesar 8,7 persen. Kondisi tersebut dapat dilihat pada data pertumbuhan
62
PDB Indonesia berdasarkan lapangan usaha sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 12.
persen
3 6
9 12
15 18
2007 2008
2009 2010
1 2
3 4
5 6
7 8
9 PDB
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010a. Keterangan:
1 Pertanian; 2 Pertambangan dan Penggalian; 3 Industri Pengolahan; 4 Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 Bangunan; 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 Pengangkutan dan
Komunikasi; 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa; 9 Jasa-jasa.
Gambar 12 Pertumbuhan PDB Indonesia menurut Lapangan Usaha, 2007-2010. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat selama tahun 2009 juga
terlihat mulai menunjukkan kondisi yang membaik. PDB per kapita selama periode 2006-2010 terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006
sebesar Rp15,0 juta USD1.662,5, tahun 2007 sebesar Rp17,5 juta USD1.938,2, tahun 2008 sebesar Rp21,7 juta USD2.269,9, dan tahun 2009 sebesar Rp24,3
juta USD2.590,1, sedangkan tahun 2010 mencapai sebesar Rp27,0 juta USD3.004,9. Jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan juga
mengalami penurunan dari 15,30 persen pada tahun 2008 menjadi 14,06 persen pada tahun 2009.
Indikator lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka, dimana pada tahun 2009 juga mengalami penurunan yaitu dari 8,39 persen pada tahun 2008 menjadi
7,87 persen. Sementara itu berdasarkan data yang dikeluarkan BPS 2011 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pada beberapa tahun terakhir berada
dalam tren menurun dengan disertai adanya pergeseran struktur tenaga kerja yang kembali kepada sektor formal serta membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja.
Angka pengangguran terbuka tahun 2010 tercatat sebesar 7,14 persen yang berarti
63
lebih rendah dibanding tahun 2009. Kondisi tersebut ternyata juga diikuti oleh peningkatan komposisi partisipasi angkatan kerja pada sektor formal dari 30
persen pada tahun 2009 menjadi 33 persen pada tahun 2010. Indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan beberapa indikator ekonomi Indonesia, 2005-2009
Indikator 2005
2006 2007
2008 2009
Jumlah Penduduk juta orang 219,9
222,8 225,6
228,5 231,4
Pertumbuhan Ekonomi persen 5,7
5,5 6,4
6,0 4,6
Inflasi persen 17,1
6,6 7,4
11,1 2,8
PDB Harga Konstan triliun Rp 1.750,8
1.847,1 1.64,33
2.082,3 2.177,0
PDB Perkapita ribu Rp 12.675,5
15.028,6 17.509,6
21.666,8 24.261,8
Neraca Perdagangan juta USD 27.959,1
39.733,1 39.627,5
7.823,1 19.634,5
Ekspor juta USD 85.660,0 100.798,6 114.100,9 137.020,4 116.510,0
Impor juta USD 57.700,9
61.065,5 74.473,4 129.197,3
96.829,2 Investasi
PMDN miliar Rp 50.577,4 162.767,2 188.876,3
20.363,4 37.799,8
PMA juta USD 12.979,3
15.624,0 40.145,8
14.871,4 10.815,0
Produksi Padi juta ton 54,2
54,5 57,2
60,3 64,3
Proporsi Penduduk Miskin 16,0
17,6 16,5
15,3 14,1
Tk. Pengangguran Terbuka 11,2
10,3 9,1
8,4 7,9
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010a.
Persepsi positif tentang ekspektasi kondisi makroekonomi Indonesia pada tahun 2010 juga tercermin dari meningkatnya peringkat daya saing Indonesia dari
posisi 54 pada tahun 2009 menjadi peringkat 44 sebagaimana yang dilaporkan oleh World Economic Forum WEF. WEF menekankan pada terjaganya stabilitas
makroekonomi sebagai sumber utama perbaikan daya saing perekonomian Indonesia. Namun karena peringkat infrastruktur jalan dan energi masih rendah
sehingga menghambat peningkatan daya saing Indonesia untuk lebih tinggi lagi. Perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan membaik. Berdasarkan
laporan BPS bahwa pertumbuhan ekspor riil selama tahun 2010 mencapai 14,9 persen yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua dalam sepuluh tahun
terakhir setelah pada tahun 2005 tumbuh sebesar 16,6 persen. Berdasarkan laporan Bank Indonesia 2011 menyebutkan bahwa kenaikan ekspor yang terjadi
pada tahun 2005 antara lain didukung oleh depresiasi nilai rupiah sedangkan pada tahun 2010 nilai rupiah justru terapresiasi. Namun karena masih kuatnya
dukungan permintaan global akibat adanya pemulihan ekonomi dunia maka ekspor masih mampu untuk tumbuh cukup tinggi. Selain itu kenaikan ekspor juga
didorong oleh kenaikan harga komoditas internasional.
64
Bank Indonesia 2011 melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan dapat mencapai di atas 7 persen dengan tingkat
inflasi yang semakin rendah menuju kisaran 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diantaranya didukung oleh kinerja ekspor yang semakin solid seiring
dengan masih kuatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang, terutama di kawasan Asia. Situasi tersebut diharapkan dapat menjaga surplus
transaksi berjalan pada tingkat yang cukup tinggi seiring dengan semakin membanjirnya komoditas impor dipasar domestik. Banyaknya produk impor
tersebut akibat mulai diberlakukan perdagangan bebas secara lebih luas dengan beberapa negara mitra dagang Indonesia baik dalam kerangka AFTA maupun
ACFTA.
4.3 Globalisasi dan Liberalisasi Perdagangan di Indonesia