72
Selama tahun 2009, jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan diwilayah Indonesia hampir mencapai 120 juta orang dengan hampir
mencapai 230 juta perjalanan. Total pengeluaran yang dilakukan dalam rangka perjalanan tersebut hampir mencapai Rp138 triliun. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hampir 12 persen dibanding periode sebelumnya. Bagian terbesar pengeluaran ini digunakan untuk angkutan domestik yang mencapai 39,66 persen,
sementara untuk pengeluaran akomodasi hanya sebesar 7,30 persen. Kondisi yang sama terjadi pula pada perjalanan wisatawan nusantara ke luar
negeri, dimana selalu menunjukan perkembangan yang semakin meningkat baik dari jumlah perjalanan maupun pengeluaran yang dilakukan selama perjalanan.
Selama tahun 2009 tercatat sebanyak Rp52,1 triliun digunakan untuk melakukan perjalanan penduduk Indonesia keluar negeri. Pengeluaran tersebut sebagian besar
dilakukan di luar negeri sehingga dampak positif pada perekonomian nasional tidak begitu besar. Tingginya pengeluaran yang dilakukan di luar negeri berarti
terjadi peningkatan penggunaan devisa yang dimiliki Indonesia. Pengeluaran yang dilakukan di luar negeri rata-rata hampir mencapai 90 persen dari seluruh belanja
yang dikeluarkan selama perjalanan, sebagaimana digambarkan pada Tabel 10. Tabel 10 Struktur pengeluaran Wisatawan Nusantara menurut jenis sektor, 2009
Sektor terkait pariwisata
Pengeluaran Wisnus miliar rupiah Domestik
Outbound Jumlah
Pre-Trip Trip
Post-Trip
Hotel dan Akomodasi 10.061,44
52,07 16.027,23
19,44 26.160,18
Restoran dan sejenisnya 20.799,15
582,22 8.292,84
217,31 29.891,52
Angkutan domestik 54.697,56
836,42 3.220,96
312,20 59.067,14
BPW, operador, pramuwisata 2.964,76
1.120,56 864,32
418,25 5.367,89
Senibud., rekreasi, hiburan 5.037,28
- 1.553,73
- 6.591,01
Jasa pariwisata lainnya 4.506,04
- 2.330,59
- 6.836,63
Souvenir 8.318,99
- 3.745,36
- 12.064,35
Kesehatan dan kecantikan 94,41
- 2.785,18
- 2.879,59
Produk industri non makanan 25.630,56
1.508,84 6.914,43
563,18 34.617,01
Produk pertanian 5.797,05
- 692,11
- 6.489,16
Jumlah 137.907,23
4.100,11 46.426,74
1.530,39 189.964,47
Proporsi persen 72,60
2,16 24,44
0,81 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010b.
4.4.2 Perkembangan Wisatawan Mancanegara
Inbound Tourist
Jumlah wisatawan mancanegara wisman yang mengunjungi Indonesia menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Selama tahun 2009 tercatat
sebanyak 6,3 juta turis asing yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini berarti terjadi
73
peningkatan sebesar 1,43 persen dibanding periode sebelumnya. Sementara itu jumlah wisman pada tahun 2010 mencapai 7,00 juta orang atau meningkat 10,74
persen jika dibanding tahun 2009. Terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisman tersebut diharapkan dapat memberikan efek positif bagi perkembangan
kepariwisataan di Indonesia melalui pengeluaran yang dilakukan wisatawan mancanegara tersebut.
Peningkatan jumlah wisman selama tahun 2009 tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya program Visit Indonesia Year yang berlanjut hingga tahun
2010. Program tersebut diyakini sebagai salah satu pendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Hal lain yang cukup mendukung
kedatangan wisatawan mancanegara pada periode tersebut adalah semakin kondusifnya situasi keamanan dalam negeri, serta perkembangan perekonomian
dunia yang semakin baik khususnya di negara-negara pemasok wisman utama ke Indonesia seperti China, Singapura, dan Malaysia. Perkembangan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada Gambar 14.
ribu orang
200 300
400 500
600 700
Ja n-
96 Ja
n- 97
Ja n-
98 Ja
n- 99
Ja n-
00 Ja
n- 01
Ja n-
02 Ja
n- 03
Ja n-
04 Ja
n- 05
Ja n-
06 Ja
n- 07
Ja n-
08 Ja
n- 09
Ja n-
10
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010c.
Gambar 14 Jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia per
bulan, 1996-2010. Jumlah kunjungan turis asing masih didominasi dari negara Singapura yang
mencapai 1,27 juta orang atau mencapai 20,13 persen, kemudian diikuti oleh wisman asal Malaysia dan Australia dengan kontribusi masing-masing sebesar
18,65 persen dan 9,24 persen. Hal ini diduga karena adanya faktor kedekatan geografis. Disamping itu, kedatangan jumlah wisman asal Malaysia juga
disebabkan karena adanya faktor hubungan historis sesama rumpun melayu. Hal
74
yang menarik untuk diamati adalah peningkatan jumlah wisman asal China yang mencapai 395 ribu orang atau mengalami peningkatan sebesar 252,17 persen
dibanding 5 tahun yang lalu. Kondisi tersebut diduga karena semakin pesatnya perkembangan ekonomi China serta semakin terbukanya sistem politik dan
ekonomi negara tersebut. Selama 2009, total konsumsi yang dilakukan wisman di Indonesia mencapai
Rp59,20 triliun. Hal ini berarti terjadi penurunan yang cukup drastis dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai Rp80,46 triliun. Rata-rata
pengeluaran per kunjungan juga mengalami penurunan dari USD1.178,54 pada tahun 2008 menjadi USD995,93 pada tahun 2009. Pada tahun 2010, rata-rata
pengeluaran per kunjungan mengalami kenaikan sebesar 9,02 persen yaitu menjadi USD1.085,75. Kondisi tersebut mengakibatkan bertambahnya kontribusi
pada neraca jasa. Bank Indonesia dalam Neraca Pembayaran Indonesia melaporkan bahwa
surplus pada neraca jasa perjalanan travel pada tahun 2010 hanya sebesar USD553 juta meskipun terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya namun
masih relatif kecil. Selama tahun 2010, neraca jasa mencatat defisit sebesar USD9,5 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya defisit USD9,7
miliar. Penurunan defisit tersebut diantaranya akibat membaiknya surplus jasa travel terkait bertambahnya belanja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang
berkunjung ke Indonesia seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11
Perkembangan Neraca Jasa Indonesia, 2008-2010
Uraian 2008
2009 2010
juta USD
Services, net -12.998
-9.675 -9.491
1. Transportation, net -11.094
-4.545 -6.465
a. Freight, net -8.694
-3.668 -5.315
b. Passenger and Other, net -24
-877 -115
2. Travel, net 1.823
282 553
a. Inflow 7.377
5.598 6.981
b. Outflow -5.554
-5.316 -6.428
3. Other services, net -3.727
-5.412 -3.579
Sumber : Bank Indonesia, 2010b.
Berbagai usaha yang terencana dan terintegrasi sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia terutama turis asing.
Salah satu cara yang biasa ditempuh adalah memperkenalkan citra dan potensi
75
pariwisata Indonesia malalui promosi secara intensif dan ekstensif di dalam maupun di luar negeri. Untuk tujuan tersebut maka Pemerintah mengalokasikan
anggarannya melalui APBN maupun APBD guna membiayai sejumlah kegiatan yang terkait dengan promosi dan pelayanan informasi pariwisata. Hal ini
sebagaimana terlihat pada Tabel 12. Tabel 12
Struktur pengeluaran pemerintah untuk promosi dan pembinaan pariwisata, 2009
Jenis Aktivitas
Pemerintah miliar rupiah
Proporsi persen
Pusat Daerah
Jumlah
1. Promosi pariwisata 392,99
375,04 767,33
12,29 2. Rencana dan koordinasi Pembangun. Pariwisata
1.081,70 839,22
1.920,92 30,76
3. Peny. Stat.dan Info. Pariwisata 504,42
413,13 917,56
14,70 4. Penelitian dan Pengembangan
754,03 551,75
1.305,77 20,91
5. Peny. dan Pelayanan Info. Pariwisata 428,23
404,21 832,44
13,33 6. Keaman. dan Perlindung. Wisatawan
99,71 62,27
161,97 2,59
7. Pengawasan dan Pengaturan 111,12
84,67 195,79
3,14 8. Lainnya
73,30 68,81
142,11 2,28
Jumlah 3.444,80
2.799,08 6.243,88
100,00 Distribusi persen
55,17 44,83
100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010b.
Pengeluaran pemerintah yang berhubungan dengan promosi dan pembinaan pariwisata pada tahun 2009 mencapai Rp6,24 triliun, dengan komposisi 55,17
persen atau Rp3,44 triliun dikeluarkan oleh pemerintah pusat sedangkan sisanya sebesar Rp2,80 triliun oleh pemerintah daerah. Pengeluaran untuk perencanaan
dan koordinasi pengembangan pariwisata merupakan pengeluaran pemerintah terbesar dengan porsi 30,76 persen dari total pengeluaran dalam rangka
meningkatkan kinerja pariwisata di Indonesia kemudian diikuti oleh pengeluaran di bidang penelitian dan pengembangan pariwisata sebesar 20,91 persen.
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai juga sangat diperlukan dalam mendukung pertumbuhan aktivitas pariwisata di Indonesia. Oleh karena itu
maka dibutuhkan adanya penambahan modal investasi. Total investasi yang ditujukan untuk mendukung kegiatan pariwisata di Indonesia selama tahun 2009
tercatat sebesar Rp76,3 triliun atau 4,36 persen dari total investasi yang meliputi investasi oleh dunia usaha atau swasta sebesar Rp76,1 triliun sedangkan oleh
pemerintah sebesar Rp0,19 triliun. Secara keseluruhan, investasi yang terbesar adalah pada alat angkutan hingga mencapai Rp14,7 triliun dimana peran swasta
sangat besar, diikuti investasi pada bangunan hotel dan akomodasi lainnya sebesar
76
Rp12,3 triliun yang semuanya dilakukan oleh swasta. Investasi untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan yang terkait pariwisata mencapai
sebesar Rp11,5 triliun atau sekitar 15,14 persen dari total investasi terkait kegiatan pariwisata sebagaimana laporan BPS 2010b.
4.4.3 Kinerja Pariwisata Indonesia