84
sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan ketersediaan produk dalam perekonomian domestik sebesar 1,02 persen dan peningkatan konsumsi riil rumah tangga biasa
sebesar 0,11 persen. Wisatawan yang mengunjungi Indonesia baik domestik maupun asing juga kelihatan lebih sejahtera karena mereka dapat mengkonsumsi
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tingkat benchmark belanja mereka. Prosedur pemodelan mengasumsikan bahwa tidak ada perubahan dalam
pendapatan total sama dengan total pengeluaran dari wisatawan. Peningkatan konsumsi oleh wisatawan mungkin lebih tinggi karena harga yang lebih rendah
sehingga dapat mendorong mereka untuk mengkonsumsi lebih banyak. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia lihat Sugiyarto et.al., 2003. Selain itu, berbagai tinjauan studi lain seperti Yoeti 2008 dan Tantowi 2009, mengemukakan bahwa harga
merupakan salah satu faktor yang penting bagi wisatawan ketika mereka memilih tujuan liburan.
5.3 Dampak Peningkatan Permintaan Pariwisata
Permintaan pariwisata seperti telah disebutkan sebelumnya, meliputi pengeluaran wisatawan, investasi di bidang kepariwisataan dan pengeluaran
pemerintah terkait pariwisata yang merupakan bagian dari permintaan akhir. Peningkatan permintaan pariwisata tersebut turut berperan dalam memengaruhi
perkembangan sektor-sektor ekonomi sebagaimana yang terdapat pada tabel I-O. Sektor-sektor yang mempunyai kaitan erat dengan industri pariwisata dicerminkan
berdasarkan Indeks Daya Penyebaran IDP dan Indeks Derajat Kepekaan IDK seperti yang terlihat pada Tabel 20. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan
tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan forward linkage atau daya dorong yang cukup kuat terhadap industri
pariwisata dibandingkan dengan sektor lainnya, sedangkan sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi berarti sektor tersebut mempunyai
ketergantungan yang cukup besar terhadap industri pariwisata dibandingkan dengan sektor lainnya.
Industri pariwisata yang meliputi sektor Hotel, Restoran dan Obyek-obyek Wisata mempunyai daya penyebaran tertinggi terhadap industri pariwisata itu
85
sendiri dengan nilai 0,397 yang berarti bahwa kenaikan satu unit output sektor pariwisata akan membutuhkan output industri pariwisata sebagai input sebesar
0,397 unit. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tertinggi backward linkage terhadap industri pariwisata adalah Tanaman Bahan Makanan Lainnya dengan
nilai 0,543 yang berarti bahwa kenaikan satu unit output sektor pariwisata akan membutuhkan output sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya sebesar 0,543
unit. Tabel 20
Indeks daya penyebaran IDP dan indeks derajat kepekaan IDK dengan aktivitas pariwisata, 2008
Sektor IDK
Sektor IDP
Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0,5431 Pariwisata
0,3975 Industri Pengolahan dan Pengawetan
Makanan 0,4756 Angkutan Air
0,1116 Pariwisata
0,3975 Bangunan 0,0518
Industri Makanan Lainnya 0,3817 Perdagangan
0,0372 Hasil Tanaman Serat
0,3527 Industri Mesin, Alat-alat dan
Perlengkapan Listrik 0,0242
Industri Minuman 0,2204 Pemerintahan Umum dan Pertahanan
0,0182 Penambangan Batubara dan Bijih
Logam 0,2194 Lembaga Keuangan
0,0132 Tanaman Kacang-kacangan
0,2029 Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,0112
Industri Tepung, Segala Jenis 0,1781
Industri Alat Pengangkutan dan Perbaikannya
0,0105 Industri Mesin, Alat-alat dan
Perlengkapan Listrik 0,1646 Jasa Lainnya
0,0102
Dampak peningkatan permintaan pariwisata terhadap sektor ekonomi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 21. Permintaan dari kegiatan pariwisata di
Indonesia disimulasikan meningkat sebesar 10 persen. Peningkatan permintaan tersebut akan membuat produksi bertambah sehingga output beberapa industri
rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan output tertinggi terjadi pada sektor Hotel hingga mencapai 4,6 persen dan diikuti oleh sektor Angkutan Udara sebesar
2,9 persen. Hal ini karena kedua sektor tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kegiatan pariwisata. Namun masih ada juga sektor yang justru
mengalami penurunan outputnya seperti sektor Industri Logam Dasar Bukan Besi yang menurun hingga 0,02 persen. Sektor yang mengalami peningkatan terendah
dari outputnya adalah Industri Minyak dan Lemak 0,004 persen. Peningkatan permintaan pariwisata sebesar 10 persen tersebut juga akan
berpengaruh pada perkembangan sejumlah peubah makroekonomi. Tabel 22
86
berisi ringkasan hasil simulasi peningkatan pengeluaran wisatawan. Peningkatan tersebut terutama diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan,
sedangkan hasil lengkapnya terdapat pada Lampiran 5. Skenario ini akan membuat produksi bertambah sehingga PDB meningkat sebesar 0,15 persen dari
peningkatan konsumsi wisatawan nusantara dan 0,09 persen dari meningkatnya belanja wisatawan mancanegara. Jumlah tenaga kerja juga mengalami
peningkatan yang masing-masing sebesar 0,30 persen untuk tenaga kerja formal dibayar dan 0,24 persen untuk pekerja keluarga tidak dibayar sebagai dampak
dari peningkatan belanja wisatawan nusantara. Sementara itu, kenaikan 10 persen pada belanja wisatawan mancanegara juga berakibat pada peningkatan jumlah
tenaga kerja yang masing-masing sebesar 0,17 persen untuk pekerja formal dan 0,14 persen untuk pekerja keluarga. Namun, pada saat yang sama terjadi tekanan
pada harga domestik dimana indeks harga konsumen mengalami peningkatan sebesar 0,002 persen akibat kenaikan wisatawan nusantara dan 0,001 persen
akibat kenaikan wisatawan mancanegara. Tabel 21 Dampak peningkatan permintaan pariwisata terhadap output dari lima
sektor ekonomi tertinggi dan terendah
Sektor
Dampak tertinggi
persen
Sektor
Dampak terendah
persen
Hotel 4,608268 Industri Logam Dasar Bukan Besi
-0,02374 Angkutan Udara
2,875436 Industri Minyak dan Lemak 0,00417
Industri Barang Lain yang Belum Digolongkan Dimanapun
1,622131 Penambangan Batubara dan Bijih
Logam 0,00718
Jasa Penunjang Angkutan 1,614748
Penambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
0,01572 Angkutan Kereta Api
1,401848 Kelapa Sawit 0,03713
Kesejahteraan masyarakat juga mengalami peningkatan yang diindikasikan melalui peningkatan penyerapan dalam negeri dan peningkatan konsumsi rumah
tangga riil. Total penyerapan domestik meningkat sebesar 0,553 persen akibat peningkatan konsumsi wisatawan nusantara dan 0,151 persen akibat kenaikan
permintaan wisatawan mancanegara. Sementara itu, konsumsi riil rumah tangga biasa meningkat sebesar 0,017 persen akibat peningkatan belanja wisnus dan naik
0,008 persen akibat peningkatan belanja wisman. Kondisi yang sama terjadi pada neraca perdagangan dimana akibat kenaikan permintaan wisatawan sebesar 10
persen maka terjadi kenaikan pada impor riil sebesar 0,75 persen sedangkan
87
ekspor barang riil mengalami penurunan sebesar 0,31 persen akibat adanya tekanan harga pada produk domestik sehingga neraca perdagangan menjadi
tertekan. Namun adanya kenaikan pada belanja wisman mengakibatkan berkurangnya tekanan pada neraca perdagangan.
Tabel 22 Dampak peningkatan permintaan oleh wisatawan sebesar 10 persen
Uraian
Dampak dari Wisnus
Dampak dari Wisman
Dampak dari Wisatawan
persen
A. Indikator Makroekonomi 1. PDB riil
0,148 0,086
0,2347 2. Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja Dibayar 0,299
0,169 0,4686
b. Tenaga Kerja tidak Dibayar 0,240
0,144 0,3845
3. Indeks Harga Konsumen 0,002
0,001 0,0036
B. Perdagangan Luar Negeri 1. Ekspor Barang Riil
-0,180 -0,128
-0,3077 2. Impor Riil
0,623 0,127
0,7505 3. Neraca Perdagangan
-0,002 0,001
-0,0008 C. Distribusi dan Kesejahteraan
1. Total Penyerapan Domestik 0,553
0,151 0,7048
2. Konsumsi Riil RT Biasa 0,017
0,008 0,0481
5.4 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan