17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem perbankan sangat penting bagi perekonomian modern. Sebagai lembaga intermediasi bagi surplus unit dan deficit unit serta jasa keuangan
lainnya. Baik bank yang berbasis bunga atau bank konvensional maupun bank dengan prinsip bagi hasil atau bank syariah, keduanya dituntut agar dapat
mengelola dananya dengan baik, sehingga pengukuran kinerja perbankan perlu mendapatkan perhatian agar bank dapat beroperasi dengan lebih produktif dan
seefisien mungkin.
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam IAEI Agustianto Mingka menilai pada tahun 2016
1
, tingkat kompetisi jasa keuangan akan semakin ketat, karena mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA, sehingga akan berpengaruh
negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM, dan TI yang belum
mumpuni.
1
Paulus Yoga,
Tantangan Perbankan
Syariah di
2016, http:infobanknews.comtantangan-perbankan-syariah-di-2016
, diakses tanggal 15 Februari 2016.
Tabel 1. 1 Data Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Indikator
2014 2015
Jun Sep
Des Mar
Jun Sep
Jumlah Bank 11
12 12
12 12
12
Jumlah Kantor 2160 2186
2163 2150
2123 2043
ATM 2926 3143
3350 3354
3483 3525
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Desember 2015 Semakin ketatnya persaingan dengan bertambahnya jumlah Bank Umum
Syariah sejalan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1550DPbS tentang kemudahan dalam pembukaan kantor cabang bank syariah.
Bertambahnya jumlah kantor cabang juga akan meningkatkan sumber daya manusia yang berarti akan meningkatkan beban personalia bagi bank.
Perkembangan tersebut juga membuat persaingan dalam industri perbankan berkembang lebih cepat. Pada awalnya, teknologi mempunyai peran
kontribusi yang sangat unggul. Bank yang memiliki teknologi layanan ATM lebih luas dapat menjaring nasabah lebih banyak. Namun, saat ini layanan ATM bukan
menjadi keungulan lagi, dikarenakan sudah menjadi fasilitas keharusan yang menjadi standar pelayanan bank.
Kini persaingan industri perbankan mengarah pada persaingan harga margin, baik margin produk funding maupun financing. Penerapan margin pada
produk funding dan financing harus sama-sama kompetitif. Margin produk funding yang kompetitif akan meningkatkan dana pihak ketiga DPK. Penerapan
margin yang kompetitif harus diterapkan karena persaingan DPK tidak hanya terjadi dengan lembaga perbankan konvensional melainkan institusi keuangan
non-bank IKNB seperti takaful dan reksadana. Berdasarkan survei Karim
Consulting Indonesia,
1
Adiwarman menjelaskan terkait persepsi masyarakat terhadap bank syariah menunjukkan bahwa 6,9 masyarakat masih banyak
beranggapan bank syariah adalah bank orang Islam, bank umum untuk umrah atau haji, sementara 2,8 beranggapan bank syariah aman dan baik. Sedangkan 4,8
persepsi masyarakat terhadap keuntungan atau kelebihan bank syariah. Hal ini menunjukkan tingkat persaingan DPK perbankan syariah masih terbatas karena
perbankan syariah masih identik dengan hal spiritual keagamaan, sedangkan perbankan syariah seperti halnya perbankan konvensional yang cakupan bisnisnya
mencakup global. Sedangkan penerapan margin produk financing yang kompetitif akan
menjadi daya tarik utama bagi nasabah yang ingin meminjam dana bank syariah.dengan bertambahnya jumlah pembiayaan, bank syariah menjadi lebih
produktif.
Tabel 1. 2 Perkembangan DPK, Aset dan Pembiayaan Perbankan Syariah Indikator
2014 2015
Jun Sep
Des Mar
Jun Sep
Total Aset
188190 195085 204961 198553 200217 204025 DPK
191594 197141 217858 212988 213477 219580
Pembiayaan 193136 196563 200176 201620 207075 209476
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Desember 2015 Dengan meningkatnya total pembiayaan, bank syariah juga harus menjaga
likuiditasnya guna tetap menjaga kesehatan bank. Sesuai peraturan BI besarnya Giro Wajib Minimum GWM adalah 8 yang digunakan untuk menjaga
likuiditas bank. Selain itu, bank juga harus memenuhi besarnya rasio FDR sejalan
1
http:www.tribunnews.combisnis20150410pengamat-bank-syariah-masih-banyak- kelemahan
, diakses pada tanggal 15 feb 2016.
dengan meningkatnya DPK bank. Beberapa hal tersebut dapat mengurangi keuntungan pihak bank. Sedangkan, pihak bank tidak dapat menaikkan margin
produk financing atau menurunkan margin produk funding dikarenakan jika hal itu terjadi bukan tidak mungkin nasabah akan beralih pada bank lainnya yang
memiliki margin yang lebih sesuai atau tidak ada nasabah yang tertarik untuk berinvestasi maupun mendapatkan pembiayaan di bank tersebut.
Terkait permasalahan bank syariah, kondisi perekonomian Indonesia yang sempat mengalami perlambatan karena pengaruh perekonomian global juga turut
mempengaruhi perbankan di Indonesia, inflasi, nilai tukar, ekspor impor merupakan beberapa masalah makroekonomi yang berimbas pada beberapa
perusahaan di Indonesia. Industri perbankan, khususnya perbankan syariah harus lebih memperhatikan alokasi pembiayaan yang disalurkannya. Dampak dari
ketidakpastian kondisi makroekonomi dapat membuat alur pembiayaan terganggu dan menyebabkan tingginya rasio NPF. juga memiliki pengaruh terhadap
keberlangsungan pengelolaan asset bank syariah. Besarnya rasio NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5, jika melebihi itu
maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Di tengah kendala permasalahan bank syariah dan persaingan global yang
cukup ketat tersebut, bank syariah dituntut untuk menjaga tingkat produktivitas dan efisiensinya. Dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang baik, maka akan
berdampak pada tingkat return nasabah yang lebih baik dan selanjutnya para investor akan tertarik untuk bermintra dengan bank syariah.
Dalam Suzuki 2011
2
, untuk mengukur kinerja sektor perbankan terdapat dua jenis pengukuran yang banyak digunakan, yaitu dengan menggunakan rasio
keuangan dan langkah-langkah efisiensi. Dalam Endri 2011, perbaikan efisiensi dapat dilakukan jika bank dapat beroperasi dengan biaya yang paling minimum.
Upaya efisiensi tersebut juga akan berdampak pada peningkatan daya saing yang dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas, baik produktivitas faktor
produksi kapital dan tenaga kerja maupun produktivitas teknologi produktivitas teknik.
Dalam Surjaningsih dan Permono 2014,
3
kinerja ekonomi suatu perusahaan dapat tercermin dari tingkat efisiensi dan produktivitas, yaitu rasio
antara output terhadap input. Semakin besar rasio output terhadap input, maka semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja tersebut sangatlah
penting untuk mengetahui pada tingkat mana efisiensi dan produktivitas dari proses bisnis dijalankan, apakah terjadi peningkatan ataukah penurunan,
dikarenakan produktivitas merupakan penggerak peningkatan kualitas kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja perbankan, efisiensi dan produktivitas, perlu dilakukan agar perbankan dapat
menilai usahanya dalam menjalankan bisnis, sehingga diharapkan dapat memacu tingkat produktivitas dan efisiensi perbankan syariah di Indonesia dalam
2
Yasushi Suzuki and Suminto Sastrosuwito, Efficiency and Productivity Change of the Indonesian Commercial Banks, 2011 International Conference on Economics, Trade and
Development, IPEDR vol.7 2011 © 2011 IACSIT Press, Singapore, hlm. 10.
3
Ndari Surjaningsih dan Bayu Panji Permono, Dinamika Total Factor Productivity Industri Besar Dan Sedang Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Januari 2014,
hlm. 286.
menghadapi era persaingan global dimana pesaing usaha bukan hanya datang dari pesaing sejenis, melainkan perusahaan yang memiliki kemampuan memberikan
jasa sejenis. Pengukuran produktivitas dapat mengacu pada total factor productivity
TFP dari seluruh faktor yang digunakan, dan bukan produktivitas yang bersifat parsial, seperti labor productivity atau capital productivity. Pengukuran parsial
dapat menimbulkan misleading ketika menilai kinerja suatu perusahaan atau industri. Pendekatan yang sering digunakan untuk perbandingan ini adalah
Malmquist Productivity Index MPI. MPI pertama kali diperkenalkan oleh menggunakan Caves, Christensen dan Diewert 1982; sebuah pendekatan fungsi
jarak untuk menggambarkan teknologi dalam mendefinisikan indeks input, output, dan produktivitas. Untuk output yang diproduksi pada periode s dan t, maka
terdapat teknologi yang menghasilkan output maksimum dengan menggunakan input xs dan xt.
4
Sedangkan salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis efisiensi bank adalah menggunakan metode non parametrik yang bernama Data
Envelopment Analysis DEA. DEA merupakan sebuah metode optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu Unit Kegiatan Ekonomi UKE
dan membandingkan secara relatif terhadap UKE yang lain. Metode ini mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode parametrik. Keuntungan
dalam menggunakan metode non parametrik adalah kita dapat mengidentifikasi
4
Ndari Surjaningsih dan Bayu Panji Permono, Dinamika Total Factor Productivity Industri Besar Dan Sedang Indonesia, hlm. 286.
unit yang digunakan sebagai referensi.
5
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan produktivitas dengan efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Dengan mengetahui
faktor produksi dan kemajuan teknologi dalam pertumbuhan output industri perbankan syariah di Indonesia, maka diharapkan akan meningkatkan efisiensi
perbankan. Sehingga dapat meningkatkan market share, daya saing serta kinerja yang lebih baik. Dengan demikian, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
hal tersebut yang dituangkan penulis dalam penelitian yang berjudul
“ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY TFP DAN EFISIENSI PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA Periode 2010-2015
”. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Selanjutnya untuk mempermudah penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan, yaitu:
1. Dalam hal analisis produktivitas, peneliti menggunakan Total Factor Productivity TFP dengan pendekatan Malmquist Productivity Index MPI,
penelitian ini diperlengkap dengan analisis efisiensi menggunakan Two Stage Data Envelopment Analysis DEA dengan pendekatan intermediasi.
2. Penelitian ini dilakukan pada 11 Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Penelitian ini menggunakan data Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
periode Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015.
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penulisan penelitian dan lebih memfokuskan masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih optimal, maka
5
Muhammad Faza Firdaus dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen, Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Pendekatan Two-Stage Data Envelopment Analysis, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Oktober 2013, hlm. 169.
penulis merasa perlu merumuskan dan membatasi objek-objek yang diteliti dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah tingkat produktivitas perbankan syariah di Indonesia baik secara umum maupun individual bank pada Periode 2010-2015 ?
2. Berapakah tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia baik secara umum maupun individual bank pada Periode 2010-2015 ?
3. Komponen-komponen input dan output apa yang memiliki pengaruh terbesar terhadap tingkat efisiensi dan produktivitas ?
4. Apa hubungan dari tingkat produktivitas, perubahan teknologi dan efisiensi pada perbankan syariah di Indonesia baik secara umum maupun individu bank
pada periode 2010-2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian