C. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II
Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015: First Stage
1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II
Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015
Pada pembahasan ini akan digambarkan rata-rata tingkat efisiensi serta variabel input-output perbankan syariah di Indonesia pada periode penelitian
menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA.
Grafik 4. 13 Efisiensi Variabel Input-Output Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II 2010
– Kuartal III 2015
Berdasarkan grafik 4.13 di atas, score efisiensi perbankan syariah di Indonesia sebesar 56,61. Artinya, rata-rata perbankan syariah di Indonesia selama
periode penelitian belum mencapai tingkat efisiensinya atau belum dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Berdasarkan hasil tersebut
variabel input, DPK dan Beban Operasional menjadi penyumbang terbesar terhadap besarnya efisiensi. Sedangkan variabel output diperlukan banyak
perbaikan, terutama pada variabel aktiva produktif lainnya yang menjadi sumber
inefisiensi terbesar. Setelah ini akan digambarkan komposisi rata-rata inefisiensi dari pencapaian setiap variabel dan frekuensi masing-masing variabel selama
periode penelitian.
Grafik 4. 14 Grafik Rata-Rata Inefisiensi dan Frekuensi Inefisiensi setiap Variabel pada 11 BUS di Indonesia
Melalui grafik 4.14 dapat dilihat hasil perhitungan DEA menunjukkan bahwa sumber utama inefisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan frekuensi
sebesar 100 dan rata-rata sebesar 62,88 adalah jumlah aktiva produktif lainnya yang masih belum dioptimalkan. Di samping itu, bank syariah masih dapat
melakukan perbaikan dengan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang mengalami rata-rata inefisiensi sebesar 49,66 serta total pembiayaan yang
mengalami rata-rata inefisiensi sebesar 48,76. Sementara dari sisi input, perbankan syariah masih bisa mengurangi aktiva tetapnya yang mengalami rata-
rata inefisiensi sebesar 47,44, beban personalia 11,74 serta dana pihak ketiga sebesar 14,38 yang mengalami kelebihan.
DPK perbankan syariah yang berlebih dapat menggambarkan bahwa produk funding bank syariah semakin diminati masyarakat, namun sisi negatifnya
jika kelebihan dana tersebut tidak segera diimbangi dengan produk financing, total pembiayaan serta total aktiva produktif lainnya yang belum optimal, maka hanya
akan menjadi dana idle yang akan membebani bank-bank syariah. Sehingga produk financing harus lebih kompetitif dibandingkan dengan produk
konvensional, selain itu teknik pemasaran pun harus lebih inovatif agar dapat menyerap berbagai kalangan masyarakat. Di sisi lain, kebijakan Bank Indonesia
terkait produk financing Bank Syariah dapat diminimumkan pembatasnya agar dapat lebih kompetitif dengan produk bank konvensional
3
. Beban personalia yang meningkat karena adanya ekspansi Bank Umum
Syariah. Menurut data BI dari Kajian Stabilitas Keuangan No. 26, Maret 2016 tercatat terjadi penambahan modal bank yang mendorong peningkatan edukasi
masyarakat, serta kemudahan membuka jaringan pada perbankan syariah yang tentunya akan meningkatnya aktiva tetap perbankan, seperti kendaraan
operasional, mesin ATM dan sebagainya. Ekspansi perbankan syariah juga akan meningkatkan jumlah SDM yang tentunya akan menambah cost personalia. Oleh
karena itu, pihak regulator dan management harus bersama-sama membuat kebijakan untuk mengefisiensikan SDM, sehingga target pendapatan operasional
yang kurang dapat tercapai. Selama periode penelitian score efisiensi Bank Umum Syariah BUS
tertinggi ialah 69,53909 yaitu pada kuartal I tahun 2010, sedangkan yang terendah
3
Asep Saepullah, Efisiensi Perbankan Syariah: Komparasi, Evaluasi, Dan Solusi, Jakarta: UIN Syariaf Hidayatullah, hlm. 15.
48,01273 yaitu pada kuartal XI tahun 2012. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia BUS masih dikatagorikan inefisien
atau belum dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Grafik 4. 15 Efisiensi 11 Sebelas Bank Umum Syariah Kuartal II 2010 –
Kuartal III 2015
Selanjutnya, pada pembahasan ini akan digambarkan tingkat efisiensi 11 sebelas Bank Umum Syariah maupun tingkat efisiensi rata-rata pada periode
penelitian.
107
Grafik Score Efisiensi Bank Umum Syariah BUS
Grafik 4. 16 Efisiensi 11 sebelas Bank Umum Syariah Kuartal II 2010 – Kuartal III 2015
Hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum Syariah kuartal II tahun 2010 sampai kuartal III tahun 2015 menunjukkan suatu trend yang fluktuatif,
tidak ada Bank Umum Syariah BUS yang memiliki score efisiensi yang stabil dalam periode pengukuran. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa secara umum
lama berdirinnya BUS tidak dapat menjamin tingkat efisiensinya. Hal tersebut
dibuktikan oleh Maybank Syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, beberapa kali mencapai tingkat efisiensi dengan score 100 pada kuartal I, II, IV,
VI, VIII, XVI, XX, dan XXII.
Berdasarkan hasil pengukuran efisiensi tersebut dapat dilihat bahwa Bank Umum syariah yang memiliki score 100 dapat diartikan bahwa bank tersebut telah
mampu mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya dan dikatagorikan bank yang efisien. Adapun bank yang dikatagorikan efisien dalam penelitian ini
adalah Bank Jabar Syariah pada kuartal I dan II, BNI Syariah pada kuartal I dan V, Bank Syariah Mandiri pada kuartal XII, serta Bank Victoria Syariah
pada kuartal XIX dan XXI. Sedangkan Bank Umum Syariah lainnya masih
dikatagorikan bank yang inefisien, atau dapat diartikan belum dapat menggunakan sumber dayanya secara optimal.
Setelah menampilkan grafik tingkat efisiensi Bank Umum Syariah selama kuartal II tahun 2010 sampai kuartal III tahun 2015, kita akan melihat pencapaian
tingkat efisiensi rata-rata pada masing-masing Bank Umum Syariah BUS selama periode penelitian. Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya,
melalui grafik 4.17 dapat dilihat bahwa secara umum lama berdirinnya BUS tidak dapat menjamin tingkat efisiensinya. Hal tersebut dibuktikan oleh Maybank
Syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi sebanyak delapan kali dengan score 100 selama periode penelitian. Begitupun dengan bank yang baru berdiri
lainnya seperti Bank Jabar Syariah, BNI Syariah dan Bank Victoria yang memiliki tingkat efisiensi yang baik, serta Bank Syariah Mandiri yang merupakan satu-
satunya bank yang lebih dahulu berdiri namun tetap menunjukkan kinerja yang bagus dengan dibuktikan dengan tingkat efisiensinya.
Grafik 4. 17 Rata-Rata Efisiensi 11 Sebelas Bank Umum Syariah Kuartal II 2010
– Kuartal III 2015
Berdasarkan hasil di atas maka secara keseluruhan perkembangan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah menunjukkan trend yang fluktuatif dikarenakan
tingkat efisiensi BUS secara individu juga bersifat fluktuatif.
2. Analisis Analisis Teknis Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II