Produktivitas dan Efisiensi TINJAUAN PUSTAKA

katagori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Ba‟i, transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang, diantaranya: pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam dan Istishna‟. b. Prinsip sewa Ijarah, terdapat prinsip ijarah yang objeknya berupa barang dan prinsip IMBT Ijarah Muntahhiyah Bittamlik sewa yang diikuti perpindahan kepemilikan. c. Prinsip bagi hasil Syirkah, produk pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil adalah pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. d. Akad pelengkap, akad ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, melainkan mempermudah pelaksanaan pembiayaan seperti, Hiwalah alih hutang piutang, Rahn gadai, Qard pinjaman uang, Wakalah pemberian kuasa, dan Kafalah garansi bank. 3. Produk jasa service, bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa kepada nasabah dengan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Produk jasa yang dilakukan berupa sharf jual beli valuta asing dan ijarah sewa berupa penyewaan kotak simpanan safe deposit box dan jasa tata laksana adminitrasi dokumen custodian.

B. Produktivitas dan Efisiensi

1. Konsep Produktivitas dan efisiensi Menurut Rahardja dan Manurung 2008 4 , dalam aktivitas produksinya produsen perusahaan mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan 4 Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi Makroekonomi Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008, Hlm. 97-119. jasa. Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi, seperti di bawah ini. Q = fK, L ………………………………………………………… 1.1 Di mana: Q = tingkat output K = barang modal L = tenaga kerja Produksi total total product adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal marginal product adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata average product adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi. TP = fK, L …………………………………………………………. 1.2 Di mana: TP = produksi total K = barang modal L = tenaga kerja Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP persamaan 1.3, maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol. MP = TP’ = …………………………………………….………. 1.3 Di mana: MP = produksi marginal Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP 0. Jika MP sudah 0, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Penambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau the Law of Diminishing Return LDR. AP = …………………….……………………………………….. 1.4 Di mana AP = produksi rata-rata AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 AP’ = 0. Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum. Grafik 2. 1 Kurva TP, MP dan AP Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini slop kurva TP meningkat tajam. Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marginal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum slop kurva TP sejajar dengan sumbu horizontal. Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian slop kurva TP negatif. Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduksi di tahap II. Secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya marginal cost yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan marginal revenue yang diterima. Jika tambahan biaya masih lebih kecil dari tambahan pendapatan, perusahaan akan menambahkan tenaga kerja. Begitu sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah wage tenaga kerja. Tambahan pendapatan adalah produksi marginal dikalikan harga jual barang. Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang adalah P, maka alokasi tenaga kerja faktor produksi dianggap efisien bila: W = MP P …………………………………………………………. 1.5 Kemajuan teknologi dapat membuat produktivitas meningkat. Secara grafis dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada grafik 2.2, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP 3 TP 2 TP 1 . Artinya jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar. Dari grafik 2.2 tampak bahwa: Grafik 2. 2 Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Output Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 Bila nilai AP meningkat karena mesinnya modern, belum berarti efisiensi meningkat. Studi empiris yang dilakukan dua puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada yang lebih penting dari sekedar memodernisasi mesin. Yaitu modernisasi sumber daya manusia SDM, terutama dengan mengubah cara berpikir dan sikap hidup. Dengan modernisasi SDM, kemajuan teknologi akan meresap ke dalam diri manusia embodied technology dan mendorong peningkatan efisiensi. Paul Krugman dalam Rahardja dan Manurung, 2008 mengusulkan TFP Total Factor Productivity sebagai ukuran efisiensi. Pada prinsipnya metode ini memisahkan pengaruh barang modal, teknologi dan SDM terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari pemisahan tersebut akan terlihat apakah ada kemajuan efisiensi yang signifikan. Angka pertumbuhan TFP yang besar mengindikasikan perkembangan efisiensi yang semakin signifikan. Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas dan biaya mempunyai hubungan yang terbalik. Jika produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan makin rendah. Begitu juga sebaliknya. Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktivitas dibanding dalam jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya produksi, sehingga setiap tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya rata-rata ini berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang. Untuk perusahaan yang ber”skala hasil menaik” increasing return to scale atau IRS, penambahan tingkat produksi justru menurunkan biaya produksi. Sebaliknya dengan perusahaan yang ber”skala hasil menurun” decreasing return to scale atau DRS. Jika penambahan faktor produksi sebanyak satu unit menyebabkan output meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Menaik increasing return to scale atau IRS. Grafik 2. 3 Skala Hasil Menaik increasing return to scale Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 Grafik 2.3 menunjukkan bila penggunaan teknologi dan tenaga kerja dilipatgandakan K 1 ke K 2 , output meningkat lebih dari dua kali lipat. Pencapaian hasil ini dimungkinkan antara lain karena kemampuan manajemen dalam menangani produksi skala bersar, ada sinerji antara mesin dan tenaga kerja embodied technology. Jika pelipatgandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali lipat juga, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Konstan Constant Return to Scale, seperti pada grafik 2.4. Grafik 2. 4 Skala Hasil Konstan Constant Return to Scale Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 Jika penambahan satu unit faktor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Menurun Decreasing Return to Scale seprti pada grafik 2.5. penjelasannya adalah kebalikan dari Skala Hasil Menaik. Grafik 2. 5 Skala Hasil Menurun Decreasing Return to Scale Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 Dalam mencapai keseimbangannya produsen selalu berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output atau minimalisasi biaya. Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan, dicapai output maksimum grafik 2.6.a. Prinsip minimalisasi biaya menyatakan target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum grafik 2.6.b. Grafik 2. 6 Prinsip Efisiensi Sumber: Rahardja dan Manurung 2008 2. Pengukuran Produktivitas pada Lembaga Keuangan Terdapat tiga alternatif untuk mengukur perubahan produktivitas yaitu, 5 Fisher Index, Tornqvist Index dan Malmquist Index. Menurut Gua et al. 6 Tornqvist Index sangat tepat untuk teknologi yang tranlog, artinya dapat menghitung nonparametrik, dalam arti tidak perlu memperkirakan parameter teknologi. Dalam bentuk aslinya, Tornqvist Index tidak memungkinkan untuk menggambungkan pertumbuhan produktivitas menjadi perubahan dalam kinerja dan perubahan teknologi, karena Tornqvist Index menganggap bahwa produksi selalu efisien. Malmquist Index memiliki tiga keunggulan utama jika dibandingkan dengan Fisher dan Tornqvist Index di antaranya, pertama tidak memerlukan maksimalisasi keuntungan atau asumsi minimalisasi biaya, kedua tidak memerlukan informasi tentang harga input dan output, ketiga jika peneliti memiliki data panel, maka dapat dilakukan perubahan produktivitas menjadi dua komponen, yaitu perubahan teknis efisiensi dan perubahan teknis. Kerugian utamanya adalah keharusan untuk menghitung fungsi jarak. Namun, teknik Data Envelopment Analysis DEA dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan non-parametrik yaitu, Data Envelopment Analysis DEA untuk memperkirakan berbagai komponen Malmquist Index seperti, perubahan efisiensi, perubahan teknis, perubahan efisiensi murni dan perubahan skala bank syariah di Indonesia. Metode ini dikembangkan oleh Charnes et al 1978 yang merupakan teknik pemrograman berbasis linear yang disebut 5 Yasushi SuzukI, Efficiency and Productivity Change of The Indonesian Commercial Banks, Ritsumeikan Asia Pacific University, 2011. hlm, 11. 6 Rolf Fare, Shawna Grosskopf, Mary Norris, and Zhongyang Zhang, Productivity Growth, Technical Progress, and Efficiency Change in Industrialized Countries, Vol. 84 No.1, 1994. hlm. 68. sebagai analisis perbatasan dan juga merupakan teknik pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi relatif dari unit produktif yang memiliki beberapa input dan output. DEA adalah suatu metodologi untuk memeriksa efisiensi relatif dengan dipilihnya beberapa input dan output data yang disebut sebagai unit pengambilan keputusan DMU. Dari data yang tersedia, DEA mengidentifikasi unit efisien relatif yang menentukan perbatasan efisiensi dan terletak pada kurva dan mengevaluasi efisien unit lain yang terletak di bawah kurva perbatasan. Malmquist Total Factor Productivity menghitung perubahan dalam produktivitas antara dua titik dengan memperkirakan jarak masing-masing titik yang berhubungan dengan teknologi yang sama. Malmquist Total Factor Productivity yang berorientasi output merubah produktivitas periode dasar t dan periode berikutnya t + 1 yang didefinisikan sebagai: M y t , x t , y t+1 , x t+1 = [ ] ⁄ 1 Sebuah nilai M lebih besar daripada satu menyiratkan pertumbuhan positif pertumbuhan total faktor produktivitas TFP dari periode t untuk periode t + 1, jika tidak, nilai M kurang dari satu menunjukkan penurunan TFP. Persamaan 1 merupakan rata-rata geometris dari dua indeks TFP dan indeks pertama dihitung sehubungan dengan periode teknologi t, sedangkan indeks kedua dievaluasi sehubungan dengan periode t + 1 teknologi. Salah satu keuntungan dari Malmquist Index adalah dapat memungkinkan membedakan antara perubahan teknologi dan perubahan efisiensi teknis. perubahan teknologi diwakili oleh pergeseran perbatasan produksi dan perubahan efisiensi teknis diwakili oleh gerakan perusahaan terhadap kurva perbatasan. Ukuran skor efisiensi teknis harus antara 0 dan 1. Dengan demikian, nilai perubahan efisiensi teknis lebih besar dari satu mencerminkan pergerakan unit yang tidak efisien khususnya terhadap skala hasil konstan perbatasan, dan ditafsirkan sebagai peningkatan efisiensi. Sebaliknya, nilai indeks ini kurang dari satu dijelaskan sebagai penurunan efisiensi. Demikian pula, nilai perubahan teknis lebih besar dari satu berarti kemajuan teknologi atau perluasan perbatasan dan jika nilai kurang dari satu merupakan kemunduran teknologi atau kontraksi perbatasan. Menurut Fare et al. 1993 persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: Perubahan indeks TFP = Dengan demikian, perubahan indeks Total Factor Productivity TFP = {perubahan Efisiensi} X {Perubahan teknologi} dan dapat dibagi menjadi dua komponen seperti perubahan teknologi dan perubahan efisiensi teknis dan diilustrasikan sebagai: Indeks Perubahan Teknologi = 3 Dan Indeks Perubahan Efisiensi = 4 Perubahan efisiensi teknis dapat lebih dibagi menjadi dua, yaitu Perubahan Efisiensi Teknis Murni dimana efisiensi teknis catching-up terhadap various return to scale VRS perbatasan teknologi, dan Perubahan Efisiensi Skala yang cenderung bergerak di sepanjang batas atau unit teknis murni tidak efisien dalam mengubah posisi dengan menjauh dari teknologi yang diperkirakan. Dengan demikian, Perubahan Efisiensi Teknis adalah hasil dari perubahan efisiensi teknis murni PECH dan perubahan efisiensi skala SECH dan dapat ditunjukkan sebagai berikut: Indeks PECH = 5 Dan Index SECH = 6 Sehingga, Perubahan Total factor Productivity TFP = Perubahan Teknologi Perubahan Efisiensi Teknis Murni Perubahan Efisiensi Skala. 3. Konsep Produktivitas dalam Islam Kegiatan produksi merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat menunjang selain kegiatan konsumsi. Kegiatan ini ini merupakan satu mata rantai yang saling berkaitan dan tidak dapat saling melepaskan. Jika dalam konsep ekonomi Islam tujuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa untuk mendapatkan maslahah, maka produsen dalam memproduksi barang dan jasa bertujuan yang dapat memberikan maslahah. Jadi, baik produsen dan konsumen memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai maslahah yang optimum. Taqiyuddin an-Nabhani 7 memberikan pemahaman tentang “produksi” dengan memakai kata “istishna‟” untuk mengartikan produksi dalam bahasa Arab. An Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam memahami produksi itu sebagai suatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunah. Sebab, Rasulullah SAW pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi 7 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 151. SAW telah membuat cincin.” HR. Imam Bukhari. Di dalam QS. Al-Jumuah: 10 merupakan perintah untuk bekerja atau berproduksi. َهل ا ُرُكْذا ه َهل َهلْضهف َْنهم ا ْ ُغهتْبا ه َ هضْره ْْا هفا ْ ُرهشهتْن هف َُۃ ٰصلا َهتهي هضُقاهذه هف ۝ َهن ْ ُحه ْ ُت َُْك هعل اًرْيهثهك Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dibumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung QS. Al- Jumuah: 10. Adapun tujuan produksi dalam ekonomi Islam yaitu: 8 a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat Dalam konsep maslahah, salah satu formulanya adalah harus memenuhi unsur manfaat. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum saja. b. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya Konsumen sering kali tidak mengetahui apa yang dibutuhkannya dimasa depan, sehingga produsen harus mampu menjadi sosok yang kreatif, proaktif, dan inovatif dalam menemukan barang dan jasa apa yang menjadi kebutuhan manusia dan memenuhi kebutuhan tersebut. c. Menyiapkan persediaan barangjasa di masa depan Proodusen harus memiliki sikap proaktif berorientasi ke depan, dengan memproduksi barang-barang yang tidak bertentangan dengan syariat maupun barang 8 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,, hlm. 152. yang memiliki manfaat riil kepada umat dan mengembankan produk tersebut untuk kemaslahatan umat di masa depan. Selain itu, produsen muslim juga harus melakukan riset dan penegmbangan untuk menjaga efisiensi dalam pengelolaan sumber daya ekonomi serta mencari teknologi yang ramah lingkungan. d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah Tujuan lain produksi dalam Islam adalah mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh produsen itu sendiri, sebab produksi tidak akan selalu menghasilkan keuntungan materiil, namun harus mampu memberikan keuntungan bagi orang lain dan agama. Semua tujuan yang telah diuraikan di atas sesuai dengan QS. An-Nur: 37-38 yang menjelaskan faktor keberkahan dari kegiatan produksi-konsumsi. نْوفاخي َهۃ ٰكزلا َهءآتْيها ه َهۃ ٰصلا َه هقها ه َهلهرْكهذ َْنهع َ عْيهب هْ َ ۃهر هجهت َُتْ َْه ْيه ْ َ ل هجهر َُْهدْي هزهي ه ا ْ ُ همهع هم َهنهسْحها َُل َُُ هيهزْجهيهل ۝ َُر هصْبه ْْا ه َُ ُْ ُقْلا َههْيهف َُ هقهتهت ًم ْ هي ۝ َ هسهح هرْيهغهب َُءآهشي َْنهم َُ ُزْرهي َُل ه َْضهف َ هه َْنم Orang yang tidak dilalaikan dengan perdangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang hari kiamat. Mereka melakukan itu agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas. QS. An-Nur: 37-38. Mengacu pada pemikiran Asy-Syaitibi, 9 bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama ad-din, terpeliharanya jiwa an-nafs, terjaminnya berkreasi dan berpikir al- „aql, terpenuhinya kebutuhan materi al-mal, dan keberlangsungan meneruskan keturunan an-nasl. Maka orientasi untuk melakukan produksi adalah tindakan yang seharusnya dilakukan setiap pelaku ekonomi muslim dan mengarah pada kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang lima tersebut. Maka orientasi dalam proses produksi memiliki aspek yang universal dan berdimensi spiritual. 4. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Keuangan Menurut Yildirim 2015 10 , analisis efisiensi adalah alat administrasi penting bagi bank yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan input untuk menghasilkan output. Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel 1957 11 yang merupakan lanjutan dari model yang diajukan Debreu 1951 dan Koopmans 1951. Menurut Farrel efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu Efisiensi Teknis technical efficiency yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai ouput semaksimal mungkin dari jumlah input. Sedangkan Efisiensi Alokatif allocative efficiency menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input 9 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,, hlm. 155. 10 Ismail Yildirim, Financial Efficiency Analysis in Islamic Banks: Turkey and Malaysia Models, Journal of Economic Finance and Accounting Vol. 2 Issue. 3, 2015, hlm. 290. 11 Zaenal Abidin dan Endri, Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis DEA, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11 No. 1, 2009, hlm. 22. tertentu. Menurut Abidin dan Endri 2009, konsep efisiensi dapat dilihat dari sisi input input-oriented maupun dari sisi ouput output-oriented. Pendekatan input- oriented merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan input secara efisien dalam menghasilkan ouput yang lebih banyak atau seberapa banyak input yang akan dikurangi tanpa merubah jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan pendekatan output-oriented merupakan perbandingan antara biaya di semua level output dengan biaya optimum atau seberapa banyak output yang dapat ditingkatkan secara proporsional tanpa merubah jumlah input. First Stage Menurut Abidin 2007 12 , merujuk pada Oral dan Yolalan, 1990; Berger dan Humphrey, 1992, penilaian efisiensi tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi secara penuh dengan memperhitungkan seluruh output dan input. Atas dasar tersebut pengukuran efisiensi dan produktivitas dapat digunakan dengan analisis parametrik seperti Stochastic Frontier Analysis SFA dan analisis non-parametrik seperti Data Envelopment Analysis DEA. Analisis SFA pertama kali diperkenalkan oleh Aigner et al. 1997, sedangkan analisis DEA pengembangan dari matematika linier programming yang diperkenalkan oleh Charnes et al. 1978. Terdapat perbedaan pada kedua analisis tersebut, pada pendekatan SFA memasukkan random eror pada frontier, sedangkan pada pendekatan DEA tidak memasukkan random eror. Sebagai konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan variabel makro. Adapun kelebihan DEA adalah dapat mengindentifikasi input atau output suatu bank 12 Zaenal Abidin, Kinerja Efisiensi pada Bank Umum, Proceeding PESAT Vol. 2, 2007, hlm. A114. yang digunakan sebagai referensi untuk membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari sumber inefisiensi suatu bank. Formula DEA dimulai dari formula sederhana yang ada di linear programming yaitu sebagai berikut: Maksimal 1 Subjek untuk untuk j = 1 … n V I ≥ 0 untuk i = 1 … m, dan u r ≥ 0 untuk r = 1 … s Dimana: h j = nilai efisiensi bank j r = output i = input u r = bobot output r yang dihasilkan oleh bank j y rj = jumlah output r yang dihasilkan oleh bank, dihitung dari r = 1 hingga s v i = bobot input i yang dihasilkan oleh bank j x ij = jumlah input I yang dihasilkan oleh bank, dihitung dari i = 1 hingga m Namun, Charnes, Cooper dan Rhodes 1978 merubah rumus di atas ke dalam masalah pemrograman linear berikut Ataullah, Cockerill dan Le dalam Alkeil 2012 13 : 13 Ahmad M. Abu Alkeil, dkk, Comparison of Efficiency And Productivity Change of Islamic and Conventional Banks: Evidence From Europe and Muslim-Majority Countries?, The Journal of Applied Business Research Vol. 28 No. 6, 2012, hlm. 1390. 2 3 Dimana ɛ adalah angka positif agar semua input dan output memiliki bobot yang positif. Ketika ho = 1 maka DMUo efisien, begitu pun sebaliknya. Namun, jika input yang digunakan tidak efektif, maka akan terjadi input slack kelebihan input, begitu pun dengan output. Slack merupakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk membuat sebuah unit yang tidak efisien menjadi efisien, sehingga semua input slack dan output slack harus sama dengan nol. Perbaikan ini dilakukan dalam bentuk peningkatanpenurunan input atau output. Dalam DEA Multi Stage terdapat dua pendekatan scale yaitu: a. Constant Return to Scale Model Constant Return to Scale CCR merupakan model dasar DEA yang membawa implikasi pada bentuk effisient set yang linier. Model Constant Return to Scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan Rhodes model CCR, model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama. Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuatan keputusan UPK beroperasi pada skala yang optimal. Adapun rumusan DEA CRS adalah sebagai berikut: Min θλ θ, St –y i + Yλ≥0, Θxi - Xλ≥ 0 λ ≥ 0 b. Variable Return to Scale Model ini dikembangkan oleh BBC Banker, Charnes Cooper pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama Variable return to scale. Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesaar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Adapun rumusan DEA VRS adalah sebagai berikut: Ma x φλ φ, St –φy i + Yλ≥0, xi - Xλ≥ 0 N1’λ = 1 λ ≥ 0 Menurut Hadad et.al. 2003 14 , konsep-konsep yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan input-output dalam tingkah laku dari institusi financial adalah: a. Pendekatan PenghasilanProduksi The Production Approach, menganggap Lembaga Keuangan sebagai produsen dari akun deposit deposit accounts and 14 Mualiaman D. Hadad, dkk, Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia : Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis DEA, 2003, hlm. 3. kredit pinjaman loans, kemudian output didefinisikan sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Sedangkan input dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap fixed assets and material lainnya. b. Pendekatan Intermediasi The Intermediation Approach, merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman loans dan investasi finansial financial investments. c. Pendekatan Aset The Asset Approach, memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman loans; dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset. Second Stage Metode Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas nilainya non-censured; hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel baik bebas maupun tidak bebas diukur dengan benar; tidak ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan menjadi tepat. Dalam penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur data seperti ini dinamakan data tersensor censored data. Model standar Tobit dapat didefinisikan untuk observasi bank sebagai berikut: 15 Dalam model Tobit terdapat tambahan informasi koefisiens skala SCALE yaitu faktor skala yang akan diestimasi σ. Faktor skala ini dapat digunakan untuk mengestimasi standar deviasi dari residual. Fungi Likelihood L dimaksimum maximum likelihood untuk mengestimasi parameter β dan σ yang didasarkan atas observasi bank yi dan xi: 5. Konsep Efisiensi dalam Islam Menurut Ali dan Ascarya 2010 16 , dalam Islam tidak dikenal istilah efisiensi, namun tujuan efisiensi mencapai keuntungan optimal tertuang dalam perwujudan hasil usaha yang optimal kerja keras untuk menghasilkan sesuatu secara optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan etika syariah. Kemudian, 15 Endri, Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage DEA, STEI TAZKIA, 2011, hlm. 17. 16 M.Mahbubi Ali dan Ascarya, Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil dengan Pendekatan Two Stage DEA Studi Kasus Kantor Cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri, Jurnal TAZKIA Vol 5 No. 2, 2010, hlm. 113. keseimbangan juga berarti mewujudkan value added, produsen harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk itu Islam memberikan beberapa batasan, di antaranya: a. Memanfaatkan potensi sumber daya alam … ه ْيهف َُْكهرهمْعهتْسا ه َ هضْره ْْا َهنم َُْكه هشْنها ه ُه … “… Dia telah menciptakanmu dari bumi tanah dan menjadikanmu pemakmurnya … “QS Huud:61. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja memakmurkan bumi dan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam. b. Spesialisasi kerja Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun, menurutnya konsep spesialisasi kerja terjadi karena jumlah penduduk yang semakin besar, sehingga akan memperbesar surplus dan perdagangan internasional. Konsep spesialisasi kerja akan tergantung pada perbedaan keahlian dan keterampilan dibandingkan dengan sumber daya alam yang dimiliki. Dijelaskan dalam hadist Nabi SAW tentang konsep itqan dan ihsan. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan pekerjaan berproduksi dengan cermat dan tekun itqan”. HR. Thabrani. c. Larangan Riba Pengharaman riba bunga merupakan salah satu Islam mewujudkan efisiensi dengan cara minimalisis biaya produksi sehingga biaya produksi akan lebih rendah efisien. Firman Allah SWT: … ا ٰبرلا َهرهح ه َهعْيهبْلا َُل َلهحها ه … “… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …” QS. Baqarah:275. d. Larangan israf dan tabdzir dalam produksi Menurut Al-Mawardi dalam Kantakji, israf adalah kesalahan menggunakan takaran yang tepat, sedangkan tabzir adalah kebodohan dalam menggunakan alokasi yang tepat. Firman Allah SWT: َ هُ ُكُا ً ه هتْخُم َهعْرزلا ه َهلْخنلا َ ت ٰش ْ ُرْعهمهرْيهغ َ ت ٰش ْ ُرْعم َ تنهجه هشْنها َ ْ هذلا ه ُه ه َهرهمْثها آهذها َ ه هرهمهث َْنهما ُْ ُك َ ههب هشهتُم َهرْيهغ ً هب هشهتُم َهن مرلا ه َهن ْ ُتْيزلا ه ۝ َهنْيهف هرْسُمْلا َُ هحُي هْ َ هنها َ اْ ُفهرْسُت هْ ه َ ههد هصهح َه ْ هي َ هقهحا ْ ُتٰا ه “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak serupa rasanya. Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya zakatnya pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan.” QS. Al-An’am: 141.

C. Kajian Terdahulu