Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah

48 Dengan demikian, pendapat yang paling kuat dan tepat mengenai batasan Makkiyah dan Madaniyah adalah pendapat yang mendasarkan klasifikasinya pada waktu, yaitu sebelum atau setelah hijrah. Maka, yang paling tepat adalah bahwa apa yang diturunkan sebelum hijrah disebut Makkiyah, dan apa yang diturunkan setelahnya disebut Madaniyah.

2.2. Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah

Mengenai cara bagaimana ayat-ayat tersebut diketahui sebagai Makkiyah atau Madaniyah, menurut al-Bâqillâni, adalah dengan merujuk hafalan sahabat dan tabiin. Sebab, hal ini tidak dinyatakan oleh Nabi. 14 Para sahabat ra. telah menyaksikan wahyu, tempat, waktu dan obyek yang menjadi sasarannya. Rasul saw. telah menyampaikan kepada mereka, lalu mereka menyampaikan apa yang disampaikan kepada mereka pada kita. Bukan hanya itu, mereka juga menyampaikan tempat dan waktu turunnya ayat; mana yang diturunkan malam dan siang, waktu bepergian dan tidak, di gunung atau tidak, ketika musim semi atau gugur dan seterusnya. Adalah Ibn Mus’ûd ra. diriwayatkan pernah berkata: ﻱِﺬﱠﻟﺍ ِﻪﱠﻠﻟﺍَﻭ ﱠﻻِﺇ ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ ِﺏﺎ َﺘِﻛ ْﻦِﻣ ٌﺓَﺭﻮُﺳ ْﺖَﻟِﺰْﻧُﺃ ﺎَﻣ ُﻩُﺮْﻴَﻏ َﻪَﻟِﺇ َﻻ ﺎ َﻧَﺃ ﱠﻻِﺇ ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ ِﺏﺎ َﺘِﻛ ْﻦ ِﻣ ٌﺔ َﻳﺁ ْﺖ َﻟِﺰْﻧُﺃ َﻻَﻭ ْﺖ َﻟِﺰْﻧُﺃ َﻦ ْﻳَﺃ ُﻢ َﻠْﻋَﺃ ﺎ َﻧَﺃ ُﻪ ُﻐﱢﻠَﺒُﺗ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺏﺎَﺘِﻜِﺑ ﻲﱢﻨِﻣ َﻢَﻠْﻋَﺃ ﺍًﺪَﺣَﺃ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ْﻮَﻟَﻭ ْﺖَﻟِﺰْﻧُﺃ َﻢﻴِﻓ ُﻢَﻠْﻋَﺃ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ُﺖْﺒِﻛَﺮَﻟ ُﻞِﺑِﻹﺍ Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, tidak satu surat pun dari Kitabullah ini yang diturunkan kecuali aku mengetahui di mana ia diturunkan, dan tidak ada satu ayat pun dari Kitabullah ini diturunkan kecuali aku mengetahui dalam konteks apa ia diturunkan. Kalau aku tahu ada orang yang lebih tahu daripada aku mengenai Kitabullah, yang bisa dijangkau oleh unta, pasti aku akan mengendarainya ke sana H.r. al-Bukhârî. 14 Lihat, as­Suyûthi, al­Itqân, juz I, hal. 23. 49 Karena itu, masalah Makkiyah dan Madaniyah adalah masalah simâ’î. Artinya, rujukan utama untuk mengetahui masalah tersebut adalah mendengarkan penuturan para sahabat ra. Karena merekalah yang menjadi saksi hidup wahyu; waktu, tempat, peristiwa dan orang yang menjadi sasaran turunnya seruan al-Qur’an. Pernyataan mereka dalam hal ini dihukumi Marfû’, atau sama dengan hadits yang dinisbatkan langsung kepada Nabi saw. Sebab, dalam hal ini tidak ada ruang bagi pandangan pribadi sahabat. Jika riwayat yang dinyatakan dari sahabat tersebut sahih, maka harus diterima, dan tidak boleh diganti kecuali dengan dalil yang lebih kuat. Dalam hal ini, al-Bâqillâni menganalogikan pernyataan tabiin dengan sahabat. Alasannya, karena para tabiin senior telah menyaksikan para saksi hidup wahyu tersebut, yaitu sahabat. Merekalah yang menyampaikan informasi tersebut kepada kita. Dalam konteks inilah, as-Syâfi’i telah menerima hadits Mursal tabiin senior. 15

2.3. Ciri Khas Ayat Makkiyah dan Madaniyah