41
ٍﺩﺎ َﻋ َﻻَﻭ ٍﻍﺎ َﺑ َﺮ ْﻴَﻏ ﱠﺮُﻄ ْﺿﺍ ِﻦ َﻤَﻓ ِﻪ ِﺑ ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ ِﺮْﻴَﻐِﻟ ﱠﻞِﻫُﺃ ﺎًﻘْﺴِﻓ ْﻭَﺃ ٌﻢﻴِﺣَﺭ ٌﺭﻮُﻔَﻏ َﻚﱠﺑَﺭ ﱠﻥِﺈَﻓ
[ Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa
yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Yang pertama kali diturunkan untuk mengatur makanan di
Madinah adalah surat al-Baqarah: 173: ]
ِﻪ ِﺑ ﱠﻞ ِﻫُﺃ ﺎ َﻣَﻭ ِﺮ ﻳِﺰْﻨِﺨْﻟﺍ َﻢ ْﺤَﻟَﻭ َﻡﱠﺪﻟﺍَﻭ َﺔَﺘْﻴَﻤْﻟﺍ ُﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﻡﱠﺮَﺣ ﺎَﻤﱠﻧِﺇ ﱠﻥِﺇ ِﻪ ْﻴَﻠَﻋ َﻢ ْﺛِﺇ ﻼ َﻓ ٍﺩﺎ َﻋ ﻻَﻭ ٍﻍﺎ َﺑ َﺮ ْﻴَﻏ ﱠﺮُﻄ ْﺿﺍ ِﻦ َﻤَﻓ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺮْﻴَﻐِﻟ
ٌﻢﻴِﺣَﺭ ٌﺭﻮُﻔَﻏ َﻪﱠﻠﻟﺍ
[ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
1.4. Yang Terakhir Diturunkan
Para ulama’ juga berbeda pendapat mengenai yang terakhir diturunkan menjadi beberapa pendapat, yang paling populer:
1. Bahwa yang terakhir diturunkan adalah firman Allah: ]
َﺲْﻴ َﻟ َﻚ َﻠَﻫ ٌﺅُﺮ ْﻣﺍ ِﻥِﺇ ِﺔ َﻟﻼَﻜْﻟﺍ ﻲ ِﻓ ْﻢُﻜﻴِﺘْﻔُﻳ ُﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞُﻗ َﻚَﻧﻮُﺘْﻔَﺘْﺴَﻳ ْﻦُﻜَﻳ ْﻢَﻟ ْﻥِﺇ ﺎَﻬُﺛِﺮَﻳ َﻮُﻫَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎَﻣ ُﻒْﺼِﻧ ﺎَﻬَﻠَﻓ ٌﺖْﺧُﺃ ُﻪَﻟَﻭ ٌﺪَﻟَﻭ ُﻪَﻟ
42
ِﺇَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎﱠﻤِﻣ ِﻥﺎَﺜُﻠﱡﺜﻟﺍ ﺎَﻤُﻬَﻠَﻓ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ﺎَﺘَﻧﺎَﻛ ْﻥِﺈَﻓ ٌﺪَﻟَﻭ ﺎَﻬَﻟ ﺍﻮُﻧﺎ َﻛ ْﻥ
ْﻢ ُﻜَﻟ ُﻪ ﱠﻠﻟﺍ ُﻦﱢﻴَﺒُﻳ ِﻦْﻴَﻴَﺜْﻧُﻷﺍ ﱢﻆَﺣ ُﻞْﺜِﻣ ِﺮَﻛﱠﺬﻠِﻠَﻓ ًءﺎَﺴِﻧَﻭ ﻻﺎَﺟِﺭ ًﺓَﻮْﺧِﺇ ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٍءْﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ ُﻪﱠﻠﻟﺍَﻭ ﺍﻮﱡﻠِﻀَﺗ ْﻥَﺃ
[ Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah:
Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai
saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-
laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara-
saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki- laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Q.s. an-Nisa’: 176.
6
2. Ibn ‘Abbâs berpendapat, bahwa ayat yang diturunkan terakhir adalah ayat tentang riba:
]
ْﻥِﺇ ﺎَﺑﱢﺮﻟﺍ َﻦِﻣ َﻲِﻘَﺑ ﺎَﻣ ﺍﻭُﺭَﺫَﻭ َﻪﱠﻠﻟﺍ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺍَء َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃﺎَﻳ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ
[ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman
Q.s. al-Baqarah: 278.
7
3. Beliau juga berpendapat, bahwa ayat yang diturunkan terakhir adalah:
6
H.r. AlBukhâri dan Muslim.
7
H.r. AlBukhâri.
43 ]
ﺎ َﻣ ٍﺲ ْﻔَﻧ ﱡﻞ ُﻛ ﻰﱠﻓَﻮ ُﺗ ﱠﻢ ُﺛ ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻪﻴِﻓ َﻥﻮُﻌَﺟْﺮُﺗ ﺎًﻣْﻮَﻳ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺍَﻭ َﻥﻮُﻤَﻠْﻈُﻳ ﻻ ْﻢُﻫَﻭ ْﺖَﺒَﺴَﻛ
[ Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada
waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang
telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan
Q.s. al-Baqarah: 281.
8
4. Sa’id bin al-Musayb berkata, bahwa ayat yang diturunkan terakhir adalah ayat hutang.
Pendapat Ibn ‘Abbâs yang pertama dan kedua, bisa dikompromikan sehingga bisa disimpulkan, bahwa kedua ayat
tersebut adalah ayat yang diturunkan terakhir secara bersama-sama sekaligus, sebagaimana dalam urutan ayat-ayat tersebut dalam
Mushaf. Karena itu, masing-masing sah disebut sebagai yang terakhir diturunkan. Mengenai pendapat yang menyatakan, bahwa ayat
Kalâlah sebagai yang terakhir diturunkan, maksudnya adalah yang terakhir diturunkan dalam konteks hukum
Farâi’dh dan hukum. Meski demikian, ada ambiguitas
isykâl yang tampak dari teks surat al-Mâ’idah: 3 yang menyatakan:
]
ُﺖﻴ ِﺿَﺭَﻭ ﻲ ِﺘَﻤْﻌِﻧ ْﻢُﻜْﻴ َﻠَﻋ ُﺖ ْﻤَﻤْﺗَﺃَﻭ ْﻢُﻜَﻨ ﻳِﺩ ْﻢ ُﻜَﻟ ُﺖ ْﻠَﻤْﻛَﺃ َﻡْﻮ َﻴْﻟﺍ ﺎًﻨﻳِﺩ َﻡﺎَﻠْﺳِﺈْﻟﺍ ُﻢُﻜَﻟ
[ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
dimana secara eksplisit ayat tersebut menyatakan, bahwa Islam telah sempurna sehingga tidak perlu lagi diturunkan ayat-ayat berikutnya.
Namun kenyataannya ayat ini bukan ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasul, sebab ketika itu Rasul masih hidup selama 81 hari.
8
H.r. AlBukhâri.
44 Dan setelah itu, masih ada beberapa ayat yang diturunkan, antara
lain, secara berurutan ayat kalâlah, ribâ dan dayn hutang.
9
Sementara ketika ayat
ribâ, ayat 281 dan ayat dayn diturunkan, Rasul masih hidup selama 9 malam.
10
Lalu, apa yang dimaksud dengan firman Allah: al-
yawm[a] akmaltu lakum dînakum hari ini, Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, yang berarti secara eksplisit, ayat ini
menyatakan, bahwa sejak hari ini hari Jumat, saat Nabi wuquf di Arafah agama ini telah sempurna, tidak ada penambahan dan
pengurangan. Bentuk ambiguitas isykâl sebagaimana kata as-Suyûthi
ini dijelaskan oleh as-Sâyis dengan baik. Menurutnya, yang dimaksud Allah telah menyempurnakan agama ini adalah, bahwa sebelum
turunnya ayat ini, hukum-hukum Islam ada yang ---menurut ilmu Allah--- bersifat temporal, dan berpeluang untuk dinasakh, namun
sekarang semuanya sudah sempurna dan layak untuk diimplementasikan pada tiap waktu dan tempat. Di sini,
kesempurnaan Islam tersebut terlihat pada substansinya, ketika ia mengajarkan dasar-dasar akidah, legislasi hukum
tasyrîal-ahkâm dan ketentuan ijtihad
qawânîn al-ijtihâd.
11
Di sisi lain, orang Arab biasa menggunakan lafadz:
dîn agama dengan konotasi: syarîah yang disyariatkan,
12
yang meliputi akidah dan hukum syara, baik ibadah, ekonomi, pemerintahan, sosial, pendidikan maupun lain-lain. Ini
artinya, sebagai ajaran, Islam adalah ajaran yang sempurna, meliputi
9
Menurut BukhâriMuslim, yang terakhir diturunkan adalah ayat kalâlah Q.s. anNisâ [3]: 176, sedangkan menurut Said bin al
Musayb, ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat hutang Q.s. al Baqarah [2]: 282, sedangkan menurut Ibn Abbâs, adalah ayat riba
Q.s. alBaqarah [2]: 277 dan ayat 281. Dalam tarjih asSuyûthi, ketiganya bisa dikompromikan dengan kesimpulan bahwa ketiga
tiganya diturunkan sekali, sebagaimana yang terdapat dalam urutan mushaf.
10
Lihat, asSuyûthi, alItqân fi Ulûm alQurân, Dâr alFikr, Beirut, t.t., juz I, hal. 27.
11
Ali asSâyis, Tafsîr, juz I, hal. 166.
12
AlQurthûbi, alJâmi li Ahkâm alQurân, ketika menafsirkan surat alMâidah [5]: 3.
45 seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak ada lagi aspek syariah yang
belum dibahas di dalamnya. Dengan demikian, pendapat yang paling kuat mengenai yang
terakhir diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibn ‘Abbâs di atas.
1.5. Rasionalisasi Turunnya al-Qur’an Secara Bertahap