15
Bab II Wahyu
1. Definisi Wahyu 1.1. Konotasi Harfiah
Lafadz Wahy[u] adalah lafadz Mashdar yang mempunyai
konotasi isyarat halus yang cepat isyârah sarîah khafiyyah. Jika
dikatakan: Awhaytu ila Fulân saya berbicara kepadanya dengan cepat
dan secara rahasia. Maka, secara etimologis, wahyu berarti isyarat,
sinyal atau ilham. Al-Quran telah menggunakan lafadz tersebut dengan konotasi harfiah seperti ini, antara lain:
1. Intuisi naluri hewan: lafadz wahy[u] dengan konotasi seperti
ini digunakan oleh Allah SWT. dalam surat an-Nahl: 68: ]
َﻦ ِﻣَﻭ ﺎ ًﺗﻮُﻴُﺑ ِﻝﺎ َﺒِﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ ﻱِﺬِﺨﱠﺗﺍ ِﻥَﺃ ِﻞْﺤﱠﻨﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﻚﱡﺑَﺭ ﻰَﺣْﻭَﺃَﻭ َﻥﻮُﺷِﺮْﻌَﻳ ﺎﱠﻤِﻣَﻭ ِﺮَﺠﱠﺸﻟﺍ
[ Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.
2. Bisikan jahat, baik yang berasal dari manusia, jin maupun syetan
. Allah menggunakan lafadz wahy[u] dengan konotasi seperti ini, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Anâm:
112: ]
ﻋ ﱟﻲ ِﺒَﻧ ﱢﻞ ُﻜِﻟ ﺎَﻨْﻠـ َﻌَﺟ َﻚِﻟَﺬ َﻛَﻭ ﱢﻦ ِﺠْﻟﺍَﻭ ِﺲ ْﻧِﻹﺍ َﻦﻴِﻃﺎَﻴ َﺷ ﺍﻭُﺪَـ
ﺍًﺭﻭُﺮـُﻏ ِﻝْﻮَﻘْﻟﺍ َﻑُﺮْﺧُﺯ ٍﺾْﻌَﺑ ﻰَﻟِﺇ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ ﻲِﺣﻮُﻳ
[
16 Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia. ]
ْﻥِﺇَﻭ ْﻢُﻛﻮُﻟِﺩﺎ َﺠُﻴِﻟ ْﻢِﻬِﺋﺎ َﻴِﻟْﻭَﺃ ﻰ َﻟِﺇ َﻥﻮ ُﺣﻮُﻴَﻟ َﻦﻴِﻃﺎَﻴ ﱠﺸﻟﺍ ﱠﻥِﺇَﻭ َﻥﻮُﻛِﺮْﺸُﻤَﻟ ْﻢُﻜﱠﻧِﺇ ْﻢُﻫﻮُﻤُﺘْﻌَﻃَﺃ
[ Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya
agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
3. Isyarat dan sinyal: Konotasi seperti ini dinyatakan oleh Allah dalam surat Maryam: 11:
]
َﻦِﻣ ِﻪِﻣْﻮَﻗ ﻰَﻠَﻋ َﺝَﺮَﺨَﻓ ﺍﻮُﺤﱢﺒ َﺳ ْﻥَﺃ ْﻢِﻬْﻴ َﻟِﺇ ﻰَﺣْﻭَﺄ َﻓ ِﺏﺍَﺮ ْﺤِﻤْﻟﺍ
ﺎﻴِﺸَﻋَﻭ ًﺓَﺮْﻜُﺑ
[ Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
Ayat ini tidak boleh ditafsirkan dengan konotasi berbicara, sebab konotasi tersebut terhambat oleh firman Allah
sebelumnya: ]
َﺙَﻼ َﺛ َﺱﺎ ﱠﻨﻟﺍ َﻢ ﱢﻠَﻜُﺗ ﱠﻻَﺃ َﻚ ُﺘَﻳﺍَء َﻝﺎ َﻗ ًﺔ َﻳﺍَء ﻲ ِﻟ ْﻞ َﻌْﺟﺍ ﱢﺏَﺭ َﻝﺎ َﻗ ﺎﻳِﻮَﺳ ٍﻝﺎَﻴَﻟ
[ Zakariya berkata: Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda. Tuhan
berfirman: Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap- cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.
17 1.2. Konotasi Syari
Para ulama telah mendefinisikan wahy[u] dengan definisi
yang beragam. Ada yang panjang dan sangat singkat. Namun, definisi terbaik dan berkualitas adalah definisi yang dikemukakan oleh
Ibn Hajar dalam Fath al-Bâri:
ُﻢْﺳﺍ ِﻪِﺑ ُﺩﺍَﺮُﻳَﻭ ُﻲْﺣَﻮﻟﺍ ُﻖَﻠْﻄُﻳ ْﺪَﻗَﻭ ِﻉْﺮﱠﺸﻟﺎِﺑ ُﻡَﻼْﻋِﻹﺍ ﺎًﻋْﺮَﺷَﻭ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ُﻝﱠﺰَﻨُﻤْﻟﺍ ِﷲﺍ ُﻡَﻼَﻛ َﻮُﻫَﻭ ﻲَﺣْﻮُﻤْﻟﺍ ﻱﺃ ُﻪْﻨِﻣ ِﻝْﻮُﻌْﻔَﻤْﻟﺍ
e
.
Secara syar’i, wahyu adalah pemberitahuan mengenai syariat. Kadang disebut dengan istilah wahyu, namun dengan konotasi isim
Maf’ûl-nya, yaitu sesuatu yang diwahyukan, yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
1
Atau pemberitahuan Allah kepada salah seorang Nabi-Nya mengenai salah satu hukum syariat dan sejenisnya.
Atau seperti yang diriwayatkan dari az-Zuhri yang
menyatakan:
٬ِﻪ ِﺒْﻠَﻗ ﻲِﻓ ُﻪَﺘِﺒْﺜُﻴَﻓ ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷﺍ َﻦِﻣ ﱟﻲِﺒَﻧ ﻰَﻟِﺇ ِﷲﺍ َﻲِﺣْﻮُﻳ ﺎَﻣ ُﻲْﺣَﻮْﻟَﺍ ِﷲﺍ ُﻡَﻼَﻛ َﻮُﻫَﻭ ُﻪَﺒُﺘْﻜَﻳَﻭ ِﻪِﺑ َﻢﱠﻠَﻜَﺘَﻴَﻓ
.
Wahyu adalah apa yang diwahyukan Allah kepada salah seorang Nabi; Dia tetapkan ke dalam hatinya, sehingga Dia
menyampaikannya dengan kata-kata, dan dia menulisnya, dan itulah kalam Allah.
2
Setelah mengemukakan berbagai konotasi yang dikemukakan di atas, ada satu pertanyaan mengenai:
Apakah wahyu Allah SWT. kepada ibu Musa as. itu bisa dinisbatkan kepada konotasi harfiah ataukah
1
AlAsqalâni, Fath alBâri, ed. Muhammad Fu’âd ‘Abd alBâqî – Muhibbudîn alKhathîb, Dâr alMa’rifah, Beirut, 1379, juz I, hal. 9.
2
AsSuyûthi, alItqân, Dâr alFikr, Beirut, t.t., juz I, hal. 45.
18 syari? sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam surat al-
Qashash: 7: ]
ِﻪﻴِﻘْﻟَﺄَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﺖْﻔِﺧ ﺍَﺫِﺈَﻓ ِﻪﻴِﻌِﺿْﺭَﺃ ْﻥَﺃ ﻰَﺳﻮُﻣ ﱢﻡُﺃ ﻰَﻟِﺇ ﺎَﻨْﻴَﺣْﻭَﺃَﻭ ُﻩﻮُﻠِﻋﺎ َﺟَﻭ ِﻚ ْﻴَﻟِﺇ ُﻩﻭﱡﺩﺍَﺭ ﺎ ﱠﻧِﺇ ﻲ ِﻧَﺰْﺤَﺗ َﻻَﻭ ﻲِﻓﺎ َﺨَﺗ َﻻَﻭ ﱢﻢَﻴ ْﻟﺍ ﻲ ِﻓ
َﻦﻴِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟﺍ َﻦِﻣ
[ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah dia, dan apabila
kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul.
Qatâdah berpendapat, bahwa wahyu kepada ibu Musa as.
tersebut merupakan intuisi fitri atau intuisi alami. Yang antara lain mendukung pandangan tersebut adalah
ar-Râghib al-Ashfahânî
yang kemudian diikuti oleh Ibn Katsîr, al-Baydhâwi dan lain-lain.
3
2. Realitas Wahyu 2.1. Wahyu sebagai Panduan Manusia