114 }
َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎﱠﻣَﺃَﻭ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ْﺖﱠﻀَﻴْﺑﺍ
ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ ِﺔَﻤْﺣَﺭ ﻲِﻔَﻓ َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ﺎَﻬﻴِﻓ ْﻢُﻫ
{ Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka
mereka berada dalam rahmat Allah surga; mereka kekal di dalamnya.
Q.s. Ali Imrân: 107.
Struktur kalimat: ibyadhdhat wujûhuhum putih berseri
mukanya, adalah ungkapan mengenai keadaan para penghuni syurga. Namun, di sini lafadz yang
menunjukkan tempat syurga tersebut sama sekali tidak disinggung, selain kondisi para penghuninya.
2.3. Isytiqâq
Jika orang Arab menggunakan kata dasar dengan konotasi tertentu, maka seluruh derivat atau pecahan
musytaqqât kata tersebut, sebagaimana paradigma kata
wazn al-kalimah, bisa digunakan dengan konotasi yang berkaitan langsung dengan makna
kata dasarnya, baik pecahan baru ini telah digunakan ataupun tidak. Misalnya, orang Arab telah menggunakan kata:
Salim[a], dengan makna yang sudah populer, yaitu selamat. Mereka juga telah
menggunakan Sâlim, atau Salîm, namun mereka belum pernah
menggunakan Salmân, dengan mengikuti paradigma kata: Fa’lân,
sebagai bentuk klimaks shîghah mubâlaghah dari kata: Salim[a]. Maka,
penggunakan kata: Salmân tersebut merupakan penggunaan bahasa
Arab, dan kata tersebut merupakan kata Arab, meski belum pernah digunakan oleh orang Arab, selama mereka penggunaannya
berpedoman pada akar pecahannya. Pecahan
isytiqâq itu bisa dibagi menjadi dua macam: 1.
Shaghîr: pecahan seperti ini juga disebut pecahan sederhana, umum dan
ashghar. Ini hampir berlaku secara umum untuk bahasa Arab, sebagaimana
tashrîf perubahan kata yang telah dijelaskan dalam kasus:
Salim[a], dengan seluruh makna: salâmah selamat dan seluruh pecahannya, seperti: Salim[a],
Yaslim[u], Sâlim, Salmâ, Salâmah, Salîm dan sebagainya.
115 2.
Kabîr: pecahan ini terjadi pada bagian-bagian bahasa. Ini juga disebut
akbar, yaitu mengubah huruf-huruf kata dasar dengan seluruh maknanya. Misalnya kata:
Jabar[a], menjadi: Jarab[a], Baraj[a], Bajar[a], Rajab[a], Rabaj[a] dengan seluruh
maknanya, yang semuanya berkonotasi kuat al-quwwah dan
keras as-syiddah.
Pecahan isytiqâq ini umumnya diambil dari kata kerja fi’l
atau masdar, baik dengan cara sederhana maupun kompleks. Namun,
kadang diambil dari yang lain, seperti ism jâmid kata non-derivatif,
seperti kata: A’raq[a] dan Anjad[a] yang diambil dari kata: ‘Irâq dan
Najd, yang berarti pergi ke Irak atau Najd, atau memasuki Irak dan Najd. Ada yang berkaitan dengan pecahan
isytiqâq, yang diambil dari struktur kata
tarkîb, seperti: ‘Abasyamî yang diambil dari ‘Abd Syams, atau Basmal[a] yang diambil dari Bismi-Llâh[i] ar-Rahmân[i] ar-
Rahîm. Pendek kata, pintu pecahan
isytiqâq ini sangat luas dan penting. Pembahasan ini urgens, karena semua bentuk pecahannya
mempunyai satu makna yang sama secara umum, dengan kata dasarnya.
2.4. Ta’rîb