11 3. Ketika dibaca al-Quran bernilai ibadah, sehingga hukum
membacanya bernilai pahala, dan membacanya dalam shalat merupakan salah satu rukun, sehingga tidak akan sempurna
shalat seseorang tanpanya. Namun, tidak dengan hadits qudsi, yang jika dibaca justru akan membatalkan shalat.
4. Masing-masing ayat al-Quran, ayat per ayatnya adalah Mutawatir, sementara hadits qudsi tidak; di dalamnya ada
yang qathi dan kebanyakan dhanni.
11
5. Al-Quran selalu disampaikan kepada Nabi saw. melalui malaikat Jibril, sementara hadits qudsi tidak.
6. Al-Quran dijaga oleh Allah, tetapi hadits qudsi tidak.
2.3. Perbedaan al-Quran dengan Hadits secara Umum
Adapun perbedaan al-Quran dengan hadits secara umum, bisa diuraikan sebagai berikut:
1. Perkataan, perbuatan maupun pembenaran dalam hadits itu merupakan ekspresi manusia, meski bersumber dari wahyu.
Berbeda dengan al-Quran yang merupakan kalam Allah. 2. Al-Quran selalu dinukil dalam bentuk kalam atau ungkapan
kata, sedangkan hadits tidak. 3. Al-Quran selalu diriwayatkan secara Mutawatir, ayat per
ayatnya, sedangkan hadits tidak. 4. Al-Quran dilindungi oleh Allah dari berbagai kesalahan,
tetapi hadits tidak. Karenanya, terjadi pemalsuan hadits dan sebagainya.
12
3. Nama-nama dan Sifat al-Quran 3.1. Nama-nama al-Quran
Selain al-Quran, Allah SWT. juga menyebutnya dengan nama-nama yang lain. Dalam hal ini, bisa disebutkan sebagai berikut:
11
Ali alHasan, alManâr, hal. 15.
12
Ahmad von Danffer, Ulûm alQurân An Introduction to the Sciences of the Qurân, The Islamic Foundation, United Kingdom, third reprint
in Malaysia. 1991, hal. 20.
12 1.
Kitâb: Allah menyebut al-Quran dengan sebutan Kitâb, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Jâtsiyah: 2:
]
ِﻢﻴِﻜَﺤْﻟﺍ ِﺰﻳِﺰَﻌْﻟﺍ ِﻪﱠﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ِﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ُﻞﻳِﺰْﻨَﺗ
[ Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. 2.
Dzik: Allah menyebut al-Quran dengan sebutan Dzikr, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Hijr: 9:
]
َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺤَﻟ ُﻪَﻟ ﺎﱠﻧِﺇَﻭ َﺮْﻛﱢﺬﻟﺍ ﺎَﻨْﻟﱠﺰَﻧ ُﻦْﺤَﻧ ﺎﱠﻧِﺇ
[ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. 3.
Furqân: Allah juga menyebut al-Quran dengan sebutan Furqân, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Fuqân:
1: ]
َﻦﻴِﻤَﻟﺎ َﻌْﻠِﻟ َﻥﻮ ُﻜَﻴِﻟ ِﻩِﺪ ْﺒَﻋ ﻰ َﻠَﻋ َﻥﺎ َﻗْﺮُﻔْﻟﺍ َﻝﱠﺰ َﻧ ﻱِﺬ ﱠﻟﺍ َﻙَﺭﺎ َﺒَﺗ ﺍًﺮﻳِﺬَﻧ
[ Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan Al Quran
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
4. Tanzîl: al-Quran disebut Tanzîl oleh Allah SWT. dalam
banyak ayat, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat as- Syuarâ: 192:
]
َﻦﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟﺍ ﱢﺏَﺭ ُﻞﻳِﺰْﻨَﺘَﻟ ُﻪﱠﻧِﺇَﻭ
[ Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam.
13 3.2. Sifat-sifat al-Quran
Allah SWT. juga menyebut sejumlah sifat sebagai sifat al- Quran. Antara lain bisa disebutkan sebagai berikut:
1. Mubârak: Allah menyifati al-Quran dengan sifat Mubârak,
sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Shad: 29: ]
ﻮ ُﻟﻭُﺃ َﺮﱠﻛَﺬ َﺘَﻴِﻟَﻭ ِﻪ ِﺗﺎَﻳﺍَء ﺍﻭُﺮﱠﺑﱠﺪ َﻴِﻟ ٌﻙَﺭﺎ َﺒُﻣ َﻚ ْﻴَﻟِﺇ ُﻩﺎ َﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ٌﺏﺎ َﺘِﻛ ِﺏﺎَﺒْﻟَﻷﺍ
[ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
2. Hakîm: Allah juga menyifasinya dengan al-hakîm,
sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Yasin: 2: ]
ِﻢﻴِﻜَﺤْﻟﺍ ِﻥﺍَءْﺮُﻘْﻟﺍَﻭ
[ Demi al-Quran yang penuh hikmah.
3. Majîd: Allah juga menyifati al-Quran dengan al-Majîd,
sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Qaf: 1: ]
ِﺪﻴِﺠَﻤْﻟﺍ ِﻥﺍَءْﺮُﻘْﻟﺍَﻭ ﻕ
[ Qaaf. Demi Al Quran yang sangat mulia.
Dan masih banyak sifat-sifat yang lain. Bagi yang ingin menambah pengetahuan akan sifat-sifat tersebut, hendaknya merujuk kepada
kitab al-Burhân, karya az-Zarkasyi ataupun al-Itqân, karya as-Suyuthi.
15
Bab II Wahyu
1. Definisi Wahyu 1.1. Konotasi Harfiah
Lafadz Wahy[u] adalah lafadz Mashdar yang mempunyai
konotasi isyarat halus yang cepat isyârah sarîah khafiyyah. Jika
dikatakan: Awhaytu ila Fulân saya berbicara kepadanya dengan cepat
dan secara rahasia. Maka, secara etimologis, wahyu berarti isyarat,
sinyal atau ilham. Al-Quran telah menggunakan lafadz tersebut dengan konotasi harfiah seperti ini, antara lain:
1. Intuisi naluri hewan: lafadz wahy[u] dengan konotasi seperti
ini digunakan oleh Allah SWT. dalam surat an-Nahl: 68: ]
َﻦ ِﻣَﻭ ﺎ ًﺗﻮُﻴُﺑ ِﻝﺎ َﺒِﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ ﻱِﺬِﺨﱠﺗﺍ ِﻥَﺃ ِﻞْﺤﱠﻨﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ َﻚﱡﺑَﺭ ﻰَﺣْﻭَﺃَﻭ َﻥﻮُﺷِﺮْﻌَﻳ ﺎﱠﻤِﻣَﻭ ِﺮَﺠﱠﺸﻟﺍ
[ Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.
2. Bisikan jahat, baik yang berasal dari manusia, jin maupun syetan
. Allah menggunakan lafadz wahy[u] dengan konotasi seperti ini, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Anâm:
112: ]
ﻋ ﱟﻲ ِﺒَﻧ ﱢﻞ ُﻜِﻟ ﺎَﻨْﻠـ َﻌَﺟ َﻚِﻟَﺬ َﻛَﻭ ﱢﻦ ِﺠْﻟﺍَﻭ ِﺲ ْﻧِﻹﺍ َﻦﻴِﻃﺎَﻴ َﺷ ﺍﻭُﺪَـ
ﺍًﺭﻭُﺮـُﻏ ِﻝْﻮَﻘْﻟﺍ َﻑُﺮْﺧُﺯ ٍﺾْﻌَﺑ ﻰَﻟِﺇ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ ﻲِﺣﻮُﻳ
[