Susunan Ayat al-Qur’an

94 satupun dalam nas al-Qur’an maupun mafhûm-nya yang menyatakan, bahwa rasm al-Qur’an ditetapkan dalam bentuk khusus. 21 Inilah pandangan dua kelompok tersebut. Dan, tampak dengan jelas bahwa pandangan yang menyatakan rasm al-Qur’an itu bersifat tawqîf itu lebih layak diterima. Dalam hal ini, al-Baihaqi berkomentar: Siapa saja yang menulis mushaf hendaknya menjaga huruf hijaiyah yang mereka para sahabat gunakan untuk menulis mushaf tersebut. Hendaknya dia tidak menyalahi mereka, dan tidak mengubah apapun yang telah mereka tulis. Sebab, merekalah yang lebih banyak ilmu, kejujuran hati dan lidah, serta lebih amanah ketimbang kita. Maka, kita tidak boleh menganggap diri kita lebih mengetahui ketimbang mereka. 22 Bahkan, Ahmad bin Hanbal mengharamkan penulisan khath mushaf berbeda dengan khath mushaf ‘Utsmân, baik waw, ya’, alif ataupun yang lain. 23

2.2. Susunan Ayat al-Qur’an

Secara harfiah, âyat berarti tanda alamat, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah: ] ُﻜﱢﺑَﺭ ْﻦِﻣ ٌﺔَﻨﻴِﻜَﺳ ِﻪﻴِﻓ ُﺕﻮُﺑﺎﱠﺘﻟﺍ ُﻢُﻜَﻴِﺗْﺄَﻳ ْﻥَﺃ ِﻪِﻜْﻠُﻣ َﺔَﻳﺍَء ﱠﻥِﺇ ْﻢ [ Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu. Q.s. al-Baqarah: 248. Juga berarti ibrah pelajaran, seperti firman Allah: 21 Ibid, hal. 59. 22 As­Suyûthi, Op. Cit., juz II, hal. 167. 23 Ibid. 95 ] َﺘْﻟﺍ ِﻦْﻴَﺘَﺌِﻓ ﻲِﻓ ٌﺔَﻳﺍَء ْﻢُﻜَﻟ َﻥﺎَﻛ ْﺪَﻗ ﺎَﺘَﻘ [ Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu bertempur. Q.s. Ali ‘Imrân: 13. Juga berarti mu’jizat, seperti firman Allah: ] ٍﺔَﻨﱢﻴَﺑ ٍﺔَﻳﺍَء ْﻦِﻣ ْﻢُﻫﺎَﻨْﻴَﺗﺍَء ْﻢَﻛ َﻞﻴِﺋﺍَﺮْﺳِﺇ ﻲِﻨَﺑ ْﻞَﺳ [ Tanyakanlah kepada Bani Israil: Berapa banyaknya tanda-tanda kebenaran yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka. Q.s. al-Baqarah: 211. Juga berarti dalil dan argumentasi, seperti firman Allah: ] ِﺘ ْﺧﺍَﻭ ِﺽْﺭَﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤ ﱠﺴﻟﺍ ُﻖ ْﻠَﺧ ِﻪ ِﺗﺎَﻳﺍَء ْﻦِﻣَﻭ ْﻢُﻜِﺘَﻨ ِﺴْﻟَﺃ ُﻑﻼ ْﻢُﻜِﻧﺍَﻮْﻟَﺃَﻭ [ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Q.s. al-ar-Rûm: 22. Inilah konotasi etimologis lafadz: âyat. Adapun secara terminologis, ayat al-Qur’an bisa didefinisikan dengan sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dari kelompok sebelum dan setelahnya. Menurut as-Suyûthi, definisi ini sesuai untuk ayat dan juga surat. Karena itu, harus ditambahkan batasan agar definisi tersebut hanya untuk ayat, sehingga bisa dinyatakan: ayat adalah sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dengan kelompok sebelum dan setelahnya, yang dikenal melalui penukilan, dan terdapat dalam surat. Mengenai batasan: yang terpisah dengan kelompok sebelum dan setelahnya bukan berarti tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan makna sebelum dan setelahnya, melainkan dianggap satu ayat, jika tidak menjadi bagian dari ayat sebelum maupun setelahnya. 96 Ijma’ sahabat telah menyepakati, bahwa susunan ayat al- Qur’an dalam surat itu tawqîfî seperti apa adanya dari Allah. Dalam hal ini, ‘Utsmân menuturkan: ِﻪﱠﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻥﺎَﻛ e ِﻪ ْﻴَﻠَﻋ ُﻝِﺰ ْﻨَﺗ َﻮ ُﻫَﻭ ُﻥﺎَﻣﱠﺰﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻲِﺗْﺄَﻳ ﺎﱠﻤِﻣ َﺾ ْﻌَﺑ ﺎ َﻋَﺩ ُءْﻲ ﱠﺸﻟﺍ ِﻪ ْﻴَﻠَﻋ َﻝَﺰَﻧ ﺍَﺫِﺇ َﻥﺎَﻜَﻓ ِﺩَﺪَﻌْﻟﺍ ُﺕﺍَﻭَﺫ ُﺭَﻮﱡﺴﻟﺍ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ِﺓَﺭﻮﱡﺴﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺕﺎَﻳﻵﺍ ِءﻻُﺆَﻫ ﺍﻮُﻌَﺿ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُﺐُﺘْﻜَﻳ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻣ َﻬﻴِﻓ ُﺮَﻛْﺬ ُﻳ ﺍﻮُﻌ َﺿ ُﻝﻮ ُﻘَﻴَﻓ َﺔ َﻳﻵﺍ ِﻪ ْﻴَﻠَﻋ ْﺖ َﻟَﺰَﻧ ﺍَﺫِﺇَﻭ ﺍَﺬ َﻛَﻭ ﺍَﺬ َﻛ ﺎ ﺍَﺬَﻛَﻭ ﺍَﺬَﻛ ﺎَﻬﻴِﻓ ُﺮَﻛْﺬُﻳ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ِﺓَﺭﻮﱡﺴﻟﺍ ﻲِﻓ َﺔَﻳﻵﺍ ِﻩِﺬَﻫ Suatu ketika sejumlah surat al-Qur’an yang panjang telah turun kepada Rasulullah saw. Jika telah turun sesuatu, beliau memanggil sebagian orang yang biasa menulis wahyu, lalu beliau akan bersabda: Letakkanlah ayat-ayat itu dalam surat yang menyatakan begini dan begini. Jika satu ayat turun kepada beliau, maka beliau bersabda: Letakkanlah ayat ini di tengah surat yang menyatakan begini dan begini. 24 Disamping itu, sistematikan bacaan Rasulullah saw. dalam shalat terhadap sejumlah surat al-Qur’an telah disaksikan para sahabat ra. Setelah itu, mereka menukil apa yang telah mereka dengar tadi kepada para tabiin hingga sampai kepada generasi kita tanpa sedikitpun perbedaan. Karenanya, az-Zarkasyi mengatakan, bahwa masalah tersebut tidak ada perbedaan antara kaum Muslim. As- Suyûthi juga menyatakan, bahwa tidak ada syubhat dalam masalah tersebut. 25 Ada yang mencoba memperselisihkan sistematika ayat tersebut melalui perbedaan jumlah ayat, misalnya ada yang menyatakan jumlah ayatnya 6.000 ayat, dan ada yang menyatakan 6.204 ayat, atau 6.214 atau 6.219 ayat. Perbedaan mengenai jumlah ini, pada dasarnya tidak menunjukkan adanya perbedaan sistematika ayat. Sebab, perbedaan di kalangan ulama’ dahulu mengenai jumlah 24 At­Tirmidzi, Sunan, hadits no. 3011. 25 Lihat, ‘Ali al­Hasan, Op. Cit., hal. 147. 97 ayat tersebut disebabkan oleh berhentinya Nabi saw. pada permulaan ayat. Maka, orang yang mendengarkannya akan mengira bahwa ayat tersebut terpisah. 26 Misalnya, sebagian ulama’ salaf menganggap bismillah sebagai satu ayat pada tiap surat, dan sebagian lagi tidak. Maka, perbedaan jumlah ayatnya terjadi akibat perkiraan jumlah ayat dalam surat tersebut.

2.3. Struktur Surat Dalam al-Qur’an