59 Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu agar kamu
membacakan al-Qur’an kepada ummatmu dengan satu dialek. Beliau berkata: Aku akan meminta Allah, maaf dan ampunan-Nya.
Sesungguhnya ummatku tidak mampu untuk itu. Jibril pun datang kepada beliau untuk kedua kalinya, dan berkata: Sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepadamu agar kamu membacakan al- Qur’an kepada ummatmu dengan dua dialek. Beliau berkata: Aku
akan meminta Allah, maaf dan ampunan-Nya. Sesungguhnya ummatku tidak mampu untuk itu. Kemudian Jibril pun mendatangi
beliau untuk yang ketiga kalinya, dan berkata: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu agar kamu membacakan al-Qur’an
kepada ummatmu dengan tiga dialek. Beliau berkata: Aku akan meminta Allah, maaf dan ampunan-Nya. Sesungguhnya ummatku
tidak mampu untuk itu. Kemudian Jibril pun mendatanginya untuk yang keempat kalinya dan berkata: Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan kepadamu agar kamu membacakan al-Qur’an kepada ummatmu dengan tujuh dialek. Dialek manapun yang mereka
gunakan untuk membacanya, maka mereka benar. H.r. Muslim.
Dan masih banyak hadits lain yang serupa. Semuanya menjelaskan dengan tegas, bahwa al-Qur’an memang telah diturunkan oleh Allah
SWT. kepada Rasulullah saw. dalam Sab’ah Ahruf.
3.1. Konotasi Harfiah Sab’ah Ahruf
Lafadz Sab’ah dalam konteks ini, sebagaimana yang
dinyatakan dalam nas syara’ di atas, telah dipahami oleh para ulama’ dengan dua maksud:
1. Makna hakiki: Sab’ah berarti angka antara enam dan delapan.
2. Makna kiasan: Sab’ah berarti banyak al-katsrah.
Pendapat yang pertama dibangun berdasarkan penjelasan hadits-hadits di atas. Riwayat-riwayat tersebut, khususnya hadits Ibn
‘Abbâs dan Ubay bin Ka’ab, dengan tegas menunjukkan, bahwa Nabi telah meminta Jibril agar kembali dan meminta kepada Allah
untuk menambah dialeknya hingga mencapai tujuh. Hadits tersebut memang tidak menyatakan, bahwa permintaan kepada Jibril agar
kembali tadi dinyatakan dengan menggunakan angka enam. Tetapi,
60 ungkapan hadits tersebut secara keseluruhan menunjukkan bahwa
ending-nya telah ditetapkan sampai angka tujuh. Ibn al-Jawzi
memberikan penjelasan setelah mengemukakan pendapat orang yang menyatakan, bahwa angka tujuh tersebut mempunyai konotasi
banyak, seraya berkata: Ini merupakan pendapat yang baik, andaikan hadits tidak
mengabaikannya.
19
Artinya, hadits-hadits yang menyatakan Sab’ah Ahruf tadi dengan
jelas menyatakan, bahwa lafadz Sab’ah itu hanya berarti angka tujuh,
atau antara angka enam dan delapan. Sebab, jika hadits-hadits tersebut dicermati dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa
Sab’ah yang dimaksud tidak lain adalah tujuh, bukan katsrah banyak. Pendapat yang kedua, sebagaimana yang dikemukakan oleh
al-Qâdhî ‘Iyâdh dan orang yang mengikutinya, termasuk Sa’îd al- Afghâni, dekan Fakultas Adab Universitas Damaskus.
20
Dalam konteks ini,
Muhyiddîn Khalîl memberikan komentar:
Kami menemukan bahwa, kamus bahasa Arab menyatakan tentang kata yang sama, khususnya kata 70 tujuh puluh dan
700 tujuh ratus; keduanya diulang-ulang dalam al-Qur’an dan hadits, dimana orang Arab menggunakannya dalam
banyak kesempatan untuk konteks melipatgandakan jumlah tadh’îf, bukan konotasi harfiahnya. Namun, kamus-kamus
ini tidak pernah menemukan kata yang sama, khususnya Sab’ah dan Sab’ meski keduanya diulang dalam al-Qur’an,
hadits dan bahasa Arab.
21
Artinya, bahwa lafadz Sab’ah tersebut hanya digunakan oleh nas
syara’ dengan maksud angka yang sesungguhnya, yaitu tujuh, atau angka antara enam dan delapan. Bukan yang lain.
19
Lihat, ‘Ali alHasan, Op. Cit., hal. 88.
20
Lihat, Saîd alAfghâni, Muqaddimah H ujjah alQirâ’ât li Abî Zar’ah,
hal. 89.
21
Lihat, ‘Ali alHasan, Op. Cit., hal. 88.
61 Karena itu, pendapat yang paling tepat mengenai lafadz
Sab’ah dalam konteks hadits di atas adalah tujuh, atau angka antara enam dan delapan. Dengan kata lain, makna hakiki, bukan makna
kiasan. Mengenai lafadz:
Ahruf, secara harfiah merupakan bentuk plural dari
Harf, yang berarti ujung tharf, salah satu huruf hijaiyah, ujud atau bentuk
wajh. Makna yang terakhir ini sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Hajj: 11:
]
ٍﻑْﺮَﺣ ﻰَﻠَﻋ َﻪﱠﻠﻟﺍ ُﺪُﺒْﻌَﻳ ْﻦَﻣ ِﺱﺎﱠﻨﻟﺍ َﻦِﻣَﻭ
[ Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan
keraguan. Harf di sini, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Mujâhid
maksudnya adalah dengan syak, gontai, tidak teguh, layaknya orang yang berdiri di tepian yang goyang. Ada yang menyatakan, bahwa
Harf berarti bahasa, atau dialek. Maka, bisa disimpulkan bahwa secara harfiah,
Harf atau Ahruf berarti tepi ujung, satu huruf hijaiyah, ujud bentuk, bahasa dan dialek.
3.2. Konotasi Istilah Sab’ah Ahruf