90 Karena itu, kesaksian tersebut bukan kesaksian atas al-
Qur’an, karena hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat jumlah para penghafal dan pembacanya sangat banyak. Namun, kesaksian yang
dimaksud di sini adalah kesaksian atas tulisan yang ditulis di depan Nabi saw. Dengan cara itulah, penulisan tersebut telah selesai dengan
sempurna sehingga terkumpul dalam lembaran yang diikat dengan benang, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebagian riwayat. Inilah
peranan yang dimainkan oleh Zayd bin Tsâbit.
1.3. Pengumpulan al-Qur’an Zaman Kekhilafahan ‘Utsmân
Jika motif Abû Bakar mengumpulkan al-Qur’an karena khawatir akan hilangnya materi yang tertulis tadi sebagai akibat dari
banyaknya para penghafal dan pembaca yang telah meninggal dunia, maka motif ‘Utsmân adalah karena takut akan terjadinya perbedaan
yang meruncing mengenai ragam bacaan. Ini terlihat dari penuturan Hudzaifah al-Yamân setelah melihat banyaknya perbedaan pada
bacaan kaum Muslim:
َﺘِﻜْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺍﻮُﻔِﻠَﺘْﺨَﻳ ْﻥَﺃ َﻞْﺒَﻗ َﺔﱠﻣُﻷﺍ ِﻩِﺬَﻫ ْﻙِﺭْﺩَﺃ ِﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ َﻑﻼِﺘْﺧﺍ ِﺏﺎ
ﺎ َﻨْﻴَﻟِﺇ ﻲِﻠ ِﺳْﺭَﺃ ْﻥَﺃ َﺔ َﺼْﻔَﺣ ﻰ َﻟِﺇ ُﻥﺎ َﻤْﺜُﻋ َﻞ َﺳْﺭَﺄَﻓ ﻯَﺭﺎ َﺼﱠﻨﻟﺍَﻭ ْﺖَﻠ َﺳْﺭَﺄَﻓ ِﻚ ْﻴَﻟِﺇ ﺎ َﻫﱡﺩُﺮَﻧ ﱠﻢ ُﺛ ِﻒِﺣﺎَﺼَﻤْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻬُﺨَﺴْﻨَﻧ ِﻒُﺤﱡﺼﻟﺎِﺑ
ِﻪ ﱠﻠﻟﺍَﺪْﺒَﻋَﻭ ٍﺖ ِﺑﺎَﺛ َﻦ ْﺑ َﺪ ْﻳَﺯ َﺮَﻣَﺄ َﻓ َﻥﺎ َﻤْﺜُﻋ ﻰ َﻟِﺇ ُﺔ َﺼْﻔَﺣ ﺎ َﻬِﺑ َﻦ ْﺑ
ِﻦ ْﺑ ِﺙِﺭﺎ َﺤْﻟﺍ َﻦ ْﺑ ِﻦَﻤْﺣﱠﺮﻟﺍَﺪ ْﺒَﻋَﻭ ِﺹﺎ َﻌْﻟﺍ َﻦ ْﺑ َﺪﻴِﻌ َﺳَﻭ ِﺮ ْﻴَﺑﱡﺰﻟﺍ ِﻂْﻫﱠﺮ ﻠِﻟ ُﻥﺎ َﻤْﺜُﻋ َﻝﺎ َﻗَﻭ ِﻒِﺣﺎ َﺼَﻤْﻟﺍ ﻲ ِﻓ ﺎَﻫﻮُﺨ َﺴَﻨَﻓ ٍﻡﺎ َﺸِﻫ
ٍءْﻲ َﺷ ﻲِﻓ ٍﺖِﺑﺎَﺛ ُﻦْﺑ ُﺪْﻳَﺯَﻭ ْﻢُﺘْﻧَﺃ ْﻢُﺘْﻔَﻠَﺘْﺧﺍ ﺍَﺫِﺇ ِﺔَﺛﻼﱠﺜﻟﺍ َﻦﻴﱢﻴِﺷَﺮُﻘْﻟﺍ َﻓ ِﻥﺁْﺮ ُﻘْﻟﺍ َﻦ ِﻣ
ْﻢِﻬِﻧﺎ َﺴِﻠِﺑ َﻝَﺰ َﻧ ﺎ َﻤﱠﻧِﺈَﻓ ٍﺶْﻳَﺮ ُﻗ ِﻥﺎ َﺴِﻠِﺑ ُﻩﻮُﺒُﺘْﻛﺎ ُﻥﺎ َﻤْﺜُﻋ ﱠﺩَﺭ ِﻒِﺣﺎَﺼَﻤْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻒُﺤﱡﺼﻟﺍ ﺍﻮُﺨَﺴَﻧ ﺍَﺫِﺇ ﻰﱠﺘَﺣ ﺍﻮُﻠَﻌَﻔَﻓ
ﺎ ﱠﻤِﻣ ٍﻒَﺤ ْﺼُﻤِﺑ ٍﻖ ُﻓُﺃ ﱢﻞ ُﻛ ﻰ َﻟِﺇ َﻞ َﺳْﺭَﺃَﻭ َﺔ َﺼْﻔَﺣ ﻰ َﻟِﺇ َﻒُﺤ ﱡﺼﻟﺍ ْﺮ ُﻘْﻟﺍ َﻦ ِﻣ ُﻩﺍَﻮ ِﺳ ﺎ َﻤِﺑ َﺮ َﻣَﺃَﻭ ﺍﻮُﺨ َﺴَﻧ
ْﻭَﺃ ٍﺔَﻔﻴِﺤ َﺻ ﱢﻞ ُﻛ ﻲ ِﻓ ِﻥﺁ َﻕَﺮْﺤُﻳ ْﻥَﺃ ٍﻒَﺤْﺼُﻣ
91 Jagalah ummat ini, sebelum mereka memperselisihkan al-Qur’an ini
sebagaimana perselisihan orang Yahudi dan Nasrani. Maka, ‘Utsmân menulis surat kepada Hafshah: Kirimkanlah kepadaku
lembaran-lembaran itu. Kami akan menggandakannya menjadi sejumlah mushhaf, kemudian kami akan mengembalikannya kepada
Anda. Hafshah pun mengirimkannya kepada ‘Utsmân. Beliau lalu memerintahkan Zayd bin Tsâbit, ‘Abdullâh bin Zubayr, Sa’îd bin al-
‘Ash, ‘Abdurrahmân bin al-Hârits bin Hisyâm. Mereka kemudian menggandakannya menjadi beberapa mushhaf. ‘Utsmân berkata
kepada tiga kelompok orang Quraisy tersebut: Jika kalian berbeda pendapat dengan Zayd bin Tsâbit terhadap al-Qur’an, maka tulislah
dengan bahasa Quraisy, sebab ia telah diturunkan dengan menggunakan bahasa mereka. Mereka pun melakukannya, hingga
mereka selesai menggandakan lembaran-lembaran tersebut menjadi sejumlah mushhaf. ‘Utsmân pun mengembalikan lembaran-lembaran
tersebut kepada Hafshah, dan di setiap penjuru dikirim satu mushhaf yang telah mereka gandakan. Beliau juga memerintahkan lembaran
atau mushhaf al-Qur’an yang lain untuk dibakar.
16
Berdasarkan riwayat di atas, bisa disimpulkan bahwa pengumpulan al-Qur’an yang terjadi pada zaman ‘Utsmân bin ‘Affân
tersebut dilakukan: 1. Menggandakan tulisan yang sama yang telah dikumpulkan
oleh Zayd bin Tsâbit pada zaman Abû Bakar, dimana kumpulan tulisan yang berbentuk lembaran-lembaran
shuhuf itu telah disimpan secara berturut-turur, masing-masing di
sisi Abû Bakar, ‘Umar dan Hafshah. Dari tangan Hafshahlah, ‘Utsmân memperoleh naskah asli al-Qur’an untuk
digandakan menjadi beberapa eksemplar mushaf. 2. Orang yang sama ---yang telah ditunjuk Abû Bakar untuk
mengumpulkan al-Qur’an--- juga telah ditunjuk oleh ‘Utsmân bin ‘Affân untuk menggandakan al-Qur’an. Dialah
Zayd bin Tsâbit, pemuda yang cerdas dan kredibel. 3. Kasus pembakaran mushaf lain, selain yang ada pada
Hafshah dan duplikatnya, bertujuan untuk menyamakan
16
AlBukhâri, Op. Cit., hadits no. 4604.
92 mushaf, dan meninggalkan bacaan
syâdz serta tafsir-tafsir tambahan yang lain.
Karena itulah, maka al-Qur’an yang ada di tangan kaum Muslim saat ini adalah
qath’î bersumber dari Allah, tanpa sedikitpun perubahan maupun modifikasi. Pengakuan ini bukan hanya diakui
oleh kaum Muslim, tetapi juga oleh para Orientalis. Goer berkata:
Sesungguhnya mushaf yang telah dikumpulkan oleh ‘Utsmân telah sampai kepada kita secara mutawatir tanpa sedikitpun perubahan. Ia
telah dipelihara dengan perhatian yang luas biasa, dimana tidak terbersik sedikitpun adanya perubahan pada naskah-naskah yang
tidak terbatas itu, dan telah diedarkan di negeri Islam, sehingga hanya satu al-Qur’an bagi semua kelompok Islam yang berselisih.
Penggunaan secara kolektif terhadap nas yang sama telah diterima semua kalangan hingga saat ini. Ia bisa dianggap sebagai hujah
terbesar, dan bukti kesahihan nas yang diturunkan yang ada pada kita.
17
2. Pembukuan al-Qur’an