Latar Menjelaskan Tokoh serta Hubungan Latar Suatu Cerpen dengan Realitas Sosial

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 206 Demo menentang resepsi pernikahan di Alun-Alun Suryakencana itu berlangsung seru. Koran dan televisi gencar mengekspos. Tokoh demonstran tampil dalam wawancara eksklusif. Pengantin laki-laki dan perempuan juga diuber infotaimen. Tetapi mereka berdua menghilang. Wartawan kecewa, tapi mereka tidak kehilangan akal. Menteri Kehu- tanan dicecar dengan pertanyaan gencar. Pro dan kontra resepsi pernikahan di Alun-Alun Surya- kencana, makin hari makin ramai. September seharusnya sudah mulai hujan. Tetapi langit masih tetap tidak berawan. Paspampres mulai menyisiri tempat-tempat yang mencurigakan. Semua pintu masuk pendakian dijaga ketat. Jalur-jalur yang biasa digunakan pencari kayu bakar dan pencari paku-pakuan semua dijaga tentara, polisi, mahasiswa pecinta alam, dan warga setempat. Hari H itu pun tiba. Cuaca sangat cerah. Tak ada secuil awan pun tampak di langit. Heli demi heli berdengung dari Jakarta menuju Suryakencana. Semua membawa tamu VVIP. Suasana alun-alun itu sendiri sudah berubah dari hari-hari biasa. Pukul 09.45, mendadak kabut datang. Cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah gelap. Angin juga bertiup sangat kencang. Kabut makin tebal. Angin makin menggila. Hujan turun dengan lebat. Para tamu berlarian. Tenda-tenda kecil roboh dan terbang dibawa angin. Cuaca makin tak karuan. Tenda besar terguncang-guncang keras. Tiba-tiba sebuah tenda kecil terbang menghantam tenda besar itu. Tenda besar itu pun roboh. Sebagian terpalnya melambai-lambai dimainkan angin. Kain tenda itu terus berkibaran, bagai layar kapal yang tiangnya patah diterjang badai. Uji Kemampuan 2 Simaklah cerpen berikut Senyum Karyamin Karyamin melangkah pelan dan sangat hati-hati. Beban yang menekan pundaknya adalah pikulan yang digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya sudah licin dibasahi air yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-kawan yang pulang balik mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material di atas sana. Karyamin sudah berpengalaman agar setiap perjalanan- nya selamat. Yakni berjalan menanjak sambil menjaga agar titik berat beban dan badannya tetap berada pada telapak kaki kiri atau kanannya. Pemindahan titik berat dari kaki kiri ke kaki kanannya pun harus dilakukan dengan baik. Karyamin harus memperhitung- kan tarikan napas serta ayunan tangan demi keseimbangan yang sempurna. Pelajaran 9 Pariwisata 207 Meskipun demikian, pagi ini Karyamin sudah dua kali tergelincir. Tubuhnya roboh, lalu menggelinding ke bawah, berkejaran dengan batu-batu yang tumpah dari keranjang- nya. Dan setiap kali jatuh, Karyamin menjadi bahan tertawaan kawan-kawannya. Mereka, para pengumpul batu itu, senang mencari hiburan dengan cara menertawakan diri mereka sendiri. Kali ini Karyamin merayap lebih hati- hati. Meski dengan lutut yang sudah bergetar, jemari kaki dicengkeramkannya ke tanah. Segala perhatian dipusatkan pada pengen- dalian keseimbangan sehingga wajahnya kelihatan tegang. Sementara itu, air terus mengucur dari celana dan tubuhnya yang basah. Dan karena pundaknya ditekan oleh beban yang sangat berat, maka nadi di lehernya muncul menyembul kulit. Boleh jadi Karyamin akan selamat sampai ke atas bila tak ada burung yang nakal. Seekor burung paruh udang terjun dari ran- ting yang menggantung di atas air, menyam- bar seekor ikan kecil, lalu melesat tanpa rasa salah hanya sejengkal di depan mata Kar- yamin. “Aduh,” teriak Karyamin yang sedetik kemudian sudah kehilangan keseimbangan. Tubuhnya bergulir sejenak, lalu jatuh ter- tunduk dibarengi suara dua keranjang batu yang ruah. Tubuh itu ikut meluncur, tetapi berhenti karena tangan Karyamin berhasil mencengkeram rerumputan. Empat atau lima orang kawan Karyamin terbahak bersama. Mereka, para pengumpul batu itu, senang mencari hiburan dengan cara menertawakan diri mereka sendiri. ... Dan Karyamin tidak ikut tertawa, melainkan cukup tersenyum. Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan. Pagi itu senyum Karyamin pun menjadi tanda kemenangan atas perutnya yang sudah mulai melilit dan matanya yang berkunang-kunang. Memang, Karyamin telah berhasil membangun fatamorgana kemenangan dengan senyum dan tawanya. Anehnya, Kar- yamin merasa demikian terhina oleh burung paruh udang yang bolak-balik melintas di atas kepalanya. Suatu kali, Karyamin ingin mem- babat burung itu dengan pikulannya. Tetapi niat itu diurungkan karena Karyamin sadar, dengan mata yang berkunang-kunang dia tak akan berhasil melaksanakan maksudnya. Jadi, Karyamin hanya tersenyum. Lalu bangkit meski kepalanya pening dan langit seakan berputar. Diambilnya keranjang dan pikulan, kemudian Karyamin berjalan me- naiki tanjakan, Karyamin terpaku sejenak me- lihat tumpukan batu yang belum lagi men- capai seperempat kubik, tetapi harus diting- galkannya. Di bawah pohon waru, Saidah sedang menggelar dagangannya, nasi pecel. Jakun Karyamin turun naik. Ususnya terasa terpilin. “Masih pagi kok mau pulang, Min?” tanya Saidah. “Sakit?” Karyamin menggeleng dan tersenyum. Saidah memerhatikan bibirnya yang membiru dan kedua telapak tangannya yang pucat. Setelah dekat, Saidah mendengar suara keruyuk dari perut Karyamin. “Makan, Min?” “Tidak. Beri aku minum saja. Da- ganganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah utang.” “Iya, Min, iya. Tetapi kamu lapar, kan?” Karyamin hanya tersenyum sambil menerima segelas air yang disodorkan oleh Saidah. Ada kehangatan menyapu ke- rongkongan Karyamin terus ke lambungnya. “Makan, ya Min? Aku tak tahan melihat orang lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar menunggu tengkulak datang. Batumu juga belum dibayarnya, kan?” Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 208 Si paruh udang kembali melintas cepat dengan suara mencecet. Karyamin tak lagi membencinya karena sadar, burung yang demikian sibuk pasti sedang mencari makan buat anak-anaknya dalam sarang entah di mana. Karyamin membayangkan anak–anak si paruh udang sedang meringkuk lemah dalam sarang yang dibangun dalam tanah di sebuah tebing yang terlindung. Angin kembali bertiup. Daun–daun itu selalu saja bergerak menentang arus karena dorongan angin. “Jadi, kamu sungguh tak mau makan, Min?” tanya Saidah ketika melihat Karyamin bangkit. “Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat aku lapar, aku pun tak tega melihat dagangan- mu habis karena utang-utangku dan kawan- kawan.” “Iya Min, iya. Tetapi …” Saidah memutus kata-katanya sendiri karena Karyamin sudah berjalan menjauh. Tetapi Saidah masih sempat melihat Karyamin menoleh kepadanya sambil tersenyum sambil menelan ludah berulang-ulang. Ada yang mengganjal di tenggorokan yang berhasil didorongnya ke dalam. Diperhatikannya Karyamin yang berjalan melalui lorong liar sepanjang tepi sungai. Kawan-kawan Karya- min menyeru-yeru dengan segala macam se- loroh cabul. Tetapi Karyamin hanya sekali berhenti dan menoleh sambil melempar senyum. ... Sesungguhnya Karyamin tidak tahu betul mengapa dia harus pulang. Di rumahnya tak ada sesuatu buat mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Istrinya juga tak perlu dikhawatirkan. Oh ya, Karyamin ingat bahwa istrinya memang layak dijadikan alasan buat pulang. Semalaman tadi istrinya tak bisa tidur lantaran bisul di puncak pantatnya. “Maka apa salahnya bila aku pulang buat menemani istriku yang meriang.” ... Sebelum habis mendaki tanjakan, Karyamin mendadak berhenti. Dia melihat dua buah sepeda jengki yang di parkir di halaman rumahnya. Denging dalam telinga- nya terdengar semakin nyaring. Kunang– kunang di matanya pun semakin banyak. Maka Karyamin sungguh–sungguh berhenti, dan termangu. Dibayangkan istrinya yang sedang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga ka- pan, seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah bulan membawa batunya. Masih dengan seribu kunang-kunang di matanya, Karyamin mulai berpikir apa perlu- nya dia pulang. Dia merasa pasti tak bisa menolong keadaan, atau setidaknya meno- long istrinya menghadapi dua penagih bank harian. Maka pelan-pelan Karyamin memba- likkan badan, siap kembali turun. Namun, di bawah sana Karyamin melihat seorang lelaki dengan baju batik motif tertentu dan berlengan panjang. Kopiahnya yang mulai botak kemerahan menyakinkan Karyamin bahwa lelaki itu adalah Pak Pamong. “Nah, akhirnya kamu ketemu juga, Min. Kucari kau di rumah, tak ada. Di pang- kalan batu, tak ada. Kamu mau menghindar, ya?” “Menghindar?” “Ya. Kamu memang mbeling nakal, Min. Di gerumbulan ini hanya kamu yang belum berpartisipasi. Hanya kamu yang be- lum setor uang dana Afrika, dana untuk me- nolong orang–orang yang kelaparan di sana. Nah, sekarang hari-hari terakhir. Aku tak mau lebih lama kau persulit.” Karyamin mendengar suara napas sen- diri. Samar-samar, Karyamin juga mendengar detak jantung sendiri. Tetapi Karyamin tidak melihat bibir yang mulai menyungging senyum. Senyum yang sangat baik untuk mewakili kesadaran yang mendalam akan diri serta situasi yang harus dihadapinya. Sayang- nya, Pak Pamong malah menjadi marah oleh senyum Karyamin. Pelajaran 9 Pariwisata 209 “Kamu menghina aku, Min?” “Tidak, Pak. Sungguh tidak.” “Kalau tidak, mengapa kamu ter- senyum-senyum? Hayo cepat, mana uang iuranmu?” Kali ini Karyamin tidak hanya terse- nyum, melainkan tertawa keras-keras. De- mikian keras sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya, seribu kunang masuk ke matanya. Lambungnya yang kempong berguncang-guncang dan mera- puhkan keseimbangan seluruh tubuhnya. Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh tergu- ling ke lembah, Pak Pamong berusaha mena- hannya. Sayang, gagal. Kerjakanlah soal berikut dengan cermat di buku tugasmu 1. Tuliskan tokoh dan penokohan dari cerpen di atas 2. Jelaskan hubungan latar cerpen tersebut dengan realitas sosial yang ada di sekitarmu 3. Diskusikan hasil kerjamu dengan teman-temanmu

C. Menemukan Gagasan Utama Suatu Teks

Sejauh manakah kalian dapat mengidentifikasi sebuah pokok permasalahan atau gagasan utama dari sebuah bacaan? Ba- gaimanakah proses yang kalian lakukan untuk dapat menemukan gagasan utama dari suatu bacaan? Pada pembahasan ini, kita akan membahas mengenai membaca dan menemukan gagasan utama dari suatu bacaan. Informasi mengenai suatu berita, peristiwa, atau pengetahuan dapat kalian peroleh dari berbagai sumber bacaan. Namun, dalam setiap bacaan tidak semua kalimat merupakan pokok informasi atau gagasan utama dalam bacaan tersebut. Upaya menemukan gagasan utama atau pokok persoalan dalam bacaan diperlukan kejelian dan kecermatan dalam proses membaca. Untuk memahami materi ini lebih jauh, simaklah beberapa teks bacaan di bawah beserta penjelasannya. Kerjakanlah tugas berikut di buku tugas 1. Carilah sebuah cerpen dari media cetak surat kabar, tabloid, atau majalah yang berkisah tentang peristiwa yang menurutmu menarik 2. Deskripsikanlah penokohan dan latar yang ada dalam cerpen tersebut 3. Jelaskanlah permasalahan pokok yang ingin disampaikan pengarang melalui cerpen tersebut TAGIHAN Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar kalian adalah dapat menentukan gagasan utama dalam teks yang dibaca. Sumber: Dok. Penerbit Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 210 Candi Sukuh Misteri Piramida yang Terpenggal Candi Sukuh terletak di Kabupaten Karanganyar, sekitar 34 km arah timur Solo, atau 2 jam perjalanan dengan kendaraan. Sejak diperkenalkan sebagai objek wisata purbakala yang unik, candi ini makin populer di mata wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, apalagi didukung dengan strategi promosi yang gencar serta kemudahan akses transportasi dan akomodasi. Sebenarnya, Candi Sukuh sama dengan candi lainnya di Indonesia, yaitu berupa bangunan tua yang terbuat dari tumpukan batuan andesit ditambah pahatan arca serta lukisan relief. Hanya, kompleks Candi Sukuh memiliki arca dan lukisan relief yang sungguh unik dan berbeda dengan candi lainnya, yang menggambarkan kisah perselingkuhan Dewi Uma, permaisuri Dewa Siwa. Kiranya hal inilah yang memicu timbulnya julukan “The Most Exotic Temple in The World” bagi Candi Sukuh. Awalnya, Candi Sukuh ditemukan secara tidak sengaja oleh penduduk tahun 1815. Penemuan itu dilaporkan pada Jhonson, Residen Inggris yang bermukim di Solo. Lantas Jhonson memerintahkan ahli purbakala untuk menggarap kawasan bersejarah tersebut. Walaupun telah melalui proses inventarisasi, penelitian dan pemugaran sejak 1917, hanya sedikit misteri yang terungkap. Secara keseluruhan, Candi Sukuh terdiri atas 3 undakan yang masing-masing ditandai dengan gerbang gapura. Seperti layaknya bangunan bercorak Hindu, makin tinggi un- dakan itu, makin tinggi pula tingkat kesucian tempat tersebut. Di halaman pembuka, terdapat pintu gerbang beratap yang berhiaskan kepala raksasa dan mempunyai 11 buah anak tangga. Lorong masuk panjangnya 2,10 m, lebar 1 m, dan tingginya mencapai 2,35 m. Di lantai gapura terdapat relief lingga-yoni. Selain sebagai pengusir roh jahat, perpaduan relief itu melambangkan kesuburan. Di undakan kedua, tidak ditemukan bangunan, arca, maupun relief, sedangkan di undakan terakhir — yang merupakan tempat tersuci — terdapat bangunan utama, beberapa candi kecil, serta arca garuda, gajah, dan kura- kura. Di bagian lainnya, ada beberapa lukisan relief, obelisk, dan prasasti yang hingga kini belum jelas maknanya. Di bagian paling belakang, terdapat bangunan utama candi yang merupakan tempat paling sakral. Struktur bangunannya berbentuk piramida yang puncaknya terpenggal. Bentuk bangunan seperti itu ternyata mirip dengan Candi Mayan di Amerika Selatan. Namun, hingga kini belum dapat dipastikan ada tidaknya kaitan sejarah di antara keduanya. Sumber: Pikiran Rakyat, 5 Januari 2003, dengan pengubahan Dalam menemukan gagasan pokok dalam teks, kalian dapat menentukan gagasan utama atau ide utama setiap paragraf terlebih dahulu. Gagasan utama atau ide utama tersebut terletak pada kalimat utama. Berdasarkan gagasan utama yang terdapat dalam kalimat utama, kalian dapat menuliskan butir-butir pokoknya. Butir-butir pokok dalam suatu teks adalah hal-hal penting atau utama yang ingin disampaikan dalam sebuah bacaan. Supaya lebih jelas, berikut diuraikan cara untuk dapat menemukan gagasan pokok suatu bacaan. 1. Membaca teks bacaan dengan cermat. 2. Memerhatikan keterkaitan bacaan dengan judul. Pelajaran 9 Pariwisata 211 3. Memahami pikiran utama setiap paragraf. 4. Menyimpulkan pikiran-pikiran utama menjadi butir-butir pokok bacaan. 5. Menemukan gagasan pokok dalam teks secara utuh ber- dasarkan butir-butir pokok bacaan. Berdasarkan teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang Ter- penggal”, dapat kalian tulis gagasan utama atau pikiran utama setiap paragraf sebagai berikut. 1. Candi Sukuh terletak di Kabupaten Karanganyar. 2. Candi Sukuh berupa bangunan tua yang terbuat dari tumpukan batuan, pahatan arca, serta lukisan relief. 3. Candi Sukuh ditemukan oleh penduduk tahun 1815. 4. Candi Sukuh terdiri atas 3 undakan. 5. Di halaman pembuka, terdapat pintu gerbang beratap yang berhiaskan kepala raksasa dan bertangga 11 buah. 6. Hal-hal yang ditemukan di undakan kedua, terakhir, dan di bagian lain. 7. Bangunan utama candi yang merupakan tempat paling sakral terletak di bagian paling belakang. Adapun butir-butir pokok yang dapat kalian ambil dari teks di atas berdasarkan gagasan utamanya, dapat kalian tuliskan sebagai berikut. 1. Letak Candi Sukuh yang populer di mata wisman. 2. Relief dan pahatan unik Candi Sukuh menjadi daya tarik tersendiri. 3. Sejarah penemuan keberadaan Candi Sukuh. 4. Penjelasan berkaitan struktur Candi Sukuh. Gagasan utama teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang Terpenggal” berdasarkan butir-butir pokoknya dapat kalian susun sebagai berikut. Candi Sukuh yang berada di lereng Gunung Lawu wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki panorama alam yang indah serta keunikan yang mampu menarik perhatian wisman. Candi Sukuh yang dibangun dengan konsep punden berundak ditemukan tahun 1815. Setiap undakan memiliki gapura dan teras ruang yang berisi relief-relief. Selintas Makna Sebuah alinea dikatakan baik jika seluruh kalimat dalam alinea hanya membicarakan satu gagasan utama, satu pokok pikiran, atau satu masalah. Jika dalam sebuah alinea terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam alinea tersebut terdapat lebih dari satu gagasan utama atau satu pokok pikiran Finoza, 2001: 153. Ingin Tahu? Perhatikan kalimat: Awalnya, Candi Sukuh ditemukan secara tidak sengaja oleh penduduk tahun 1815 pada teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang Terpenggal” paragraf ketiga. Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Hal ini ditunjukkan oleh subjeknya yang dikenai pekerjaan serta predikatnya merupakan kata kerja pasif yang ditandai dengan awalan di–. Perhatikan pula kalimat: Lantas Jhonson memerintahkan ahli purbakala untuk menggarap kawasan bersejarah tersebut pada paragraf ketiga. Kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Hal ini dikarenakan subjeknya Jhonson melakukan pekerjaan dan predikat- nya merupakan kata kerja aktif yang ditandai dengan awalan me–.