Keistimewaan Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi

Pelajaran 7 Ekonomi 163 menjabat sebagai Menteri Keuangan. Namun, posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Saat itu Boediono sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk bertahan. Namun, beliau sendiri berniat beristirahat dan kembali mengajar. Namun demikian, namanya kembali ke panggung pemerintahan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombak- an reshuffle kabinet pada 5 Desember 2005. Presiden memintanya menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Bersatu. Presiden menempatkan Boediono men- jadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomi- an menggantikan Aburizal Bakrie. Layaknya tangan-tangan tak terlihat, ketika nama Boediono disebut bakal kembali ke pemerin- tahan, respons pasar positif. Indeks kala itu menguat 19,926 poin dan rupiah menguat ke level di bawah Rp10.000 per dolar AS. Beberapa media menyebutkan hal itu merupakan respons kepercayaan pasar atas reputasi Boediono. Akankah “tangan-tangan tak terlihat” kembali bekerja ketika Boediono menjabat sebagai pemimpin tertinggi otoritas moneter, yaitu Gubernur Bank Indonesia? Rapat internal Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin, memutuskan untuk meneri- manya mengisi jabatan yang akan ditinggalkan oleh Burhanudin Abbdullah pada 17 Mei 2008 mendatang. Boediono menjadi lirikan pertama banyak pihak setelah dua calon gubernur BI sebelumnya, Agus Martowardojo dan Raden Pardede, ditolak oleh DPR. Sehari sebelum beliau menjadi calon tunggal yang akan diajukan Presiden ke DPR, menurut kabar yang beredar, Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM itu telah disepakati oleh Istana untuk menjadi Gubernur BI. Beberapa pengamat dan tokoh yang dimintai nasihat oleh Istana juga menunjuk dia sebagai seorang yang pantas menduduki gubernur bank sentral di Indonesia. Para pengamat ekonomi dan analis pun mengata- kan Boediono merupakan salah satu tokoh yang dihormati pasar. Tentu aksi sang pro- fesor perlu dinanti, sebab tidak hanya pasar yang menanti tetapi juga seluruh rakyat di Indonesia. Tantangan perekonomian saat ini bagi seorang Gubernur Bank Indonesia tidaklah mudah. Di tengah situasi krisis keuangan yang bersumber dari AS terus menjalar ke berbagai negara, membuat otoritas moneter harus jeli dalam melakukan tugasnya. Kelebihan likuiditas di dunia menye- babkan banyak hot money uang untuk investasi jangka pendek yang menyerbu kawasan-kawasan yang memiliki pasar yang berkembang emerging market termasuk In- donesia. Selain tingginya likuiditas global, tingginya inflasi, baik akibat dari dalam negeri maupun dari barang-barang impor akibat lonjakan harga di pasar komoditas, energi, dan juga pangan, merupakan persoalan lain yang harus diatasi. ”Inflasi harus ditekan karena merampok rakyat, terutama mereka yang papa dan tak punya,” kata Boediono ketika uji kelayakan dan kepatutan di Komisi XI DPR RI. Belum lagi perlambatan ekonomi glo- bal yang akan berpengaruh kepada perekono- mian domestik terutama ekspor yang pada akhirnya membuat lesunya kegiatan ekonomi dalam negeri. Boediono termasuk ekonom yang percaya bahwa pasar sebagai instrumen untuk mendistribusikan barang dan jasa yang lebih efektif dan efisien. Ia mengatakan saat ini pragmatisme kebijakan diperlukan. Untuk itu, kebijakan yang dilakukan adalah mengatasi masalah yang dihadapi saat ini. “Ideologi itu memang kadangkala penting, tetapi harus kita lihat realitasnya. Realitasnya hampir semua negara yang tertutup di Eropa Timur dan China kembali ke pasar,” kata Boediono ketika uji kelayakan dan uji kepatutan di Komisi XI DPR RI. Ia menambahkan, dalam pengambilan kebijakan adalah bagaimana menggunakan pasar yang lebih efektif dan efisien. “Kita pecahkan bersama secara pragmatis, tidak kembali ke ideologis,” katanya.