Penokohan Menemukan Hal-hal Menarik dari Dongeng

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 62 jeruk itu rasanya manis dan enak. Kemudian penjaga kebun itu menceritakan kejadian yang telah dialami. Raja segera memerin- tahkan bala tentaranya untuk mencari si Pahit Lidah yang telah menyihir kebunnya tadi. Akhirnya si Pahit Lidah berhasil ditang- kap dan dibawa ke hadapan raja. Pada mulanya dia hendak dihukum, tetapi sang raja justru dirangkul si Pahit Lidah, karena ternyata dia adalah kakaknya sendiri. Kedua-duanya saling berangkulan, karena sudah lama sekali tidak bertemu. Muka si Pahit Lidah sangat ceria sekali. Mulai saat itu dia diterima sebagai anggota kerajaan, serta diberi jabatan sebagai panglima kerajaan. Dalam kerajaan ini, si Pahit Lidah dini- kahkan dengan gadis cantik jelita, namanya Dayang Merindu. Mereka hidup bahagia dalam anggota kerajaan. Dalam perka- winannya, dia dikaruniai seorang anak laki- laki. Maka hidupnya bertambah bahagia. Dengan kedamaian serta kemakmuran negeri Tanjung Menang, kini menimbulkan kecemburuan sosial bagi negeri-negeri lain, utamanya kerajaan tetangga sendiri. Mereka selalu mengganggu keamanan. Karena ke- rajaan yang makmur itu kini terganggu, maka bermusyawarahlah orang-orang kerajaan dan di antara usul si Pahit Lidah yaitu memben- dung alur Sungai Sugian. Usulan itu disetujui dan diserahkan sepenuhnya untuk memben- dung sungai besar itu kepada si Pahit Lidah. Semua kekuatan dikerahkan. Akhirnya sungai besar itu hampir selesai dibendung dalam jangka waktu cepat. Aliran sungai berhenti total. Padahal, aliran sungai itu menjadi lalu lintas air yang bisa menghubungkan dari berbagai negeri untuk berniaga. Akibatnya per- dagangan menurun drastis, bahkan sampai berhenti, tak ada kegiatan perdagangan lagi. Kerajaan Tanjung Menang tidak terbuka untuk dunia luar. .... Si Pahit Lidah sudah mengira bahwa dengan kesaktian yang dimilikinya itu, maka dia layak sebagai raja daripada saudara- saudaranya. Ambisinya itu disampaikan terang-terangan kepada saudara-saudaranya. Keinginan itu terhalang dan ditolak keras, sehingga terjadi perdebatan yang seru. Berulangkali bermusyawarah, tetapi gagal tidak menemukan jalan keluar. Terakhir diadakan adu kesaktian antara kakak dan adik. Tempat adu kesaktian itu di luar kerajaan, yaitu di bawah pohon enau. Pada hari yang telah ditentukan, ketujuh saudara itu berkumpul di bawah pohon enau yang pohonnya besar dan menjulang tinggi. Dalam adu sakti ini, siapa yang menang akan berhak menjadi Raja Tanjung Menang. Adu kesaktian dimulai. Yang mendapat giliran untuk diuji saktinya, yaitu si Empat Mata. Sementara si Pahit Lidah memanjat pohon yang tinggi itu sambil menjatuhkan tandanan dan buah itu ke bawah tanah. Si Empat Mata berbaring di bawah pohon itu dengan dihujani tandanan buah enau. Dia siap menerima jatuhnya tandan-tandan enau ke punggungnya. Kelima saudaranya sebagai saksi adu kesaktian ini merasa takut serta berharap agar si Empat Mata benar-benar selamat. Si Pahit Lidah terus-menerus menghu- jani tandanan-tandanan besar, agar mengenai punggungnya si Empat Mata. Bahkan sampai sepuluh kali dijatuhkan tandanan tersebut, tapi satu pun tak ada yang mengenai Empat Mata. Itulah kesaktian dan kelebihan Empat Mata yang mampu mengecoh pandangan si Pahit Lidah. Si Pahit Lidah turun dari pohon enau yang tinggi itu. Kini dia mendapat giliran berbaring di bawah pohon enau itu. Si Empat Mata naik ke pohon enau dan menjatuhkan tandan-tandan enau. Memang disengaja si Empat Mata menjatuhkan tandanan itu tidak ke arah punggungnya si Pahit Lidah, tetapi meleset jauh, sehingga dia tersenyum- senyum. Kemudian berikutnya mengenai punggungnya. Dia mengeluh kesakitan, tetapi masih berusaha menahan rasa sakitnya itu. Untuk berikutnya, si Empat Mata terus menghujani tandan-tandan besar yang banyak buahnya hingga kelima kalinya dia tak berdaya sampai kejatuhan keenam kalinya dia sekarat akhirnya mati.