Menulis Pesan Singkat Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas 7 Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti 2010

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 188 Uji Kemampuan 4 Kerjakan di buku tugasmu 1. Perhatikanlah ilustrasi berikut Tomi dan Rizal diminta menghadap Bapak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, terkait dengan persiapan acara hiburan pada saat Lustrum. Karena Rizal masih berkonsultasi dengan Guru Bimbingan dan Konseling, maka Tomi terpaksa berangkat seorang diri menemui Bapak Wakil Kepala Sekolah di ruangannya. Sebelum berangkat, Tomi sempat menuliskan sebuah pesan singkat yang ditujukan kepada Rizal. Isi pesannya adalah agar ia segera pergi menyusul di ruang Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. a. Tulislah pkok-pokok informasi pesan yang harus ditulis berdasarkan ilustrasi di atas b. Buatlah sebuah pesan singkat yang harus ditulis Tomi berdasarkan pkok-pokok informasi yang telah kamu tulis 2. Perhatikan ilustrasi berikut Sebelum berkonsultasi dengan Guru Bimbingan dan Konseling, Rizal sempat membuat sebuah pesan singkat yang ditujukan kepada Tomi. Isi pesannya adalah Tomi diminta menghadap ke Bapak Wakil Kepala Sekolah terlebih dahulu. a. Tulislah pokok-pokok informasi pesan yang harus ditulis berdasarkan ilustrasi di atas b. Buatlah sebuah pesan singkat berdasarkan pokok-pokok informasi yang telah kamu tulis 1. Tanggapan terhadap proses pem- bacaan puisi berkenaan dengan suara dan aspek tubuh. Suara dalam berpuisi meliputi volume, intonasi, dan artikulasi. Aspek tubuh dalam berpuisi meliputi gestur, ekspresi, dan mimik. 2. Bertelepon dilakukan dengan sopan; mengucapkan salam, menyebutkan dengan siapa hendak berbicara, serta memperkenalkan diri. Maksud dan tujuan menelepon disampaikan dengan singkat dan jelas serta dengan bahasa yang sopan. Selesai menelepon, pem- bicaraan diakhiri dengan mengucapkan salam dan terima kasih. RANGKUMAN Pelajaran 8 Budaya 189 Kalau kotor warna jiwanya ibu cuci di lubuk hati. Cuma ibu yang bisa mengerti ia membunuh tak dengan hati. Kalau memang hauskah darah manusia. suruhlah minum darah ibunya. Paman Doblang Paman Doblang Katakan, ibunya selalu berdoa. kalau ia ‘kan mati jauh di rimba. suruh ingat marhum bapanya. yang di sorga, di imannya. Dan di dangau ini ibunya menanti dengan rambut putih dan debar hati. Paman Doblang Paman Doblang Kalau di rimba rembulan pudar duka katakan, itulah wajah ibunya. Balada Orang-orang Tercinta, 1986 Evaluasi Pelajaran 8 Kerjakan di buku tugas 1. Simaklah pembacaan puisi berikut yang dilakukan oleh temanmu Ke mana larinya anak tercinta yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang Paman Doblang Ia lari membawa dosa tangannya dilumuri cemar noda tangisnya menyusupi belukar di rimba. Sejak semalam orang kota menembaki dengan dendam tuntutan mati dan ia lari membawa diri seluruh subuh, seluruh pagi. Paman Doblang Paman Doblang ke mana larinya anak tercinta di padang lalang mana mengapa tak lari di riba bunda? Paman Doblang Paman Doblang Pesankan padanya dengan angin kemarau ibunya yang tua menunggu di dangau. Kalau lebar nganga lukanya Mulut bunda’kan mengucupnya. 3. Realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak dapat dilihat pada unsur-unsur intrinsiknya. Dengan memahami unsur-unsur intrinsik sebuah cerita, maka realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku tersebut dapat ditemukan. 4. Penulisan pesan singkat perlu me- merhatikan keefektifan dan kekomu- nikatifan kalimat serta kesantunan berbahasa. Hal ini bertujuan agar inti pesan dapat dipahami penerima dengan baik. Tangis Karya: W. S. Rendra Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 190 Kerjakanlah sesuai dengan perintah a. Apakah tema yang diungkapkan dalam puisi di atas? b. Jelaskan nada, irama, suasana, dan pilihan kata yang ter- gambar dari puisi tersebut dengan menunjukkan data c. Bagaimanakah pola irama yang terkandung dalam puisi tersebut? d. Buatlah tanggapan terhadap pembacaan puisi di atas 2. Simaklah ilustrasi berikut Pada suatu hari Rina ingin menelepon Gani karena ada urusan sekolah yang berkaitan dengan kegiatan OSIS yang akan dilaksanakan minggu depan. Kegiatan tersebut adalah kegiatan bakti sosial ke daerah yang terkena bencana. Rina akan menanyakan mengenai persiapan-persiapan kegiatan tersebut. Namun, pada saat bertelepon, yang menerima pertama kali adalah kakak Gani. Kerjakan tugas berikut dengan cermat a. Tuliskan poin-poin penting yang akan disampaikan Rina kepada Gani b. Tuliskan contoh percakapan dalam telepon tersebut dari awal sampai akhir c. Apa sajakah yang perlu diperhatikan saat bertelepon? d. Mengapa dalam bertelepon diperlukan bahasa yang singkat dan jelas? 3. Simaklah cerita berikut dengan cermat Kesetiaan Seekor Harimau Cerita Rakyat Jawa Barat Pada zaman dahulu, di Tasikmalaya ada sepasang suami istri. Kehidupan mereka cukup tenteram dan bahagia. Pada suatu hari, mereka menemukan seekor harimau kecil yang ditinggal mati oleh induknya. Harimau itu dipelihara oleh mereka, dididik dan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri. Ternyata hewan itu tahu diri, ia menjadi penurut kepada sepasang suami istri itu. Harimau itu tumbuh menjadi besar, ia cerdas dan tangkas. Harimau itu dipanggil si Loreng. Demikian erat hubungan si Loreng dengan suami istri itu, sehingga ia dapat mengerti kata-kata yang diucapkan suami istri itu. Kalau ia disuruh, ia pasti menurut dan mengerjakan perintah suami istri itu dengan baik. Suami istri yang bekerja sebagai petani itu semakin berbahagia ketika lahir anak mereka, seorang bayi laki-laki yang sehat dan menyenangkan. Inilah saat berbahagia yang mereka tunggu sejak lama. Apabila mereka pergi bekerja di sawah, bayinya ditinggal di Pelajaran 8 Budaya 191 rumah. Si Loreng, ditugaskan untuk menjaga keselamatan bayi itu. Hal itu berlangsung selama beberapa bulan. Sepasang suami istri itu makin sayang kepada si Loreng karena hewan itu ternyata dapat dipercaya menjaga keselamatan anak mereka. Pada suatu siang yang terik, istri petani pergi ke sawah untuk mengirim makanan kepada suaminya. Melihat kedatangan istri- nya, si suami segera menghentikan pekerjaan- nya. Ia segera menghampiri istrinya di danau. Di sana si suami melahap makanan yang dihidangkan istrinya. Baru saja selesai makan dan minum, tiba-tiba mereka mendengar suara gerengan si Loreng. Si Loreng nampak lari pontang- panting, melewati pematang sawah terus menuju ke danau. Si Loreng mengibaskan ekornya berkali-kali dengan lembut sembari menggosok-gosokkan badannya kepada suami istri itu. “Kakang, mengapa tingkah si Loreng tidak seperti biasanya?” tanya sang istri. “Iya, Istriku … aneh sekali. Ada apa gerangan?” sahut sang suami. “Kakang, lihat” teriak sang istri. “Mulut Loreng penuh darah.” Sang suami tersentak kaget, mulut si Loreng memang berlumuran darah segar. “Loreng …?” kata sang suami. “Jangan- jangan kau telah menerkam anakku. Kau telah membunuh anakku.” Si Loreng menggeleng-gelengkan kepa- lanya, sehingga darah di bagian mulutnya berhamburan. Si suami seketika meluap amarahnya. Ia segera mencabut goloknya dan memenggal kepala si Loreng. Si Loreng yang tak menduga diserang tak sempat mengelak. Harimau itu mengerang kesakitan, ia tidak melawan, hanya sepasang matanya meman- dang ke arah sepasang suami istri itu dengan penuh rasa penasaran. Karena hewan itu belum mati, si suami segera mengayunkan goloknya dengan penuh kemarahan hingga tiga kali. Putuslah leher si Loreng dari badannya. Binatang itu tewas dengan cara mengenaskan. “Kakang Cepat kita pulang.” Mereka segera berlari ke rumahnya. Sampai di dalam rumahnya, mereka mendapati anaknya masih berada di dalam ayunan. Bayi itu nampak tertidur nyenyak. Dirabanya tubuh anaknya itu, diguncang-gun- cang tubuhnya. Si bayi pun terbangun dan tersenyum melihat kedatangan orang tuanya. Kedua suami itu bersyukur karena bayinya selamat dan masih hidup. Setelah puas memandangi anak bayinya, setelah merasa lega atas keselamatan anaknya, kini mereka celingukan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Perhatian mereka terpusat pada tempat sekitar ayunan anaknya bagian bawah. Mereka mendapatkan bangkai seekor ular yang sangat besar berlumuran darah tergeletak di bawah ayunan. Sadarlah kedua suami istri itu bahwa si Loreng telah berjasa menyelamatkan jiwa anaknya dari bahaya, yaitu dari serangan ular besar. Suami istri sangat menyesal, terlebih si suami, karena telah tergesa-gesa membunuh harimau kesayangannya. Hal tersebut dilakukannya karena salah terka. Dalam bahasa Sunda “salah terka” disebut nyalahan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka tempat tinggal suami istri itu dinama- kan “Penyalahan”. Lama-kelamaan, Penyalah- an makin banyak penduduknya sampai men- jadi sebuah desa yang ramai. Menurut kepercayaan mereka yang berasal dari Desa Penyalahan, sampai seka- rang senjata apa pun tidak mempan untuk membunuh harimau. Hal ini terjadi karena di desa Penyalahan pernah terjadi peristiwa mengenaskan, yaitu seekor harimau yang tidak bersalah dibunuh karena salah terka. Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita agar tidak bertindak gegabah, berpikirlah dengan cermat sebelum mengambil tindakan yang nantinya merugikan. Sumber: Buku Pintar Mendongeng Se- Nusantara, 2003 Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 192 Kerjakanlah sesuai dengan perintah a. Sebutkan tema cerita “Kesetiaan Seekor Harimau” b. Sebutkan latar waktu, tempat, dan suasana yang terdapat dalam cerita “Kesetiaan Seekor Harimau” c. Sebutkan perwatakan yang terdapat dalam cerita “Kesetia- an Seekor Harimau” d. Sebutkan amanat atau pesan moral yang terkandung dalam cerita “Kesetiaan Seekor Harimau” 4. Simaklah ilustrasi berikut Pada saat jam istirahat, Firman akan mengajak teman-teman panitia kegiatan sosial daerah bencana untuk mengadakan rapat setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Namun, pada saat itu teman-teman tidak ada di kantor kesekretariatan panitia. a. Tuliskan poin-poin penting yang harus ditulis Firman untuk menuliskan sebuah pesan singkat b. Tuliskan pesan singkat Firman untuk teman-temannya c. Jelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah pesan singkat Pelajaran 9 Pariwisata Masih adakah kesulitan-kesulitan yang belum terpecahkan dalam memahami materi-materi yang telah kita pelajari bersama? Diskusikan kesulitan-kesulitan tersebut bersama teman-teman dan bapakibu guru kalian. Akan sangat membantu, jika kalian mengu- las serta memahami kembali materi-materi tersebut di waktu luang. Pada Pelajaran 9 ini, kalian akan mempelajari kembali menge- nai mendengarkan wawancara sebagai materi menyimak kalian. Materi kemampuan berbicara, membaca, dan menulis berturut-turut yaitu menjelaskan tokoh serta hubungan latar cerpen dengan realitas kehidupan sosial; menemukan gagasan utama suatu teks; serta menulis kreatif puisi mengenai keindahan alam. Manfaatkan materi-materi di atas sebagai pemicu untuk meningkatkan kemahiran kalian dalam kemampuan berbahasa dan bersastra. Sumber: Garuda, 2006 Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 194 Peta Konsep Pariwisata Mendengarkan Berbicara Menjelaskan tokoh serta hubungan latar cerpen dengan realitas sosial Membaca Menemukan gagasan utama Menulis Menulis puisi Menyimpulkan informasi narasumber Pelajaran 9 Pariwisata 195

A. Menyimpulkan Pikiran, Pendapat, dan Gagasan dari Narasumber

Bagaimanakah kemampuan kalian dalam mendengarkan dan memahami isi wawancara setelah kita membahasnya pada pela- jaran terdahulu? Pada pembelajaran ini, kita akan mengulas kembali materi tersebut untuk memperdalam pemahaman dan kemampuan kalian dalam mendengar dan memahami isi wawancara. Guna mendapatkan informasi berkaitan dengan pengetahuan yang kalian perlukan, kalian dapat melakukan dengan cara menyimak wawancara dari narasumber-narasumber yang bersangkutan. Dengan menyimak wawancara, baik secara lang- sung maupun melalui media elektronik, kalian akan mendapatkan penjelasan-penjelasan berkaitan dengan topik permasalahan yang dibahas. Untuk itu, dalam memahami isi wawancara yang sifatnya sekali tayang, kalian harus menyimaknya dengan konsentrasi penuh. Apabila perlu, kalian persiapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang sifatnya penting. Persilakan teman kalian untuk memperagakan wawancara di bawah ini. Sebagai upaya melatih kemampuan menyimak, kalian tidak perlu membaca teks wawancara di bawah ini. Simaklah dengan saksama wawancara yang diperagakan teman kalian di depan kelas Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar kalian adalah dapat membuat kesimpulan mengenai pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh atau narasumber dalam wawancara. Cagar Budaya Bagaimana menurut pandangan Bapak tentang maraknya pembongkaran bangunan- bangunan bersejarah? Pembongkaran bangunan-bangunan sejarah yang sebenarnya merupakan bagian dari cagar budaya yang kemudian diganti dengan bangunan-bangunan komersial seperti mall pusat perbelanjaan, hotel, gedung pertemuan, café, dan lain sebagainya, dila- kukan atas dasar asas manfaat. Namun, para pemerhati dan ahli bangunan bersejarah menilai, pemanfaatan bangunan cagar budaya seharusnya dilakukan dengan tetap memer- hatikan keaslian bentuk bangunan asal. De- ngan demikian, bangunan tersebut tetap dapat memberikan corak tersendiri bagi perkem- bangan sejarah kota yang bersangkutan. Undang-Undang UU Cagar Budaya Nomor 5 Tahun 1992 mengatur sanksi hukuman kurungan maksimal 10 tahun atau sanksi denda 100 juta. Namun, praktik di lapangan sangat lemah. Mengapa terjadi demikian? Pembangunan kota menuju kota atau megapolitan, di sisi lain telah membuktikan sebagai ancaman bagi berdirinya bangunan atau kawasan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Kemungkinan ke arah tersebut membesar karena kota-kota besar di Indone- sia tidak memiliki aturan hukum kuat yang mengatur sanksi bagi mereka yang jelas-jelas merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau kawasan. Kekuatan SK wali kota pun selama ini kurang berarti, sementara peraturan daerah perda yang mengatur sanksi masih dalam konsep, bahkan UU No. 51992 sendiri sangat lemah praktiknya di lapangan. Mengapa negara kita tidak dapat meniru negara-negara maju yang telah berhasil memadukan kemajuan zaman dan keeksotisan masa lalu melalui gedung-gedung berse- jarahnya? Sumber: http: images.google.co.id Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 196 Karena kembali kepada persoalan dasar, yakni masalah penegakan hukum yang masih lemah. Saat ini hukum seakan hanya berpihak kepada mereka-mereka yang memiliki uang dan kekuasaan. Karena orientasinya uang dalam waktu yang relatif singkat, akhirnya “menghalalkan” segala cara agar hal itu dapat tercapai. Padahal, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya kemampuan memadukan nilai- nilai sejarah dalam kekinian ternyata merupa- kan ide yang sangat brilian cemerlang. Betapa tidak, kota-kota di negara-negara maju di berbagai belahan dunia mampu menyu- guhkan eksotisme kekinian dari benda-benda cagar budaya yang berusia ratusan tahun. Selain mampu menampilkan ciri khas dan sejarah kota itu sendiri, ternyata benda- benda cagar budaya mampu mendatangkan keuntungan lain yang mengalir dari mening- katnya kunjungan wisata sejarah sebuah kota. Lalu, bagaimana solusi terbaik agar ke- perluan-keperluan pembangunan ekonomi kota dapat terpenuhi tanpa harus menghan- curkan dan menghilangkan sejarah kota tersebut? Di sinilah perlunya sebuah kearifan bersama. Artinya, perlu adanya usaha zonasi kawasan perlindungan kawasan konservasi yang idealnya adalah usaha mengakomodasi berbagai keperluan akan ruang dari keseluruh- an komponen lingkungan hidup. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan usaha konservasi perlindungan lebih difokuskan pada perlindungan beberapa komponen tertentu saja. Misalnya bangunan-bangunan tertentu saja yang hanya karena sifatnya yang unik dan sangat dekat dengan sejarah berdirinya sebuah kota. Sementara masyarakat di sekitar kawasan konservasi yang dianggap tidak unik, bukan menjadi fokus pengelolaan. Pada hakikatnya, kawasan konservasi merupakan hasil dari ide pengelolaan ruang berupa zonasi dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang dinyatakan dengan kesepakatan perundangan. Artinya, objek berupa ruang muka bumi tertentu dilindungi untuk tujuan tertentu yang diperkuat dengan hukum yang mengaturnya. Akhirnya kawasan konservasi memiliki batas hukum secara keruangan. Hal yang paling jelas barangkali adalah konflik perselisihan tentang tata batas antara kawasan konservasi dengan masyarakat di sekitarnya. Kawasan konservasi ditentukan secara hukum jauh setelah masyarakat punya kekuat- an hukum hukum adat misalnya. Apabila sudah begini, komitmen kuat yang tertransfer dengan baik dalam setiap pemegang kebijakan kota menjadi jalan keluarnya. Persoalannya, sejauh mana kesadaran ini menjadi kesadaran kolektif secara gabungan, baik birokrat mau- pun masyarakat. Selain itu, perlu juga konsis- tensi penegakan hukum dan kemauan keras pemkot maupun legislatif untuk melahirkan perda cagar budaya menjadi awal kesung- guhan dalam mempertahankan cagar budaya. Sumber: Kompas, 27 Juli 2004, dengan pengubahan Setelah menyimak wawancara di atas, kita dapat berdiskusi mengenai pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan narasumber dan mampu menyimpulkannya. Hasil diskusi hal-hal tersebut dapat dituliskan sebagaimana berikut. Beberapa pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan oleh narasumber adalah berikut. 1. Pembongkaran bangunan-bangunan sejarah yang dilakukan atas dasar asas manfaat harus memerhatikan cagar budaya. 2. Pembangunan kota menuju kota metropolitan atau me- gapolitan, di sisi lain telah membuktikan sebagai ancaman bagi berdirinya bangunan atau kawasan yang telah dite- tapkan sebagai cagar budaya. Pelajaran 9 Pariwisata 197 3. Kemungkinan ke arah tersebut makin menggejala karena kota-kota besar di Indonesia tidak memiliki aturan hukum kuat yang mengatur sanksi bagi mereka yang jelas-jelas merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau kawasan. 4. SK wali kota kurang berarti, peraturan daerah perda yang mengatur sanksi masih dalam konsep, dan bahkan UU No. 51992 sangat lemah praktiknya di lapangan. 5. Poin-poin penting dalam mempertahankan bangunan cagar budaya, termasuk detail alasan sebuah bangunan atau kawasan dapat ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, telah dituliskan dalam undang-undang. 6. Kemampuan memadukan nilai-nilai sejarah dalam kekinian merupakan ide yang sangat brilian. Betapa tidak, kota-kota di negara-negara maju di berbagai belahan dunia mampu menyuguhkan eksotisme kekinian dari benda-benda cagar budaya yang berusia ratusan tahun. 7. Komitmen kuat yang tertransfer dengan baik dalam setiap pemegang kebijakan kota menjadi jalan keluarnya. Kesimpulan mengenai pikiran, pendapat, dan gagasan dari narasumber di atas dapat kalian kemukakan kembali secara tertulis, sebagaimana berikut. Pembangunan kota menuju kota metropolitan atau megapolitan, di sisi lain telah membuktikan sebagai ancaman bagi berdirinya bangunan atau kawasan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Kemungkinan ke arah tersebut makin menggejala karena kota-kota besar di Indonesia tidak memiliki aturan hukum kuat yang mengatur sanksi bagi mereka yang jelas-jelas merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau kawas- an. Padahal, mereka tidak sadar bahwa kemampuan memadu- kan nilai-nilai sejarah dalam kekinian merupakan ide yang sangat brilian. Betapa tidak, kota-kota di negara-negara maju di ber- bagai belahan dunia mampu menyuguhkan eksotisme kekinian dari benda-benda cagar budaya yang berusia ratusan tahun. Selain mampu menampilkan ciri khas dan sejarah kota itu sendiri, ternyata benda-benda cagar budaya mampu mendatangkan keuntungan lain yang mengalir dalam jangka panjang dari meningkatnya kunjungan wisata sejarah sebuah kota. Untuk itu, perlu adanya komitmen kuat yang tertransfer dengan baik dalam setiap pemegang kebijakan kota. Persoalannya, sejauh mana kesadaran ini menjadi kesadaran kolektif, baik birokrat maupun masyarakat. Selain itu, perlu juga konsistensi penegakan hukum. Selintas Makna Wawancara merupakan salah satu teknik tanya- jawab dengan seseorang pejabat, tokoh, dan sebagainya yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Tanya- jawab tersebut dapat dilakukan oleh direksi kepala personalia atau kepala humas perusahaan dengan pelamar pekerjaan; tanya-jawab peneliti dengan narasumber. Bingkai Bahasa Pada teks wawancara terdapat banyak kata berimbuhan ke--an. Beberapa makna imbuhan ke--an di antaranya menyatakan: 1. tempat – kecamatan – kelurahan 2. terlalu – kebesaran – kesempitan 3. bersifat – keadilan – kemanusiaan 4. mengalamimenderita terkena – keracunan – kemalaman 5. agak – kemerahan – kehijauan 6. mirip – kekanak-kanakan