Menemukan Realitas Kehidupan Anak yang Terefleksi dalam Buku Cerita Anak
Pelajaran 8 Budaya
183
“Oh, ya” jawab berang-berang itu ber-
samaan. “Kami berdua telah menangkap ikan
ini bersama-sama dan kami tak tahu bagai-
mana membaginya?”
“Aku ingin bagian yang lebih besar,” kata
berang-berang kedua dan mereka mulai
bertengkar.
“Kalian berdua, berhentilah berkelahi,” kata si srigala. “Bila kalian mau, aku akan
membagi ikan ini untuk kalian berdua supaya adil.”
“Benarkah demikian wahai, Srigala?” kata berang-berang dengan penuh semangat.
“Anda sangat baik hati.” “Sekarang, beri aku pisau yang tajam,”
kata srigala licik tersebut. Ia mengambil pisau dan memotong kepala ikan itu.
“Ini bagianmu,” ia berkata pada berang- berang pertama. Ia kemudian memotong
bagian ekor ikan itu, “Dan ini bagian ikan- mu,” katanya pada berang-berang kedua.
Kemudian sang srigala sendiri men-
dapatkan bagian ikan yang terbaik dan
gemuk.
“Potongan ini adalah upahku atas
pemecahan masalah kalian.” Sambil berkata
demikian sang srigala berlari pulang sebelum
berang-berang itu mengejarnya.
Berang-berang melongo, mereka baru sadar kalau sudah diakali oleh srigala yang
licik, sepertinya menolong ternyata malah merampok.
“Betapa bodohnya kita ini” kata berang- berang pertama.
“Kita kehilangan makan siang kita yang lezat akibat kebodohan kita sendiri,” kata
berang-berang yang kedua. Kedua berang- berang itu pulang kembali dengan wajah agak
murung tetapi mereka telah mendapat pengalaman berharga agar tidak selalu
mementingkan dirinya sendiri.
Sumber: Kumpulan Dongeng dari Mancanegara,
2003
Setelah membaca cerita di atas, kalian dapat mendiskusikan tema, latar, dan perwatakan, yang berkaitan dengan peng-
ungkapan pemikiran dan imajinasi, serta nilai-nilai dalam cerita tersebut bersama teman-teman kalian. Contoh kesimpulan yang
dapat kalian kemukakan sebagai hasil diskusi mengenai hal-hal tersebut adalah berikut.
1. Tema adalah ide sentral yang menggerakkan cerita.
Cerita di atas bertemakan kesetiaan yang sirna akibat egoisme. Hal itu terlihat ketika berang-berang berupaya
menangkap ikan secara bersama-sama. Setelah ikan didapatkan, mereka sibuk bertengkar mengedepankan
egoisme masing-masing.
2. Latar adalah segala informasi yang berkaitan dengan tempat,
waktu, dan suasana. Latar tempatnya adalah sungai dan daerah pinggiran sungai.
Latar suasananya adalah tegang karena terjadi per- tengkaran. Latar waktunya adalah siang hari.
Sumber: Dok. Penerbit
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
184
3. Perwatakan adalah penciptaan citra atau watak tokoh yang
merupakan hasil imajinasi pengarang untuk dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
Perwatakan dalam cerita di atas adalah berikut.
a. Berang-berang pertama adalah sahabat yang tamak. Hal ini terlihat ketika ia hanya melihat ikan. Ia tidak
menangkapnya, tetapi menginginkan bagian yang besar. b. Berang-berang kedua adalah sahabat yang pemarah.
Hal ini terlihat ketika berang-berang pertama meminta bagian yang lebih besar. Seharusnya ia tidak perlu marah,
tetapi cukup memberikan penjelasan saja.
c. Istri srigala adalah tipe istri yang banyak menuntut. Ia menuntut makan siang dengan ikan.
d. Srigala jantan adalah tipe suami yang ingin menye- nangkan istrinya, walaupun ia terpaksa harus membo-
hongi dan merampas hak orang lain. 4.
Amanat adalah pesan atau nilai moral yang terdapat dalam cerita.
a. Amanat cerita di atas adalah kesetiaan mestinya tidak luntur atau sirna hanya karena mementingkan egoisme
pribadi. Kesetiaan persahabatan harus selalu ada, baik di kala susah maupun senang.
b. Egoisme adalah sifat yang kurang terpuji. c. Setiap rezeki yang kita terima harus kita syukuri.
d. Seorang istri semestinya tidak terlalu banyak menuntut kepada suaminya, karena hal itu akan berdampak
negatif. Seperti halnya digambarkan dalam cerita di atas, srigala jantan terpaksa harus mengelabui berang-berang
dan mencuri ikan yang bukan menjadi miliknya.
Berdasarkan isi cerita dan pelaku-pelaku dalam rangkaian cerita, kalian dapat melihat adanya permasalahan yang di dalam
kehidupan sekarang masih terjadi. Seperti keegoisan, tidak setia pada persahabatan, tidak mensyukuri sesuatu yang diterima,
berbohong, dan sebagainya. Dengan demikian, tentu kalian dapat mengambil amanatnya untuk bahan merefleksi atau perenungan
terhadap diri kalian sendiri. Hal ini menunjukkan betapa besar manfaat dari membaca sebuah kisah atau cerita.
Pelajaran 8 Budaya
185
Uji Kemampuan 3
Bacalah kutipan cerita anak terjemahan berikut ini
Bawang Putih dan Bawang Merah
Pada zaman dahulu, di sebuah desa ting- gal seorang janda dengan kedua anak perem-
puannya. Anak yang tua bernama Bawang Putih dan yang muda Bawang Merah. Karena
Bawang Merah adalah anak kandungnya, maka janda itu amat mencintainya. Di lain
pihak, dia amat memandang rendah Bawang Putih yang hanya seorang anak tiri.
Suatu ketika Bawang Putih mencuci pakaian di sungai, air yang deras membawa
bakul yang berisi pakaian yang hendak dicucinya. Bawang Putih pun mencari bakul
di sekelilingnya, tetapi dia tidak dapat menemukannya. Akhirnya dia sadar kalau dia
kehilangan baju-baju itu karena terbawa arus. Suatu petaka besar Apa yang akan dikatakan
ibu tiri dan saudara tirinya bila mereka mendengar ini?
“Mereka akan membunuhku,” pikirnya panik.
“Lebih baik mencoba mencarinya daripada pulang dengan tangan kosong.”
Bawang Putih mengikuti arus, matanya menatap ke mana bajunya hanyut. Tak lama
kemudian Bawang Putih bertemu dengan seorang ibu yang sedang mencuci rambutnya.
Bawang Putih bertanya, “Ibu, apakah Ibu melihat cucian saya hanyut?”
“Ibu tidak melihat apa pun, Nak, sebab sedang sibuk mencuci rambut,” jawab ibu
itu. Dengan sedih Bawang Putih terus
berjalan. Sejam kemudian dia bertemu dengan seorang laki-laki tua yang menyabit rumput
untuk kambingnya. Laki-laki itu pun tidak tahu keberadaan baju-baju Bawang Putih.
Akhirnya ia bertemu dengan Ibu Buto Ijo penjaga sungai. Dia pun kembali bertanya,
“Ibu, apakah Ibu melihat cucian saya hanyut?”
“Ibu tidak melihat apa pun, Nak. Sudahlah Nak, tak usah kau risaukan hal itu.
Ibu punya sebuah kotak ini. Bawalah kotak ini, niscaya, ibumu tidak akan marah.
Namun, ingatlah pesan Ibu, kau hanya boleh membuka kotak ini setelah sampai di
rumah,” ujar Ibu Buto Ijo penjaga sungai.
Dengan patuh Bawang Putih membawa kotak kecil ke rumah. Ketika dibuka tutupnya,
semuanya menjerit takjub. Sebab kotak itu penuh berisi batu-batu mulia.
Bawang Merah menjadi amat iri. Permata yang begitu indah untuk Bawang
Putih, gadis yang jelek dan bodoh, dan tak ada untuknya? Itu tak mungkin. Segera ia
memutuskan untuk meniru tindakan Bawang Putih dan pergi ke rumah nenek Buto Ijo.
Sesampainya di sana, Bawang Merah langsung berkata, “Boleh saya bekerja untuk
Nenek?” “Bila kau memang benar mau bekerja,
kau boleh tinggal dan menolong aku dengan pekerjaan rumah tangga,” jawab Nenek Buto
Ijo. Setelah sekian waktu bekerja di tempat
Nenek Buto Ijo, Bawang Merah pun terduduk dan mengeluh bahwa dia sangat lelah. Dia
ingin segera pulang ke rumah. Tetapi dia ingin mendapatkan hadiah terlebih dahulu.
Nenek Buto Ijo pun mengabulkan permohonan Bawang Merah. Dia pun di-
minta untuk memilih bungkusannya sendiri. Dia memilih bungkusan yang paling besar
dan berat. Dengan senang hati dia membawa pulang bungkusan itu ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Bawang Merah memanggil ibunya, lalu kedua wanita itu
membuka pembungkusnya yang indah. Dengan tangan gemetar karena kegembiraan,
Bawang Merah membuka tutup bungkusan itu dan di dalamnya terlihat dua benda
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
186
berkilat-kilat. Itu bukan permata, tetapi mata dari seekor ular yang amat berbisa. Sebelum
Bawang Merah dan ibunya lari, ular itu menggigit mereka berdua sampai akhirnya
meninggal. Lalu ular itu merayap ke luar dari pintu depan dan lenyap menuju sungai.
Beberapa waktu kemudian, Bawang Putih menjual sebagian perhiasannya dan
membeli sebuah rumah serta kebun. Dia pun dapat hidup berbahagia tanpa ada yang
mengganggu.
Dikutip seperlunya dari: ‘’White Onion and Red
Onion’’ dalam Favourite Stories from Indonesia, Kuala Lumpur, Heinemann, 1978
Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugas
1. Tulislah tema cerita di atas
2. Sebutkan latar waktu, tempat, dan suasana yang terdapat dalam
cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” 3.
Sebutkan perwatakan yang terdapat dalam cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah”
4. Sebutkan amanat atau pesan moral yang terkandung dalam
cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” 5.
Tulislah realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam cerita di atas