Inti sari riwayat hidup Soemitro Djojohadikusumo

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 162 - Bagi banyak ekonom, ia menjadi guru. - Bagi banyak ekonom, menjadi guru ia. - Menjadi guru bagi banyak ekonom, ia. Menanti Tangan Dingin Boediono di Bank Indonesia Dr. Boediono lahir di Blitar, Jawa Timur pada 25 Februari 1943. Ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian di Kabinet Indonesia Bersatu 2005-2008. Sebelumnya, Boediono pernah menja- bat sebagai Menteri Keuangan Indonesia era Presiden Megawati Soekarnoputri dalam Kabinet Gotong Royong 2001-2004 serta Menteri Negara Perencanaan dan Pem- bangunan NasionalKepala Bappenas dalam era Presiden B.J. Habibie di Kabinet Refor- masi Pembangunan 1998-1999. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Bank In- donesia pada masa pemerintahan Soeharto. Hingga saat ini, ia mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Ia memperoleh gelar S1 Bachelor of Economics Hons. dari Universitas West- ern Australia pada tahun 1967, gelar Master of Economics diraih dari Universitas Monash, dan gelar S3 Ph.D. dalam bidang ekonomi diraih dari Wharton School of Business, Uni- versitas Pennsylvania. Boediono, yang saat ini menjabat Menteri Koordinator Bidang Perkonomian, layaknya superstar di kalangan masyarakat ekonomi Indonesia. Sejak beliau masuk ke jajaran elit pe- merintahan, tangan dinginnya selalu dinanti para pebisnis dan pelaku ekonomi lainnya. Ketika menjabat Menteri Keuangan di era Megawati Soekarnoputri 2001-2004, beliau mewarisi perekonomian yang masih kritis akibat krisis ekonomi yang menerpa Indone- sia sejak 1997. Namun, berkat kepiawaiannya, masa transisi dan masa-masa kritis pascakrisis mampu dilewati. Tak ayal, BussinessWeek, majalah asal AS terbitan McGraw-Hill, mengatakan pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, tersebut telah membuat Indonesia kembali pada jalan pertumbuhan ekonomi. Kinerja Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada UGM tersebut, menurut BussinessWeek kala itu, telah membuat rupiah mampu menguat, mening- katkan cadangan devisa, menurunkan tingkat pelarian modal, dan memacu pertumbuhan ekonomi menjadi empat persen. “Terima kasih kepada Boediono, negara ini Indonesia tidak lagi berada dalam jalur krisis dan memiliki kesempatan untuk menyembuhkan penyakit yang kronis,” tulis BussinesWeek kepada Boediono Juni 2003, ketika memberikan penghargaan sebagai salah satu Menteri Keuangan terbaik Asia atau Bintang Asia. Kiprah Boediono tak berhenti. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden, diperkirakan Boediono akan tetap b. Berani mengkritik terhadap kebijakan yang dapat merusak dengan alasan yang masuk akal. c. Berani mengemukakan fakta. d. Mau memberikan pemikiran terhadap sebuah permasalahan. e. Memiliki keteguhan hati. f. Tidak terpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang tidak baik. Uji Kemampuan 3 Untuk menguji kemampuanmu berkaitan dengan proses membaca intensif teks profil tokoh, bacalah teks berikut dengan cermat Pelajaran 7 Ekonomi 163 menjabat sebagai Menteri Keuangan. Namun, posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Saat itu Boediono sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk bertahan. Namun, beliau sendiri berniat beristirahat dan kembali mengajar. Namun demikian, namanya kembali ke panggung pemerintahan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombak- an reshuffle kabinet pada 5 Desember 2005. Presiden memintanya menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Bersatu. Presiden menempatkan Boediono men- jadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomi- an menggantikan Aburizal Bakrie. Layaknya tangan-tangan tak terlihat, ketika nama Boediono disebut bakal kembali ke pemerin- tahan, respons pasar positif. Indeks kala itu menguat 19,926 poin dan rupiah menguat ke level di bawah Rp10.000 per dolar AS. Beberapa media menyebutkan hal itu merupakan respons kepercayaan pasar atas reputasi Boediono. Akankah “tangan-tangan tak terlihat” kembali bekerja ketika Boediono menjabat sebagai pemimpin tertinggi otoritas moneter, yaitu Gubernur Bank Indonesia? Rapat internal Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin, memutuskan untuk meneri- manya mengisi jabatan yang akan ditinggalkan oleh Burhanudin Abbdullah pada 17 Mei 2008 mendatang. Boediono menjadi lirikan pertama banyak pihak setelah dua calon gubernur BI sebelumnya, Agus Martowardojo dan Raden Pardede, ditolak oleh DPR. Sehari sebelum beliau menjadi calon tunggal yang akan diajukan Presiden ke DPR, menurut kabar yang beredar, Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM itu telah disepakati oleh Istana untuk menjadi Gubernur BI. Beberapa pengamat dan tokoh yang dimintai nasihat oleh Istana juga menunjuk dia sebagai seorang yang pantas menduduki gubernur bank sentral di Indonesia. Para pengamat ekonomi dan analis pun mengata- kan Boediono merupakan salah satu tokoh yang dihormati pasar. Tentu aksi sang pro- fesor perlu dinanti, sebab tidak hanya pasar yang menanti tetapi juga seluruh rakyat di Indonesia. Tantangan perekonomian saat ini bagi seorang Gubernur Bank Indonesia tidaklah mudah. Di tengah situasi krisis keuangan yang bersumber dari AS terus menjalar ke berbagai negara, membuat otoritas moneter harus jeli dalam melakukan tugasnya. Kelebihan likuiditas di dunia menye- babkan banyak hot money uang untuk investasi jangka pendek yang menyerbu kawasan-kawasan yang memiliki pasar yang berkembang emerging market termasuk In- donesia. Selain tingginya likuiditas global, tingginya inflasi, baik akibat dari dalam negeri maupun dari barang-barang impor akibat lonjakan harga di pasar komoditas, energi, dan juga pangan, merupakan persoalan lain yang harus diatasi. ”Inflasi harus ditekan karena merampok rakyat, terutama mereka yang papa dan tak punya,” kata Boediono ketika uji kelayakan dan kepatutan di Komisi XI DPR RI. Belum lagi perlambatan ekonomi glo- bal yang akan berpengaruh kepada perekono- mian domestik terutama ekspor yang pada akhirnya membuat lesunya kegiatan ekonomi dalam negeri. Boediono termasuk ekonom yang percaya bahwa pasar sebagai instrumen untuk mendistribusikan barang dan jasa yang lebih efektif dan efisien. Ia mengatakan saat ini pragmatisme kebijakan diperlukan. Untuk itu, kebijakan yang dilakukan adalah mengatasi masalah yang dihadapi saat ini. “Ideologi itu memang kadangkala penting, tetapi harus kita lihat realitasnya. Realitasnya hampir semua negara yang tertutup di Eropa Timur dan China kembali ke pasar,” kata Boediono ketika uji kelayakan dan uji kepatutan di Komisi XI DPR RI. Ia menambahkan, dalam pengambilan kebijakan adalah bagaimana menggunakan pasar yang lebih efektif dan efisien. “Kita pecahkan bersama secara pragmatis, tidak kembali ke ideologis,” katanya.