Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan

Pelajaran 10 Perdagangan 225 kelak saat rembulan tua usai mendendangkan sajak-sajak rindunya pada angsa putih yang bertapa di tepi telaga Menanti kekasihnya yang hilang Disapu badai Rizka Dian P. SMU Muh. I Jogjakarta Horison, Januari 2005 Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugasmu 1. Apakah tema yang diungkapkan dalam puisi di atas? 2. Jelaskan nada, irama, suasana, dan pilihan kata yang ter- gambar dari puisi tersebut dengan menunjukkan data 3. Bagaimanakah pola irama yang terkandung dalam puisi tersebut? 4. Uraikan gambaran yang dapat kamu tangkap atas puisi tersebut berkaitan dengan pengindraan, perasaan, dan pendapat 5. Jelaskan makna puisi tersebut secara garis besar dengan menunjukkan data 6. Jelaskan hal yang dapat kamu refleksikan dari puisi di atas dalam kehidupanmu

B. Menjelaskan Hubungan Latar Suatu Cerpen dengan Realitas Sosial

Menurut kalian, apakah hal yang paling menarik dari sebuah cerpen? Pernahkah kalian mencoba menggali hal-hal yang menarik dari sebuah cerpen yang kalian baca? Salah satu dari kemenarikan cerpen tentunya adalah adanya keterkaitannya dengan realitas kehidupan sosial. Namun, hal manakah yang dapat kita ambil dari cerpen yang berkaitan dengan realitas sosial? Tentunya tidak semua hal dalam cerpen seratus persen mirip dengan realitas sosial. Dan kini ia lari kerna bini bau melati Lezat ludahnya air kelapa Ballada Orang-orang Tercinta, 1986: 5—8 6. Citraan gerak, misalnya: Ballada Kasan dan Patima Karya: W.S. Rendra Kasan tinggalkan daku, meronta paksaku terbawa bibirnya lapis daging segar mentah penghisap kuat kembang gula perawan Ballada Orang-orang Tercinta, 1986: 28—30 1. Carilah sebuah puisi di media massa, kemudian minta tolonglah kepada salah satu temanmu untuk membacakannya 2. Jelaskan hal yang dapat kamu refleksikan dari puisi tersebut dalam kehidupanmu Kerjakan di buku tugasmu TAGIHAN Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar kalian adalah dapat menjelaskan tema, tokoh, serta hubungan latar suatu cerpen dengan realitas sosial. Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 226 Cerpen sebagai salah satu hasil karya sastra memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung di dalamnya. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra yang berasal atau terdapat dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik karya sastra meliputi tema, amanat, alur, latar, penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari luar karya sastra, misalnya latar belakang budaya dan pendidikan pengarang, adat istiadat daerah, dan sebagainya. Kedua unsur ini bergabung menjadi satu dalam membangun sebuah cerpen. Hal-hal menarik dari sebuah cerpen dapat dilihat dari kedua unsur tersebut. Guna memahami materi ini lebih lanjut, perhatikanlah petikan cerita berikut beserta uraiannya sebagai bahan pembelajaran kalian. Sumber: Dok. Penerbit Pagi yang cerah, embusan angin menya- pu kulit wajah, menembus pori-pori tubuh, menusuk tulang, membuat tubuh menggigil. Pakaian yang digunakan tak mampu mela- wan angin pagi yang menusuk. Sumirat ber- usaha melawan rasa dingin, dengan semangat membara di hati, guna mengangkut sayuran di atas punggung, yang akan dijual di pasar. Gambar anak satu-satunya yang baru masuk SD dan istri yang lembut, membuat rasa di- ngin mulai hilang perlahan-lahan, bersamaan dengan langkah-langkah kaki yang semakin cepat. Sepulang dari pasar senyum tersungging, semua sayuran yang dijual laku terjual. Mungkin ini rezeki anak yang akan masuk sekolah. Dia semakin percaya bahwa anak tunggalnya itu, akan membawa keberun- tungan dalam perdagangan. Kepercayaan bertambah besar manakala usaha yang dite- kuni berkembang perlahan-lahan, sehingga seluruh keperluan bisa mencukupi. Bahkan dia mampu menyimpan uang untuk keperluan pada masa mendatang. Ketika tepat sang anak menginjak bangku SMP, usaha perdagangan telah beranjak maju. Dia mampu membeli andong yang bisa digunakan untuk mengangkut ba- rang dagangan ke pasar. Bahkan dia mempe- kerjakan keponakannya yang pengangguran untuk membantu berjualan di pasar. Berkat ketekunan, kerja keras, kesabaran, dan keuletan, dia mampu menguliahkan anaknya di Kota Metropolitan Jakarta, yang gambarnya hanya bisa disaksikan di layar televisi. Dia telah menjadi saudagar sayuran yang tidak hanya menjual sayuran ke pasar, namun juga mengirimkan sayur-sayuran ke beberapa pasar tradisional di wilayah Kare- sidenan Besuki. Suatu hasil menggembirakan dari seseorang yang tidak pernah mengecap program wajib belajar sembilan tahun. Wajar dia kini menempati sebuah rumah bertingkat dua dengan semua fasilitas yang dianggap mewah di kampungnya, seperti mesin cuci dan kompor listrik, lemari es, pesawat televisi, mobil, dan telepon genggam. Keperluan anak di Jakarta, sedikit demi sedikit mulai menggerogoti kekayaan. Permintaan uang dalam jumlah yang besar, membuat dirinya tak mampu menolak. Se- mua kerja keras yang selama ini dilakukan memang ditujukan demi kesuksesannya. Sehingga apa pun yang diminta pasti dituruti, tak peduli mesti mengurangi modal usaha, tak peduli menjual barang yang dimiliki, dan tak peduli mesti meminjam di sana-sini. Pa- ling penting keperluan anak terpenuhi. Sumber : Kumpulan Cerpen Kompas, 2006 Sayuran Karya: Zamhari Hasan Pelajaran 10 Perdagangan 227 Beberapa hal menarik yang berkaitan dengan realitas kehi- dupan nyata di sekitar kita dari cerpen “Sayuran” di antaranya berikut. a. Tema tanggung jawab kepala keluarga yang besar. Tokoh Sumirat merupakan seorang kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya. b. Tokoh Sumirat memiliki semangat kerja yang tinggi, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya dan memikirkan masa depan keluarganya, terutama anaknya. Selain itu, tokoh Sumirat memiliki ketekunan, kesabaran, dan keuletan. Semua itu adalah untuk keluarganya. Hingga tokoh Sumirat tidak mampu menolak keinginan-keinginan anaknya, meskipun usahanya hancur. c. Latar tempat pasar dan rumah. Tempat ini merupakan tempat yang digunakan untuk mencari uang demi menghidupi keluarganya. Latar waktu dan suasana mengingatkan kita pada sebuah desa yang sunyi, pagi yang cerah, dan tanamannya yang subur. Uji Kemampuan 2 Bacalah kutipan cerpen “Ah, Jakarta” berikut Kedatangannya pada suatu malam di rumahku memang mengejutkan. Sudah lama aku tidak melihatnya. Lama sekali, mungkin tiga tahun atau lebih. Selama itu aku hanya mengetahui keadaannya lewat cerita teman yang sering melihatnya di Jakarta. Dari cerita teman itulah aku mengerti bagaimana kehidupannya di Ibu Kota. Bahwa dia tak lagi menjadi sopir sebuah keluarga di Jalan Cim Menteng. Tidak juga berkumpul dengan orang tuanya di Lampung. Dia sudah lain. Malam itu dia datang. Jalannya terpin- cang-pincang. Lima jari kaki kanannya luka. Perbannya sudah kumal. Maka pertama-tama aku membantunya mengganti perban itu. Baru kemudian aku mengajaknya mengobrol. Hati-hati sebab wajah temanku itu jelas gelap. “Aku mau lihat koran kemarin atau hari ini,” pintanya. “Ada apa?” Ah, Jakarta “Nanti aku ceritakan.” “Ceritakan dulu. Kamu harus memulai pertemuan ini dengan keterbukaan. Ingat siapa aku dan siapa kamu.” Matanya menatapku sebentar. Lalu menunduk. Lehernya kelihatan kecil. Masih ada sisa kebagusan wajahnya yang kukenal sejak kami masih anak-anak. Dia mulai cerita. Sedan yang disewanya menabrak tiang listrik di Jalan Matraman. Tiga temannya tidak bisa bangun, mungkin mati. Dia duduk di jok belakang ketika itu. Karena bekas sopir, dia tahu suasana kritis dalam kendaraan. Ketika mobil mulai gontai karena slip, dia meringkuk seperti trenggiling. Benturan dengan tiang listrik terasa begitu hebat. Tidak ada secuil pun dia cedera. Luka di kaki karena tergores kaca belakang ketika dia berusaha lolos keluar. Orang-orang berdatangan. Dan dia menyelinap lalu menjauh. Dia tidak