Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
13. Proses Pembentukan Aquert
Proses  Pembentukan  Aquert  salah  satunya  adalah  Tanah  ini  berkembang  pada  tuff basaltik kuarter, membentuk solum hitam yang dalam, dengan pH tanah  7.2, dan makin
ke  bawah  pH-nya  naik  sampai  8.7  pada  kedalaman  50  cm.    Liat  dalam  lapisan  garam mengalami dispersi.  Tanah ini juga dijumpai di daerah Nusa Tenggara.
14. Klasifikasi Lahan Basah Berliat Tinggi
Klasifikasi Lahan Basah Berliat Tinggi adalah
a. Klasifikasi  Planosol  adalah  terdapat  dua
great  group
dari  subordo  Aqualf  yaitu Albaqualf dan Fragiaqualf merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia.
b. Klasifikasi Laterit Air Tanah adalah terdapat satu
great group
dari subordo Aquox yaitu Plinthaquox merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia.
c. Klasifikasi  Hidromorf  Kelabu  adalah  terdapat  enam
great  group
dari  subordo Aquult yaitu Plinthaquult, Fragiaquulut, Kandiaquult, Kanhaplaquult, Paleaquult, dan
Umbraquult merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia.
d. Klasifikasi  Grumosol  Bergaram  adalah  terdapat  dua
great  group
dari  subordo Aquert  yaitu  Salaqert  dan  Natraquert  merupakan  lahan  basah  dan  ditemukan  di
Indonesia.
15. Pengelolaan Lahan Basah Berliat Tinggi
Pengelolaan Lahan Basah Berliat Tinggi adalah
a. Pengelolaan Planosol Aqualf di daerah Serang Banten, karena banyak mengandung
liat biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan genteng.
b. Pengelolaan  Laterit  Air  Tanah  Aquox  sering  ditemui  lapisan  penghambat
perakaran padas, sehingga untuk dapat ditanami padas harus dibongkar dahulu.
c. Pengelolaan Hidromorf Kelabu Aquult adalah karena bertekstur antara lempung-
liat,  struktur  gumpal-pejal,  konsistensi  teguh  sekali  atau  lekat,  pH  antara  4.5-6 sehingga kesuburan tanahnya agak kurang.
d. Pengelolaan  Grumosol  Bergaram  Aquert  dengan  mengatur  drainase,  irigasi
pengolahan tanah disertai pemupukan organik untuk memperbaiki struktur tanah,
16. Penggunaan Lahan Basah Berliat Tinggi
Penggunaan Lahan Basah Berliat Tinggi adalah
a. Penggunaan Planosol sebagai areal persawahan.
b. Penggunaan  Laterit  Air  Tanah  dengan  penambahan  pupuk  dan  bahan  organik
cocok ditanami padi.
c. Penggunaan Hidromorf Kelabu dapat digunakan untuk tanaman padi, tetapi harus
diberi pupuk.  Biasanya jenis tanah ini dipergunakan untuk bahan genting dan bata.
d. Penggunaan  Grumosol  Bergaram  Aquert  ini  dapat  memberi  hasil  kapas,  padi,
tebu, dan berbagai tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik.
5. MetodeStrategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1.
Ceramah 2.
Tanya Jawab 3.
Diskusi 4.
Penugasan
6.   Tahap Pembelajaran A.
Kegiatan Pendahuluan
Dosen  menyiapkan  diri  dan  membuka  perkuliahan  dengan  berdoa  dalam  hati  dan ucapkan  salam  serta  mengajak  mahasiswa  berkonsentrasi  dengan  berbagai  pertanyaan
lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
B. Kegiatan Perkuliahan Inti
Dosen: 1.
Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2.
Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3.
Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4.
Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5.
Memberi evaluasi Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen
2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen
4. Mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi
7.   AlatBahanSumber Belajar A.  AlatMedia
Media pembelajaran yang dipergnakan: 1.
Proyektor 2.
Papan tulis dan spidol 3.
LCD dn Laptop 4.
Contoh materi yang ada di sekitar
B.   BahanSumber Bacaan
Arabia,  T.  2014.  Pengelolaan  Lahan  Kering  dan  Lahan  Basah.  Buku  Ajar.  Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2
nd
ed. Iowa State University Press. Ames. Dames, T.W.G. 1950.  Margalite soils in Indonesia. 4
th
Inter. Congr. Soil Sci. 2:180-182. Darmawijaya,  M.I.    1970.    Hasil  pemetaan  tanah  kebun-kebun  PNP  XVIII  di  lereng
Gunung Lawu. Ris. Pen. RRC Getas 1969. _______________.  1992.  Klasifikasi  Tanah.    Dasar  Teori  bagi  Peneliti  Tanah  dan
Pelaksana  Pertanian  di  Indonesia.  Cetakan  kedua.  Gadjah  Mada  University  Press. Yogyakarta.
Dudal,  R.  and  M.  Soepraptohardjo.  1957.  Soil  classification  in  Indonesia.  Cont.  Gen. Agr. Res. Sta. No. 148. Bogor.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1.  Legend.  UNESCO.  Paris. Hardjowigeno,  S.  2003.  Klasifikasi  Tanah  dan  Pedogenesis.  Edisi  Revisi.  Penerbit
Akademika Pressindo. Jakarta. Ignatief, V. and H.J. Page.  1958.  Efficient Use of Fertilizers.  FAO. Rome.
Kellog, Ch.E. 1949.  Soil classification. Soil Sci. 67:77-80. Pusat  Penelitian  Tanah.    1982.    Jenis  dan  Macam  Tanah  di  Indonesia  untuk  Keperluan
Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Soepraptohardjo,  M.    1961a.  Klasifikasi  Tanah  Kategori  Tinggi.    Balai  Penyelidikan
Tanah.  Kongres Nasional Ilmu Tanah I. Seksi II No.8. Bogor. ________________.  1961b.  Sistem  Klasifikasi  Tanah  di  Balai  Penjelidikan  Tanah.
Kongr. Nas. Ilmu Tanah I. Seksi II No.9. Bogor. Soil  Survey  Staff.  2006.  Keys  to  Soil  Taxonomy.  10
th
ed.  USDA-NRCS.  Washington, DC.
Triwayuni,  I.  2011.    Karakteristik  dan  klasifikasi  tanah  Hidromorf  Kelabu  yang disawahkan  menurut  sistem  Taksonomi  Tanah  di  Kecamatan  Indrapuri  Kabupaten
Aceh  Besar.    Jurusan  Budidaya  Pertanian,  Program  Studi  Ilmu  Tanah,  Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam.  Banda Aceh.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP
Dosen Koordinator :  Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi :  S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah :  PIT-403
Nama Mata Kuliah :  Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering
Jumlah SKS :  3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum
KelasSemester :  ?VII
Pertemuan :  Ke-16
Alokasi Waktu :  100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata  kuliah  ini  diberikan  dengan  tujuan  agar  pada  akhir  kuliah  peserta  didik  memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan  penggunaan tanah Lahan Basah lainnya
Aquand,  Aquoll,  dan  Aquod.  Kegiatan  belajar  dilakukan  melalui  pengalaman  belajar ceramah dan praktek di laboratorium.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa  memahami  dan  menjelaskan  tentang  tanah  Lahan  Basah  lainnya  Aquand, Aquoll, dan Aquod.
3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1.
Menyebutkan definisi Andosol Dataran Rendah, 2.
Menyebutkan definisi Aquand, 3.
Menyebutkan definisi
Prairie Soil
, 4.
Menyebutkan definisi Aquoll, 5.
Menyebutkan definisi Podsol Air Tanah, 6.
Menyebutkan definisi Aquod, 7.
Menjelaskan proses pembentukan Tanah Lahan Basah Lainnya, 8.
Menjelaskan klasifikasi Tanah Lahan Basah Lainnya, 9.
Menjelaskan pengelolaan Tanah Lahan Basah Lainnya, dan 10.
Menjelaskan penggunaan Tanah Lahan Basah Lainnya.
4. Materi Ajar
1. Andosol Dataran Rendah Aquand
Andosol  dataran  rendah  Aquand  terbentuk  pada  dataran  rendah  dengan  iklim  tropika basah, serta mempunyai rasio asam humat dan fulvat  0.2. Di Sumatera Utara, Andosol
dataran rendah terbentuk di daerah dataran di kaki gunung Sibayak.
2. Aquand
Aquand adalah Andisol yang sering jenuh air; ≥ 2 terdiri dari karatan atau konkresi Fe-
Mn redox concentration; atau tanah diominasi oleh warna dengan kroma rendah ≤ 2; atau cukup banyak menga
ndung beri fero aktif yang memberi reaksi positif terhadap uji α ἀ dipiridil.
3. Tanah
Prairie
Aquoll
Tanah
Prairie
Aquoll  adalah  tanah-tanah  dengan  perkembangan  horison,  yang mempunyai horison A, B, dan C, mempunyai horison B kapur dan telah terjadi perubahan
warna dan tekstur. Horison permukaan berwarna hitam atau coklat sangat kelam, karena banyak bahan organik, dengan struktur granuler yang  halus, kemudian horison berwarna
coklat  yang  bertekstur  lebih  berat  dan  sedikit  mengandung  bahan  organik.  Horison  A mencirikan pengaruh iklim semiarid, sedangkan horison B mencirikan pengaruh iklim
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
humid. Tanah
Prairie
umumnya berkembang di bawah pengaruh curah hujan yang tinggi, tetapi  dengan  musim  kemarau  yang  tegas.  Penyebaran  bahan  organik  ke  arah  vertikal
lebih  merata  dan  berangsur-angsur,  tanah  ini  tersebar  di  daerah  beriklim  semi-arid  dan
sub-humid, terdapat di Nusa Tenggara, antara lain di Sumba, Sumbawa, Flores  Timor. 4.
Aquoll Aquoll adalah salah satu subordo Mollisol yang sering jenuh air.
5. Podsol Air Tanah Aquod